Turbulansi Ekonomi Indonesia diwarnai dengan krisis keuangan dan perbankan. Sektor inilah yang menjadi sorotan utama ketika Indonesia dalam keadaan krisis di tahun 1998 dan tetap menjadi sorotan ketika Indonesia beranjak dari keterpurukan.
Modal dan infrasturktur merupakan dua hal yang sangat penting dalam mengawasi institusi. Dalam era globalisasi seperti saat ini, semua pihak (stakeholder) harus mengerti perannya apa yang harus dilakukan untuk memperkuat sektor keuangan. Pemangku kebijakan keuangan dan pengawas harus mempertimbangkan keamanan dan kesehatan setiap institusi keuangan. Selain itu para pemegang kepentingan dalam sebuah perusahaan keuangan harus menanggung semua risiko yang terjadi bukan dibebankan kepada publik. Itulah mengapa semua pihak harus mengerti dari sektor ekonomi mikro sampai ekonomi makro. Pembahasan ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad, Ph.D di depan peserta Global Network Week (GNW), UI 2015.
Dengan moderator Bapak Yuslam Fauzi, MBA, sesi transfromasi keuangan dan perbankan di Indonesia membahas persoalan transformasi dimana informasi (koleksi data) menjadi sangat penting selain penggunaan teknologi terkini dan sistem keuangan yang tersebar luas. Adanya dana masuk ketika investor sangat merasa nyaman dan ingin mengambil risiko. Pengambil keputusan yang menegerti risiko manajemen keuangan sangat dibutuhkan di industri ini.
Menurut pembicara, kondisi di sektor keuangan saat ini tanpa batas (borderless). Indonesia harus belajar dari krisis dimana pertumbuhan di pasar keuangan selalu membawa banyak perubahan dan inovasi. Oleh karena itu regulator harus mengerti kebijaksanaan makro dan micro, dan tidak seharusnya uang pembayar pajak diperuntukan penanggulangan krisis.
Selain itu sebagai penutup, pembicara menekankan bahwa pemerintah harus selalu menyadari pendekatan analisis yang menyeluruh, melakukan reformasi risiko permodalan dan membangun informasi keuangan yang lebih luas.
(ed AZ/PH pic HK)