97 Talk Series Mendiskusikan Perkembangan Industri Pertanian Indonesia
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK – Alumni angkatan 1997 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengadakan kegiatan 97 Talk Series dengan mengangkat tema “Agriculture Industry” yang berlangsung di Ruang A. 108, Gedung A, pada Sabtu (23/2/2019).
Rio Parnando selaku Business Development Director Ranko Indonesia memaparkan materi bahwa petani Indonesia dalam menyemprot tananamnya masih menggunakan cara tradisional. Saat ini ada suatu produk di mana sebagian petani Indonesia sudah mencoba dan berdampak positif pada hasil panennya.
Produk tersebut bernama Ranko. Ranko merupakan produk berbentuk cair dengan mengandung 2% Nitrogen, 8% Phosphorus, 9% Potassium yang dilengkapi dengan asam amino, pupuk mikro, enzim aktif pertumbuhan, sehingga sangat efektif, mudah dan cepat diserap melalui sel-sel tanaman, mempercepat aplikasi ke bunga/daun/batang, dana aman & ramah lingkungan.
“Produktifitas keunggulan dari Ranko, yaitu hasil efektif dan cepat, mendorong tanaman mencapai potensi terbaiknya, mendorong pengembangan sistem akar yang kuat dan sehat, kenaikan hasil, dan kualitas produksi, hasil panen buah, sayuran dan bunga potong dapat bertahan lebih lama, efektif dan cepat merangsang tunas, pembungaan dan pembuahan, mendorong perbaikan imunitas tanaman, eningkatkan kualitas rasa dan aroma, dan meningkatkan rendemen,” ungkap Rio Parnando.
Selain itu, efisiensi dari Ranko yakni mudah diaplikasikan, memupuk pohon saja, minim pupuk terbuang, mengurangi pupuk tanah sampai 50%, mengurangi kejenuhan tanah, dan mengurangi penggunaan fungisida & pestisida.
Wartono selaku Entrepreneur Pertanian, Penyuluh, dan Pelatih PPL menyampaikan materi peluang usaha budidaya cabai. Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai 5 kg/ kapita/ tahun (2013) dan 90% cabai dikonsumsi dalam bentuk segar. Dalam memulai menanam cabai, pikirkan luas lahan, lahan tersebut subur dan cocok untuk ditanami cabai, dan tentukan jarak tanam. Hal pertama yang harus dilakukan yaitu pembibitan.
“Teknik pembibitan bisa dilakukan dengan 4 cara, antara lain persemaian dibuat dalam bedengan/rak yang diberi naungan plastik transparan, untuk setiap 75 kg substrat diperlukan bahan (tahah halus 30 kg, pupuk organik 30 kg, cocopeat 15 kg, trichorderma 11, 25 gr), benih ditanami dalam polybag /plastik semai ukuran 4×6 cm dibuat lubang semai 0,5 cm dan ditutup tanah halus atau abu, dan bibit dapat dipindah ke lapang setelah 17-21 hari,” jelas Wartono.
Perawatan bibit bisa dilakukan dengan menggunakan insektisida dan fungisida setengah dari dosis anjuran, bila dengan sungkup pendek maka 10 hari sebelumnya harus dapat sinar matahari penuh. Jarak tanam cabai saat musim hujan 80 x 60 cm. Sedangkan jarak saat musim kemarau 70 x 60 cm. Pengendalian hama dan penyakit bisa diatasi dengan jaga kebersihan lahan, monitoring atau amati perkembangan hama dan penyakit secara rutin, lakukan tindakan segera setelah teridentifikasi terserang, gunakan pestisida yang tepat waktu, sasaran, cara, dan dosis, amati & ulangi penyemprotan, eradikasi (buang) tanaman yang terkena penyakit.
Selain itu, mengatur atau mengawasi ketersediaan air dan keasaman tanah sampai masa panen. Manfaatkan juga panas matahari. “Dengan demikian faktor pengamatan sangat penting untuk efektivitas waktu, tenaga dan biaya produksi,” tutupnya. (Des)