Febrio N Kacaribu: BI Masih Akan Pertahankan Tingkat Suku Bunga
Bank Indonesia diprediksi mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75 persen sebagai bentuk antisipasi atas ketidakpastian eksternal. BI pun dinilai perlu menghitung dampak dari pelonggaran makroprudensial, sebelum kembali merelaksasi kebijakan moneter.
Bank Indonesia diprediksi mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,75 persen sebagai bentuk antisipasi atas ketidakpastian eksternal. BI pun dinilai perlu menghitung dampak dari pelonggaran makroprudensial, sebelum kembali merelaksasi kebijakan moneter.
Kepala Riset Ekonomi Makro dan Kebijakan Finansial LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Febrio N Kacaribu, Kamis (22/8/2019), di Jakarta, menilai, secara global, BI masih konservatif dalam mengikuti tren pelonggaran suku bunga.
”Kepemilikan asing yang sangat tinggi pada obligasi pemerintah akan berfungsi sebagai rem bagi BI dalam melakukan pelonggaran makroprudensial. BI tetap mencegah aliran modal keluar,” ujarnya.
Tercatat secara outstanding per 20 Agustus 2019, total nilai kepemilikan asing pada instrumen SBN Rp 1.006,58 triliun atau mencapai 38,49 persen dari seluruh kepemilikan SBN. Sementara sejak awal Januari hingga 20 Agustus 2019, investor asing mencatatkan pembelian bersih Rp 113,3 triliun.
Alasan lain bank sentral mempertahankan suku bunga acuan karena pergerakan rupiah dalam beberapa pekan terakhir cukup fluktuatif. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) per 22 Agustus 2019, rupiah berada di level Rp 14.234 per dollar AS.
Di samping itu, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada triwulan II-2019 melebar menjadi 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Padahal, pada triwulan sebelumnya, CAD ada di posisi 2,6 persen dari PDB.
Upaya BI dalam mempertahankan suku bunga akan membantu pemerintah memperbaiki posisi CAD serta menjaga aliran dana asing yang masuk ke dalam negeri. ”Adapun pertimbangan menahan suku bunga acuan karena tingkat inflasi Juli cenderung stabil,” ujar Febrio.
Tingkat inflasi Juli sebesar 3,23 persen dinilai masih berada dalam kisaran target BI. Kenaikan inflasi sebagian besar didorong oleh kenaikan harga pakaian dan pendidikan yang tengah memasuki tahun ajaran baru.
Sementara itu, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai, peluang kebijakan makroprudensial masih belum pasti. Terlebih BI masih harus menghitung dampak relaksasi giro wajib minimum (GWM) dari 6,5 persen menjadi 6 persen beberapa waktu lalu.
”Maka, untuk sementara saya kira BI belum akan mengeluarkan kebijakan pelonggaran makroprudensial karena sudah dilakukan sebelumnya,” ujarnya.
Sumber : Kompas https://bebas.kompas.id/baca/utama/2019/08/22/ekonom-bi-masih-akan-pertahankan-tingkat-suku-bunga/