Kisah Inspiratif Octa, Anak Supir Angkot Lulus S2 dengan IPK 3.65 di FEB UI
Delli Asterina – Humas FEB UI
Meraih pendidikan tinggi dan berprestasi bukanlah mimpi selama kita mau mengejarnya. Inilah kisah inspiratif anak supir angkot yang berhasil kuliah S2 dan lulus dengan IPK 3.65.
Octadila Laily Anggraeni merupakan mahasiswa Magister Akuntansi-Program Profesi Akuntan (MAKSI-PPAk.) FEB UI angkatan 2017/2 memulai kuliah di program magister pada bulan Februari 2018. Octa salah satu peraih beasiswa LPDP angkatan 2017 yang dapat melanjutkan studinya di MAKSI-PPAk. FEB UI.
“Saya memilih kuliah di Magister Akuntansi FEB UI karena menurut saya ini merupakan program studi magister akuntansi terbaik di Indonesia. Selain itu, melanjutkan kuliah di MAKSI-PPAk. FEB UI juga merupakan rekomendasi dari dosen-dosen di Universitas Brawijaya,” kata Octa.
Octa merupakan anak kedua dari dua bersaudara yang sukses melanjutkan studi di MAKSI-PPAk. Meski dari keluarga yang sederhana yang tinggal di Malang, Octa tidak pantang menyerah. Selain menjalankan rutinitas kegiatannya sebagai mahasiswa di Maksi, Octa juga mengajar PASEBAN untuk SD, SMP, SMA dan di ruangguru.com.
Anak dari Supir angkot di Malang ini membuktikan prestasinya dengan menyelesaikan kuliah di magister di MAKSI-PPAk. FEB UI dalam waktu 1,5 semester. Dia pun meraih IPK 3,65 atau lulus dengan predikat sangat memuaskan.
“Dari semenjak sekolah di SMK Malang hingga kuliah S1 di Universitas Brawijaya saya mendapatkan beasiswa Bidikmisi dan sudah tidak meminta uang saku ke orangtua, berjuang mandiri,” ujar Octa.
“Masa-masa minder saya udah lewat dan menghilangkan masa minder dari dulu S1 harus sambil bekerja,” ucapnya.
Sempat bekerja sebagai Auditor di Kantor Akuntan Publik yang bertempat di Malang, adalah salah satu semangat Octa dalam meneruskan jenjang studinya untuk dapat mengumpulkan pundi-pundi uang demi mengapai cita-cita.
Kisah haru juga diceritakan Octa, manakala ayahanda sakit. Octa sempat bolak-balik Jakarta-Malang untuk dapat membantu proses pemulihan kesehatan Ayah.
“Saat ujian sidang tesis, sempat bolak-balik Jakarta-Malang untuk membantu ayah yang masih sakit,” ucapnya.
Tesisnya dengan mengusung studi kasus mengenai crowdfunding berbasis imbalan sebagai bentuk perkembangan teknologi industri 4.0 menjadi karya akhirnya di MAKSI-PPAk. FEB UI.
“Studi kasus yang diangkat dalam tesis saya mengenai crowdfunding berbasis imbalan. Crowdfunding berbasis imbalan dengan sebagai bentuk perkembangan teknologi industri 4.0 masih sedikit penelitiannya, padahal case ini ada disekitar kita, banyak dimanfaatkan dan menarik,” kata Octa.
Octa juga berbagi tips agar lulus beasiswa LPDP diantaranya dengan memperhatikan timeline beasiswa, menyiapkan dokumen sebelumnya dan melengkapi persyaratan beasiswa hingga nilai TOEFL.
“Rencananya ke depan ingin kembali ke Malang, ingin melamar menjadi asisten dosen di FEB Brawijaya Malang dan ingin lebih dekat dengan orangtua,” ucap Octa.
Octa juga berharap dengan ilmu yang telah didapatkan di MAKSI-PPAk. FEB UI dapat membantunya dalam mengajar dan memberikan edukasi terhadap anak SMK dalam memberikan pengajaran di bidang case study akuntansi.
“Selama saya berkuliah di MAKSI-PPAk., saya belajar cara menyelesaikan case study dalam bidang akuntansi dan lebih applicable dan terjun ke dunia bisnis, hingga saya tahu penyelesaian masalahnya seperti apa,” ucapnya.
“Cita –cita saya agar lebih dapat berguna bagi banyak orang, dengan berbagi ilmu, ilmu yang diberikan tidak akan berkurang bahkan akan bertambah. Saya ingin lebih berbagi dari aapa yang saya punya”, ungkap Octa.
“Intinya untuk semua yang akan melanjutkan kuliah. Siapapun dengan latar belakang apapun, ketika kuliah, semuanya terlihat sama. Saya bisa membuktikan kalau saya tidak kalah dan mahasiswa lainnya, saya bisa mendapatkan performance terbaik. Yang penting harus maksimal belajar dan tidak boleh tinggi hati serta meremehkan. Saya yakin kesempatan kuliah di Maksi ini dikasih Tuhan karena ada tujuannya, dan saya senang kuliah di MAKSI-PPAk. FEB UI,” tutupnya.