Rayakan Idul Adha 1440 H, Guru Besar FEB UI jadi Khatib khutbah di Masjid Ukhuwah Islamiyah UI
Delli Asterina~ Humas FEB UI
Tepat pada tanggal 10 Dzulhijjah 1440 H umat muslim di seluruh penjuru dunia merayakan hari raya Idul Adha 1440 H.
Di Masjid Ukhuwah Islamiyah Universitas Indonesia juga dilangsungkan ibadah shalat Ied. Khutbah Idul Adha disampaikan oleh Nachrowi Djalal Nachrowi Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia sekaligus Ketua Senat Akademik Universitas Indonesia.
Dalam paparan khutbahnya beliau mengambil judul Menggali Prinsip Kerja Keras – Cerdas, Altruism dan Demokrasi dari Idul Adha.
“Ada dua ibadah utama yang berkaitan dengan Idul Adha yaitu melaksanakan ibadah haji dan menyembelih hewan kurban serta mendistribusikannya. Kita semua tentunya sudah banyak mendengar ulasan tentang haji dan kurban dari para muballigh atau kita telah membaca uraian tentang haji dan kurban dari artikel atau buku, baik yang digital maupun konvensional. Oleh karenanya hari ini saya menyoroti bagian kecil dari komponen haji dan kurban yang menurut saya perlu digarisbawahi yaitu mengenai hikmah haji dan kurban dalam kaitannya dengan prinsip kerja keras yang pantang menyerah serta kerja yang cerdas yang dapat meningkatkan produktivitas. Sumber daya Manusia yang islami. Selain itu makna kurban bila ditinjau dari sisi altruism dan demokrasi,” kata Nachrowi.
“Ibadah haji dapat dipandang sebagai suatu wisata spiritual yang penuh makna. Mulai dari silahturahmi internasional diantara saudara kita umat islam sedunia sampai kepada penghayatan ritual-ritual yang penuh dengan makna filosofis sebagai tuntunan dalam menghadapu hidup di dunia ini,” ungkapnya.
“Bila kita perhatikan lebih lanjut, negara yang relatif maju di dunia ini adalah negara yang mayoritas penduduknya berpendidikan tinggi dan menguasai ilmu serta teknologi. Meskipun suatu negara mempunyai sumber alam melimpah, tetapi apabila tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berpendidikan, negara tersebut tidak dapat memanfaatkan kekayaan alamnya secara optimal,” jelasnya.
Menurutnya, kurban adalah bentuk ungkapan pendekatan diri seorang hamba kepada Allah dengan mempersembahkan sesuatu yang paling berharga yang dimilikinya, baik jiwa maupun harta. Secara historis ibadah ini memang berakar dari kisah Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah untuk mengorbankan anak dambaanya yaitu Nabi Ismail. Tetapi secara teologis, kurban merupakan wujud kepasrahan total seorang hamba kepada Khaliqnya dengan maksud membersihkan eksistensi dirinya dari berbagai nafsu. Karena itu ibadah ini diwujudkan dalam bentuk penyembelihan hewan dan kita dianjurkan untuk menyembelih sendiri hewan yang kita kurbankan; paling tidak, kita dianjurkan menyaksikan penyembelihannya,” ujarnya.
“Marilah kita tutup khutbah ini dengan menggarisbawahi bahwa kita perlu senantiasa bekerja keras dan bekerja secara cerdas tetapi kits juga harus peduli kepada saudara-saudara kita yang kurang beruntung. Dalam berinteraksi sosial, kita perlu berkomunikasi dan berinteraksi secara santun dan mengutamakan prinsip bermusyawarah untuk mufakat. Bila umat Islam di Indonesia dapat menjalankan agamanya dengan konsisten, insyaallah negara kita akan menjadi negara yang maju dan beradab. Selain itu pada Hari Raya Kurban ini, marilah kita bartaubat dan memohon ampun kepada Allah agar semua dosa-dosa kita dapat diampuniNya,” tutupnya.