Dekan FEB UI Jadi Narasumber Dalam Seminar Nasional Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
Delli Asterina~Humas FEB UI
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI meyelenggarakan Seminar Nasional dengan Tema ‘Revolusi Industri 4.0 dan Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan’ yang diselenggarakan bertempat di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro, Ph.D menjadi keynote speaker dalam seminar tersebut. Dalam paparannya beliau menjelaskan strategi pembangunan memaanfaatkan Industri 4.0.
“Perkembangan teknologi informasi yang kemudian berwujud pada penggunaan gadget dan platform seperti telpon pintar, teknologi informasi berbasis cloud, data analytic dan lain-lain telah melanda masyarakat baik secara individu, kelompok maupun institusi . Seperti halnya dalam setiap revolusi industri sebelumnya selalu ada peluang baru dan ancama,” kata Ari.
“Global competitiveness index menempatkan Indonesia di ranking 32 untuk business sophistication dan rangking ke 80 untuk kesiapan teknologi. Penggunaan email untuk menghubungi pelanggan, penggunaan situs perusahaan dan lain-lain. Kegagalan melakukan follow up, berkoordinasi dan menepati jadwal delivery dapat mengakibatkan suatu perusahaan terpelanting atau terkucil dari jaringan distribusi/produksi internasional. Saat ini keterlibatan Indonesia dalam jaringan produksi internasional mengalami stagnasi,”
Terkait dengan pemanfaatan pertumbuhan sektor-sektor untuk menciptakan kesempatan kerja dan sumber devisa yang tergantung dari kemampuan SDM Indonesia dalam Industri 4.0, ia mengungkapkan bahwa selain keunggulan di bidang SDM, bisnis online internasional mempunyai peluang untuk mempunyai keunggulan tidak sepadan (different level of playing field) terhadap bisnis konvensional dan online dalam negeri. Industri ritel dalam negeri dengan beban regulasi yang mereka hadapi, mungkin harus menghadapi rantai pasokan trans-nasional dengan beban regulasi seperti perpajakan, lingkungan, dan persaingan usaha yang jauh lebih ringan.
“Sejak maraknya bisnis online pada tahun 2015 telah terjadi kenaikan pesat dari impor bahan konsumsi tahan lama dan semi tahan lama. Untuk tahun 2016 dan 2017 rata-ratanya adalah 20 persen per tahun. Jauh lebih tinggi dari barang konsumsi tidak tahan lama (11,6 persen), bahan baku dan penolong (6,5 persen) dan barang modal (0,91 persen) ,” ungkapnya.
Sehingga kajian-kajian tersebut dapat diketahui dan di-implementasikan untuk bisa dimanfaatkan bagi pembangunan berkelanjutan dan sejalan dengan yang dibutuhkan anggota DPR berupa alternatif-alternatif kebijakan yang perlu disajikan.