Ari Kuncoro Menanggapi Pertemuan IMF-World Bank 2018 untuk Perekonomian Indonesia
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
Pertemuan IMF-World Bank di Bali harus bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mencoba menarik capital inflow ke perekonomian Indonesia, salah satunya Bali. Salah satu keuntungan dalam jangka panjang bisa menimbulkan semangat persepsi pada perekonomian Indonesia bahwa kita mempunyai proyek dan return yang sangat lumayan.
“Proyek tersebut meliputi infrastruktur yang berada di seluruh daerah Indonesia yang tahun ini sedang gencar-gencarnya dilaksanakan oleh pemerintah. Apabila proyeknya mencapai 200 lebih tersebar di seluruh Indonesia, kemungkinan multiplier effect nya itu sangat bagus di tahun 2019,” ucap Ari Kuncoro dalam acara News Talkshow Closing Bell di CNBC Indonesia, (10/10/2018).
Sementara itu, pertemuan ini ditandai juga dengan pengumuman dari pemerintah Indonesia bahwa harga BBM Premium di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali mengalami kenaikan menjadi Rp.7.000/liter. Kenaikan harga BBM ini dilakukan untuk menjaga APBN dari defisit secara terus-menerus. Selain itu, dana alokasi untuk subsidi BBM Premium bisa sedikit dialihkan ke infrastruktur atau lainnya yang bisa menyejahterakan masyarakat.
Masyarakat Indonesia khususnya di perkotaan masih tergantung dengan kendaraan pribadi. Dengan dinaikan harga BBM jenis premium akan membuat masyarakat beralih ke transportasi massal. “Yang perlu dilakukan untuk jangka menengah, yaitu membuat kebijakan-kebijakan yang sifatnya memberikan sinyal bahwa kita akan beralih dari bahan bakar fosil ke bahan bakar yang terbaharukan,” jelas Ari Kuncoro.
Tentunya kebijakan kenaikan BBM yang dilakukan oleh pemerintah sudah melihat dan mendengar pertimbangan-pertimbangan dari sentimen pasar. Dampak kenaikan harga BBM bisa dilihat juga pada ekspektasi sektor produksi.
“Apakah mereka akan mengkalkulasikan kenaikan ini ke dalam perhitungan budget produksinya, kemudian diumumkan ke konsumen atas kenaikan suatu produk tersebut. Jadi, industri harus pintar-pintar dalam menaikkan harga suatu produk agar tetap bisa bersaing dengan industri lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha bersedia mengurangi margin keuntungan,” tutup Ari Kuncoro. (Des)