Sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan kepada alumni UI yang telah memberikan karya dan pengabdian terbaik kepada masyarakat, negara dan bangsa, ILUNI UI memberikan anugerah ILUNI UI Makara Award 2016 kepada 7 tokoh alumni UI pada 19 Februari 2016 di Hotel Dharmawangsa Jakarta. Tokoh alumni UI yang mendapat penghargaan yaitu Prof. Mochtar Kusumaatmadja (Lifetime Achievement Award), Prof. Emil Salim (Humanitarian Achievement Award), Prof. Yohannes Surya (Educational Achievement Award), Prof. Terry MartĀ (Scientific Achievement Award), Dr. Boenjamin Setiawan (Health Achievement Award), Dr. Moeryati Soedibyo(Social Entrepreneur Award) dan Erwin Gutawa (Creative Industry Achievement Award).
Prof. Emil Salim dinilai sebagai tokoh alumni UI yang telah memberikan karya dan pengabdian terbaiknya di dalam usaha mewujudkan kesejahteraan umat manusia, keharmonisan hubungan antara manusia dan lingkungannya.
Ia kerap disebut sebagai āBapak Lingkungan Hidupā, yang mengabdikan hampir seluruh kariernya untuk meletakkan dasar-dasar perlindungan lingkungan hidup dalam kegiatan perekonomian yang kemudian dikenal dengan konsep āpembangunan berkelanjutanā.
Keterlibatan Prof. Emil Salim dalam pembangunan bidang ekonomi membuat beliau memahami bahwa lingkungan adalah satu hal yang sangat krusial. Beliau melihat perkembangan ekonomi di Indonesia seringkali tidak mempedulikan dampak lingkungan. Oleh karena itu, Presiden Soeharto saat itu membentuk Kementerian Lingkungan Hidup dengan Prof. Emil Salim sebagai menteri pertama sekaligus menjadi orang pertama yang meletakkan dasar-dasar pelestarian hidup dalam pembangunan ekonomi nasional.
Prof. Emil sangat memahami bahwa pembangunan melalui bidang ekonomi memang sangat diperlukan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, tetapi perlu pula mempertimbangkan lingkungan dengan melakukan pembatasan eksploitasi sumber daya alam dan pencegahan pencemaran. Inilah yang disebut sebagai konsep pembangunan berkelanjutan. Beliau kemudian memperkenalkan konsep Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang kemudian menjadi prasyarat utama bagi setiap proyek pembangunan.
Setelah tidak lagi menjabat sebagai menteri, perjuangan Guru Besar FEUI ini tidak berhenti. Tahun 1994 ia mendirikan dan menjadi Ketua Umum Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) untuk mendukung berbagai program pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia dan pemanfaatannya secara adil dan berkelanjutan dalam bentuk dana hibah, fasilitasi, konsultasi dan berbagai fasilitas lainnya.
Atas dedikasi dan kontribusinya dibidang pelestarian lingkungan hidup, Prof. Emil Salim mendapat apresiasi dan penghargaan dari dunia internasional; diantaranya Zayed International Prize for the Environment dari Uni Emirat Arab (2006) dan Blue Planet Prize ke-15 dari Yayasan Asahi Glass, Jepang (2006). Dan tahun 2012, ia juga mendapat penghargaan The Leader of Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF), penghargaan serupa yang pernah diberikan kepada mantan Sekjen PBB Kofi Annan karena sumbangannya terhadap lingkungan.