Strategic Leader Briefing & Business Networking to Vietnam and Myanmar. Itulah workshop dan business networking yang diselenggarakan Lembaga ManagementFEB UI dilaksanakan pada 28 November sampai dengan 2 Desember 2016 dan diikuti beberapa BUMN yang bergerak di bidang pengelolaan migas, pelabuhan , pupuk , konstruksi ,serta BUMN Sektor Keuangan.
Kegiatan ini diawali dengan kegiatan updates pasar ASEAN yang menghadirkan pembicara Prof Dorodjatun Kuncoro Jakti dan Atase Perdagangan Kedubes Vietnam dan Myanmar di Jakarta. Prof Dorodjatun menyampaikan pentingnya memahami dinamika bisnis dan penguasaan database atas pasar di ASEAN. Menurutnya potensi pasar 350 juta populasi ASEAN diluar Indonesia cukup menjanjikan. Apalagi memasuki new frontier seperti Myanmar , Laos , dan termasuk Vietnam.
Kunjungan pertama ke Vietnam dilakukan dengan mengunjugi Foreign Investment Agency (FIA) dan bertemu dengan Mr Nguyen Noi , Deputy Director General . Dipim pin oleh ketua delegasi , Dr Toto Pranoto (Kepala LM), diskusi dimulai dengan mendengarkan paparan tentang tata cara investasi di Vietnam dan berbagai insentif yang ditawarkan. Hal yang paling menonjol adalah potensi pertumbuhan ekonomi Vietnam yang relative tinggi (di atas 6% dalam 2 tahun terakhir) , upah SDM yang kompetitif, potensi domestic market yang besar , serta posisi strategis bagi manufacturing location. Peluang investasi terbuka di semua sector dan hanya 6 bidang yang masuk negative list.Investor terbesar adalah Korea, Jepang , Singapura, Taiwan , sementara Indonesia berada pada urutan ke 30. Sementara dalam hal pajak , Vietnam terkadang memberikan pajak sampai dengan 0% untuk industry yang diinginkan (padat teknologi).
Seperti diketahui saat ini terdapat kurang lebih 25-30 perusahaan di Indonesia yg telah beroperasi di Vietnam . Nilai perdagangan Indonesia Vietnam pada 2015 mencapai US $ 5,3 milyar . Menurut pihak Kedubes RI di Hanoi , potensi Vietnam cukup besar baik sebagai pasar dengan populasi 90 juta penduduk , maupun sebagai lokasi investasi (basis produksi) dengan tujuan akhir ke Myanmar dan Laos. Tidak ada Kementrian BUMN di Vietnam , namun untuk koordinasi pengelolaan BUMN diserahkan kepada lembaga yang disebut State Capital Investment Corporation (SCIC).
Benchmarking dilakukan saat kunjungan ke Thang Long Cement , perusahaan yang 70 persen sahamnya dikuasai Semen Indonesia dan kunjungan ke Vietmindo , perusahaan Indonesia yang memegang konsesi pertambangan batubara. Beberapa isyu penting yang dibahas adalah tentang cara efektif how doing business di Vietnam .Pelajaran penting adalah bagaimana memahami kontrak kerja investasi sehingga potensi dirugikan bisa diminimalisir. Kultur kerja di Vietnam dimana semua pegawai lokal adalah anggota Partai dan karenanya terdapat organisasi partai di perusahaan selain serikat pekerja. Perlu penanganan yang cermat dalam hal ini sehingga hubungan dengan Pemda setempat maupun Pusat bisa dilaksanakan dengan lancar,
Pada saat berkunjung di Myanmar , delegasi Indonesia diterima oleh Mr Thant Sin Lwin , Deputy Director General , Directorate of Investment and Company Administration (DICA) , Ministry of Planning and Finance. Disini dijelaskan tentang berbagai kemudahan dalam berinvestasi dan skema insentif pajakyang ditawarkan , termasuk witholding tax dan insentif di custom& duty . Hampir semua sektor ditawarkan, terutama di telco , banking, construction , pelabuhan , tourism , dan beberapa bidang lainnya . Kemudahan pengadaan tanah oleh pemerintah dan skema perijinan untuk tenaga ekspat yang longgar adalah penawaran yang menarik. Disamping itu proses perijinan investasi diproses cepat , diselesaikan cukup 3 hari kerja. Untuk investasi di wilayah ekonomi khusus maka kepemilikan saham bisa sampai dengan 100 persen .
Business network di Myanmar dilakukan dengan kunjungan ke Shwee Taung Group , konglomerat no 5 terbesar di Myanmar . Delegasi Indonesia diterima langsung oleh Chairman sekaligus owner , Mr Aik Htan . Shwe Taung Group pada akhirnya menawarkan beberapa kemungkinan kerjasama dengan group delegasi BUMN terutama di sector migas , konstruksi dan kemungkinan kerjasama dalam pengembangan bisnis asuransi.
Dalam kesempatan berkunjung ke Yangon , delegasi juga melakukan kunjungan dan diskusi ke Indonesian House of Yangon . Disini berkumpul BUMN yang sudah beroperasi di Myanmar seperti WIKA , BNI , Telkom dan Pertamina . Diskusi menyimpulkan bahwa peluang bisnis Myanmar relatif masih sangat terbuka . Kunci sukses membuka hubungan bisnis adalah kemampuan membangun network dengan pengusaha local dan pihak pemerintah terkait, terutama dari kalangan militer . Dalam proyek infrastruktur akan lebih tidak beresiko apabila mampu mendapatkan proyek yang dibiayai lembaga donor seperti ADB , JICA atau yang lain . WIKA saat ini sedang mengerjakan pembangunan jalan raya , sedangkan Tellin mendapatkan konsesi penyelenggara koneksi internet termasuk international gateway .Pertamina sedang dalam tahap akhir bidding untuk penyelenggaraan SPBU retail di Myanmar , bersaing dengan operator asal India. BNI saat ini sedang dalam proses pengurusan perijinan ke Bank Sentral Myanmar untuk meningkatkan status dari Kantor Representatif menjadi Kantor Cabang yang dapat beroperasi penuh . Perusahaan Indonesia lainnya yang sudah masuk di pasar Myanmar adalah kelompok JAPFA , Kalbe Group dan Unilever Indonesia .
Kesimpulan yang bisa ditarik dari kunjungan ini adalah masih tingginya potensi market di Vietnam dan Myanmar . Apalagi di Negara terakhir karena regim Aung San Syu Kyi sedang berusaha membuka isolasi ekonomi Myanmar . Vietnam bisa menjadi tujuan akhir export produk Indonesia atau sebagai basis produksi untuk masuk ke pasar Indo China lainnya . Sementara Myanmar sedang haus investasi di segala bidang . Menurut penuturan Aik Htan , ekonomi sedang bergeliat pesat sehingga return investasi sangat tinggi di Myanmar.