Akademisi FEB UI dan KNTI Suarakan Perlindungan Nelayan Kecil di Forum Kelautan PBB 2025
Depok, 9-13 Juni 2025 – Pengajar dan peneliti dari Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Agung Nugroho turut hadir dalam Konferensi Kelautan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Ocean Conference (UNOC) yang diselenggarakan pada 9–13 Juni 2025 di Nice, Perancis. Agung hadir sebagai bagian dari delegasi Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) dan The Invisible Thread (TINTA), organisasi nirlaba internasional yang berfokus pada pemberdayaan komunitas adat, lokal, dan nelayan skala kecil.
UNOC merupakan konferensi tingkat tinggi yang bertujuan mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG / Sustainable Development Goals) ke-14 mengenai pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut. Setelah sebelumnya digelar di New York (2017) dan Lisbon (2022), konferensi tahun ini menyoroti isu strategis seperti keadilan iklim kelautan, keterlibatan masyarakat pesisir, serta penguatan tata kelola laut yang inklusif dan berbasis pengetahuan.
Dalam kesempatan ini, para delegasi membawa pesan kuat mengenai perlindungan nelayan kecil dan perempuan pesisir dari ancaman alat tangkap trawl yang merusak. Bersama Koalisi Transform Bottom Trawling (TBT), KNTI menekankan pentingnya pelarangan penggunaan trawl dan modifikasinya di wilayah tangkap tradisional yang menjadi sumber penghidupan utama nelayan lokal.
Agung Nugroho, bersama delegasi KNTI dan TINTA dari Puerto Riko, India, dan Brasil, secara aktif menyuarakan pengalaman komunitas nelayan di lapangan. Mereka mendorong lahirnya kebijakan internasional yang lebih adil dan berpihak pada masyarakat pesisir. Dalam berbagai sesi diskusi, para delegasi menyerukan peningkatan pengawasan serta penegakan hukum terhadap pelanggaran alat tangkap, sekaligus mendesak reformasi tata kelola kelautan yang lebih berkeadilan dan berkelanjutan.
UNOC 2025 menjadi momentum penting untuk mendorong komitmen global terhadap perlindungan laut. Konferensi ini juga menekankan pentingnya konservasi keanekaragaman hayati laut, pencapaian target 30×30, penguatan kebijakan berbasis sains, serta penggalangan pendanaan untuk mendukung ekonomi biru dan ketahanan masyarakat pesisir. Isu-isu krusial seperti penangkapan berlebih, polusi plastik, dan eksploitasi laut dalam menjadi sorotan utama, dengan harapan mendorong aksi nyata demi laut yang sehat dan adil bagi semua.