Sambut Mahasiswa Baru 2018, Departemen Akuntansi Selenggarakan Professional Sharing dari Alumni
Hana Fajria – Humas FEB UI
Desti Fitriani – Sekretaris Pimpinan FEB UI
DEPOK – Departemen Akuntansi bekali mahasiswa baru dengan gambaran kehidupan perkuliahan di FEB UI dan apa saja yang perlu dipersiapkan menjelang kelulusan nanti. Pembicara pada sesi ini adalah Agung Nugroho Soedibyo selaku Senior Advisor di PT. RSM Indonesia dan Fransetya Hutabarat, Direktur Keuangan Citilink, yang juga merupakan alumni Akuntansi FEB UI dihadirikan sebagai pembicara pada sesi ini. Acara dimoderatori oleh Maxson Hakim Wijaya alumni FEB UI angkatan 2007 yang kini menjadi Senior Manajer di PT. RSM Indonesia. Turut serta hadir dalam acara ini Dr. Dyah Setyaningrum, Kaprodi S1 Akuntansi, serta Dr Ancella A. Hermawan, Ketua Departemen Akuntansi FEB UI (23/08/2018).
Pembicara Agung Nugroho Soedibyo menjelaskan bagaimana memasuki profesi didunia akuntan. RSM Indonesia termasuk salah satu kantor akuntan publik dan konsultan terdepan di Indonesia yang menyediakan jasa di bidang audit, perpajakan, dan konsultasi terbaik di beragam area penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan suatu organisasi.
Agung menjelaskan bagaimana mendedikasikan diri di dunia pendidikan. Baginya, tiap pribadi harus memiliki 3 aspek, yaitu love, network dan kompetitif. “Akuntansi itu harus inovatif. Timbulkan jiwa marketing, karena seorang tidak hanya menjadi auditor atau berhubungan dengan data saja. Akuntan itu harus punya jiwa inovatif, kreatif dan harus kompetitif dengan kompetitor lainnya”, ungkap Agung.
Sementara itu, Fransetya H. Hutabarat selaku Direktur Keuangan PT. Citilink Indonesia, memaparkan pengalaman pendidikannya juga. Ia memaparkan, meski menjadi akuntan, perlu terjun ke area lain seperti pemasaran dan operasional untuk mengetahui secara langsung bisnis perusahaan dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan. “Ayo cemplungin diri kita ke marketing dan operasional. Dengan terjun ke oprasional kita bisa melatih diri dan mengetahui langsung bisnis perusahaan,” ujarnya.
“Saya sharing saja, bagaimana cara kita bisa mengendalikan orang itu dengan sedemikian ketatnya, tanpa orang itu merasa dikontrol. Nah, ini bisa dilihat dari gaya bahasa, pendidikannya, gaya bicaranya. Kalau kita di posisi (jabatan) tinggi, jangan berpikir sebagai direktur, tapi harus sebagai teman atau mitra. Kita harus jaga kerendahan hati dan bisa menyesuaikan diri terhadap teknologi sekarang. Inovasi-inovasi teknologi baru itu untuk menghasilkan pendapatan, sehingga ada nilai tambahnya bagi perusahaan. Sekali-kali (kita) harus turun ke lapangan. Apa yang terjadi di lapangan harus tahu, buka mata buka telinga, kita harus bisa bersaing” tutup Fransetya. (Des)