Berdasarkan Global Competitiveness Index tahun 2014-2015, Indonesia berada pada urutan ke-34 dari 144 negara dunia yang diukur. Indeks Daya Saing Global atau Global Competitiveness Index adalah indeks tahunan dari Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) yang mengukur kemampuan negara-negara untuk menyediakan kemakmuran bagi warga negaranya. Indeks diukur dari seberapa produktif sebuah negara menggunakan sumber daya yang tersedia untuk memakmurkan rakyatnya.
Meskipun Indonesia menduduki posisi yang cukup baik, dalam indeks tersebut juga terlihat bahwa Indonesia masih kalah kompetitif dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Banyak faktor penyebab terjadinya kondisi ini, baik dari segi sumber daya manusia maupun pemerintah. Namun, Prof. Dr. Adi Zakaria Afiff, S.E., M.B.A. menganalisisnya dari segi faktor pemasaran. Hasil analisis inilah yang kemudian dipaparkan Adi dalam acara pengukuhan guru besar tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) yang berlangsung pada Rabu (19/8/2015) di Balai Sidang UI.
Dalam pidato pengukuhan yang berjudul āAksentuasi Pendekatan Promise Management dalam Disiplin Pemasaran: Dampaknya Pada National BrandsāNation Brandā Adi menganalisis faktor-faktor penyebab kurang kuatnya daya saing merek Indonesia dalam ruang lingkup pemasaran.
Menurut Adi, fokus pemasaran produk nasional Indonesia banyak yang hanya terbatas pada teknik-teknik pemasaran seperti promosi ataupun iklan sehingga lupa akan tujuan utama pemasaran, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat dan dunia usaha. Dampaknya adalah tidak banyak merek Indonesia yang mampu memiliki hubungan jangka panjang dan loyalitas yang kuat dari konsumennya.
Berkembangnya prinsip kapitalisme juga menyebabkan banyak perusahaan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek daripada menginvestasikan waktu dan uang mereka untuk membangun kepercayaan dan hubungan dengan konsumen. Hal ini berdampak pada para pemasar yang kurang mengembangkan kode etik dan kode moral terhadap konsumen dalam kegiatan pemasaran perusahaan.
Untuk mengatasi masalah ini, Adi melihat bahwa sistem pendekatan pemasaran promise management merupakan pendekatan yang sejalan dengan kondisi Indonesia. Hal ini karena janji merupakan sebuah tradisi yang mengakar di Indonesia.
Prinsip manajemen ini menganggap pemasaran adalah proses mengelola janji terhadap konsumen, bukan pada marketing mixatau marketing programs. Dalam konsep ini, kepentingan konsumen menjadi fokus dari seluruh sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, terutama hubungan antara konsumen dan perusahaan.
Dampak dari penerapan sistem ini adalah terbentuknya kode etik dan kode moral yang mengutamakan kepentingan konsumen dan menciptakan loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen berdampak pada pangsa pasar yang lebih besar dan harga yang dapat bersaing.
Penerapan sistem ini dianggap dapat membuat kinerja merek-merek nasional kita menjadi kuat dan diharapkan dapat meningkatkan dimensi ekspor, investasi, pariwisata, dan manusia Indonesia.
Penulis: Wanda Ayu