Lembaga Demografi FEB UI Publikasikan Hasil Riset ‘Dampak Sosial Ekonomi GO-JEK Terhadap Perekonomian Nasional di tahun 2018’
Melva Costanty – Humas FEB UI
Jakarta (21/03/2019) – Teknologi mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi digital. Kontribusi GO-JEK sebagai pemain utama dalam industri teknologi menunjukkan kemampuan inovasi teknologi untuk memperluas peluang penghasilan. Kontribusi mitra GO-JEK terhadap perekonomian Indonesia pada tahun 2018 mencapai total Rp 44, 2 triliun. Hal ini disampaikan oleh Paksi C. K. Walandouw, Wakil Kepala Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia dalam Konferensi Pers Hasil Riset Dampak Sosial Ekonomi GO-JEK Indonesia, di The Hook, Jakarta Selatan.
Tingkat optimisme mitra GO-JEK cukup tinggi. Responden merasa yakin dapat menghidupi keluarga mereka dengan layak. “Sebanyak 90% mitra GO-JEK yakin bisa menghidupi keluarga. Kemitraan ini dianggap pekerjaan utama yang dilakukan untuk menopang kehidupan keluarga, bukan lagi pekerjaan sampingan,” ujar Paksi.
Temuan lainnya dari penelitian ini, sebanyak 95% mitra perempuan percaya diri bahwa mereka mampu memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa bergantung kepada orang lain. “Kami ingin melihat dari sisi pemberdayaan perempuan (women empowerment). Hasilnya, 70% mitra merupakan perempuan, low skill dan low education, sementara 50% diantaranya merupakan tulang punggung keluarga. Hal ini menunjukkan partisipasi perempuan semakin tinggi dalam ekonomu berbasis digital.” ujar Alfindra Primhaldi, peneliti Lembaga Demografi FEB UI.
“Hasil studi ini membuktikan bahwa teknologi digital bisa menguntungkan siapapun, termasuk masyarakat menengah kebawah sekalipun. Studi ini juga sebagai alternatif pengukuran dari teknologi digital. Selama ini data stastistik mengenai kontribusi digital teknologi dalam perekonomian Indonesia tidak mudah didapat,” ujar Andi Fahmi Lubis, pengamat ekonomi sekaligus dosen FEB UI.
Sedangkan dari aspek regulasi terkait persaingan dalam ekonomi digital itu susah-susah gampang. “Kalau terlalu ketat akan membatasi, tapi kalau terlalu loose akan ada potensi predatory pricing. Harga diturunkan semurah mungkin supaya mendapatkan sebanyak-banyak pelanggan, sehingga pesaingnya ‘mati’. Persaingan ini harus dijaga agar sehat dan seimbang antara produsen dan konsumen,” ujar Andi.
Riset ini dilakukan di 9 kota besar di Indonesia kepada 6,732 responden mitra GO-JEK yang terdiri dari mitra pengemudi GO-RIDE dan GO-CAR, merchant UMKM GO-FOOD dan talent GO-LIFE (GO-CLEAN dan GO-MASSAGE). Hasil riset ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan publik dan media mengenai potensi dan manfaat sosial ekonomi GO-JEK Indonesia, serta menghasilkan basis penelitian yang dapat digunakan oleh pemangku kepentingan baik pemerintah, akademisi, dan pelaku industri di Indonesia.(des)