MM FEB UI Kembali Hadirkan GNAM Week 2025, A Path to Net Zero: The Business Role in Helping Solve the Global Climate Crisis
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
JAKARTA – (10/3/2025) Perubahan iklim bukan lagi sekadar teori, dampaknya semakin nyata dan terlihat di berbagai belahan dunia. Krisis ini tentu memengaruhi cara manusia hidup, bekerja, dan berbisnis. Beranjak dari permasalahan tersebut, Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang tergabung dalam jaringan sekolah bisnis internasional terkemuka kembali menggelar agenda rutin âGlobal Network for Advanced Management (GNAM) Weekâ yang diselenggarakan pada Senin (10/3) hingga Jumat (14/3).
Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Arief Wibisono Lubis, Ph.D., dalam sambutannya menekankan pentingnya peran dunia usaha dalam menghadapi krisis global, khususnya krisis iklim. Ia menyampaikan bahwa calon pemimpin, inovator, dan pengambil keputusan masa depan harus berada di garis depan dalam membangun dunia yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Oleh karena itu, program GNAM Week bertujuan memberikan pemahaman mendalam mengenai tantangan krisis iklim dan peluang bagi dunia usaha dalam menciptakan perubahan, âSeperti yang akan kita pelajari sepanjang program ini, bisnis memiliki tanggung jawab untuk meninjau kembali praktik mereka, mengurangi jejak karbon, dan menciptakan nilai yang tidak hanya bersifat ekonomi tetapi juga berkelanjutan secara lingkungan.â.
Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, Budiman Sudjatmiko, membuka sesi diskusi bertajuk “Bridging Poverty and Climate Action: The Role of Business in Achieving a Just Transition to Net Zero” yang menyoroti pentingnya kolaborasi antara pembangunan ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan keberlanjutan lingkungan.Â
âTransisi menuju net zero harus dilakukan secara adil tanpa meninggalkan kelompok rentan. Menurutnya, sistem ekonomi yang lebih efisien dan ramah lingkungan berkelanjutan hanya dapat terwujud jika sumber daya dan peluang ekonomi didistribusikan dengan adil,â tegasnya.
Dalam upaya mengatasi tantangan ketimpangan, Budiman pun memperkenalkan konsep 8 New Fundamental Rights yang mencakup hak ekonomi dan sosial. Kerangka ini terbagi atas hak vertikal yang mencakup pemberdayaan individu dan komunitas serta hak horizontal yang mendefinisikan pengelolaan aset secara adil dan inklusif.
Memasuki sesi kedua, Sekretaris SKK Migas, Luky Agung Yusgiantoro, SKK Migas menekankan pentingnya membangun rantai pasokan energi yang bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan praktik bisnis yang etis.Â
âUMKM Indonesia memainkan peran penting dalam perekonomian nasional. Dengan mengintegrasikan penerapan praktik berkelanjutan, seperti penggunaan sumber energi terbarukan dan pengelolaan sumber daya yang efisien, dapat membantu UMKM mematuhi standar lingkungan global, meningkatkan daya saing, dan menarik peluang investasi,â ungkapnya.
Meskipun dunia semakin beralih ke energi terbarukan, minyak dan gas tetap menjadi sektor vital bagi ekonomi dan kebutuhan energi Indonesia. Negara ini masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk industri, transportasi, dan rumah tangga. Dengan ketergantungan ini, SKK Migas harus menjaga tingkat produksi yang stabil.
Luky menjelaskan, âSKK Migas yang bertanggung jawab atas produksi minyak dan gas di Indonesia telah menetapkan target spesifik untuk memastikan keberlanjutan energi. Beberapa langkah strategis yang diambil, di antaranya pengembangan ladang gas baru untuk memperluas kapasitas produksi, investasi dalam infrastruktur produksi dan distribusi gas, serta diversifikasi portofolio energi untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan menciptakan sistem energi yang lebih tangguh.â
Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Madya di Direktorat Ekonomi Digital, Kementerian Komunikasi dan Digital RI, Sonny Hendra Sudaryana membahas perjalanan transformasi digital dan upaya negara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui teknologi dan inovasi. Dalam paparannya, ia menyoroti berbagai inisiatif ambisius Indonesia untuk memperkuat infrastruktur digital, membangun talenta digital, dan memperluas ekosistem startup, yang mana media sosial memainkan peran penting dalam perkembangan ini.
Ia menjelaskan, âIndonesia telah melakukan investasi besar dalam infrastruktur digital guna meningkatkan konektivitas di seluruh wilayah kepulauan yang luas. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital, Indonesia menerapkan program pengembangan talenta digital yang komprehensif. Program ini bertujuan meningkatkan literasi digital di semua tingkatanâmulai dari keterampilan dasar bagi masyarakat umum hingga pelatihan lanjutan bagi pemimpin teknologi dan pengusaha.â
Ia menambahkan bahwa media sosial berperan penting dalam inisiatif teknologi hijau di Indonesia, seperti program ConnectED dan kolaborasi dengan organisasi GIZ, yang berfokus pada pengembangan startup di sektor lingkungan, pertanian, dan keberlanjutan. Media sosial digunakan untuk memperluas jangkauan pesan, menarik minat investor, dan meningkatkan kesadaran akan praktik berkelanjutan.
Sonny menyimpulkan bahwa transformasi digital Indonesia yang pesat didorong oleh investasi infrastruktur yang kuat, pengembangan talenta yang strategis, dan dukungan aktif bagi startup. Media sosial telah berperan sebagai katalis penting dalam mempercepat adopsi digital, mendukung pertumbuhan kewirausahaan, dan mendorong perubahan sosial. Dengan memanfaatkan platform digital secara efektif, Indonesia berada dalam posisi yang sangat baik untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital dan mencapai visi sebagai inovator global pada 2045 mendatang.
Pendiri dan Pengusaha DuAnyam, Yohanna Keraf menjelaskan bahwa bisnisnya menyediakan produk handmade berbahan daun lontar yang ramah lingkungan. Dalam proses produksinya, DuAnyam memberdayakan lebih dari 1.600 perempuan pengrajin yang merupakan ibu rumah tangga di lebih dari 54 desa yang tersebar di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua, agar dapat memperoleh pendapatan.
Melalui pilar utama memberdayakan perempuan, mempromosikan budaya dengan sumber daya lokal, dan meningkatkan kesejahteraan, DuAnyam telah menciptakan perubahan signifikan, memberikan dampak ekonomi sekaligus berkontribusi pada program sosial, seperti beasiswa pendidikan dan pencegahan gizi buruk.Â
âDuAnyam yang memiliki model bisnis sociopreneurship telah membangun database untuk memastikan komunikasi dan standar produksi yang konsisten di antara para pengrajin. Kami memproduksi dekorasi rumah untuk ekspor dan berbagai produk sehari-hari untuk pasar lokal. Selain itu, kami mengintegrasikan storytelling dalam setiap produk agar lebih menarik bagi pasar global,â ungkapnya.
Harapannya, para peserta GNAM tak hanya memperoleh wawasan baru, tetapi juga mengadopsi pola pikir kreatif dan strategi praktis untuk mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam praktik bisnisnya guna membangun masa depan yang lebih hijau bagi generasi mendatang.
Para peserta kegiatan ini merupakan mahasiswa dari berbagai sekolah bisnis di seluruh dunia, di antaranya Yale School of Management, EGADE Business School, Renmin Business School in China, Seoul National University, Indian Institute of Management Bangalore, UBC Sauder School of Business, dan UNSW Business School.
Selain itu, turut hadir peserta dari universitas anggota APMMI, yakni Universitas Atmajaya, Universitas Diponegoro, Universitas Katolik Soegijapranata, Universitas Gadjah Mada, Universitas Sumatera Utara, dan Universitas Surabaya.
Acara ini terlaksana dengan baik berkat dukungan dari PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT. Bank Mandiri, PT Permodalan Nasional Madani (PNM), PT. Pegadaian, BRI Asuransi Indonesia, Tanoto Foundation, PT. Bank Negara Indonesia, Asuransi BRI Life, Indonesia Financial Group (IFG), Pupuk Indonesia, Bluebird, Bank Syariah Indonesia (BSI), dan BRI Manajemen Investasi. (hr)

