Ari Kuncoro Bahas Upaya Pemerintah untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Rima Noersita Sarvi ~ Humas FEB UI
Presiden Joko Widodo meminta para menteri agar mempercepat belanja kementrian dan lembaga. Dengan percepatan belanja diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia
“Angka pertumbuhan 2019, memberikan kita semacam lampu kuning. Karena perlambatan itu terjadi di satu waktu, dia tumbuh hanya 3,66% dari 4,5%. Ini suatu penurunan yang cukup signifikan. Yang kedua, sektor perdagangan itu praktis pertumbuhannya melemah tipis. Ini menunjukan bahwa konsumen itu dia menahan pendapatannya. Karena dari data survey, mereka memiliki pendapatan. Dan ekspektasi terhadap pendapatan masa depan masih bagus. Tapi kalau dilihat lagi dari data ternyata mereka masih belanja untuk makan, minuman dan travelling. itu kita lihat dari sektor transport yang sampai 7,6% dan pertumbuhan sektor hotel dan restoran 6,44%. Akan tetapi, pertumbuhan itu tidak cukup mengkonpensasi perlambatan sektor manufaktur dan sektor perdagangan”. Ujar Ari.
Menurut Ari, Pemerintah harus melakukan antisipasi, karena hanya pengeluaran pemerintah yang dapat memberikan stimulus. Tapi, tentunya tidak dengan memperlambat defisit. Tentunya dengan percepatan dari pengeluaran-pengeluaran, contohnya: Belanja rutin, belanja pemeliharaan, belanja pengadaan barang-barang (bukan barang modal), serta perjalanan dinas. Maka beliau merasa, ini bisa dijadikan alat untuk melakukan stimulasi. Karena saat ini sektor perdagangan dan sektor hotel restoran itu menjadi motor. Terutama dengan berkembangnya kota-kota selain Jakarta.
Semua potensi pemerintah harus digunakan untuk mendorong perekonomian. Yang sangat penting saat ini adalah, Pemerintah harus menciptakan pertumbuhan minimum essential growth (MEG). Mengapa? Karena ini dapat mempengaruhi para investor.
“Memang tidak bisa mengkompensasi 100%, apalagi saat ini sedang ada Corona, dll. Tapi kita harus menjaga supaya pertumbuhan ekonomi jangan sampai jauh dibawah 5%. Karena itu merupakan sinyal bagi Investor bahwa Indonesia masih merupakan tempat yang baik untuk menanam modal,” pungkas Ari.
Mewabahnya virus corona di Wuhan menjadi tantangan berat bagi Indonesia Karena aktifikas Bisnis Indonesia dan China cukup besar. Sehingga apabila terjadi perlambatan ekonomi di China, Indonesia akan merasakan dampaknya. Pada Q1 di 2020, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,8% hingga 5,1%. Namun, virus Corona ini terus menyebar dan sangat berdampak terhadap perekonomian. Maka kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q1 2020 di bawah 5%.
Saat ini, yang paling efektif adalah dengan menjalankan belanja rutin. Belanja rutin adalah belanja yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kantor, untuk perjalanan dinas para pegawai, dan untuk transfer dana desa. “Saya rasa ini akan cukup memberikan kompensasi karena virus Corona ini baru terdengar pada akhir Desember, lalu memberi ekspektasi negatif pada Januari. Sehingga, masih ada sekitar 1,5 bulan untuk melakukan kompensasi terhadap pengeluaran yang menurun. Semoga ini tidak terlalu jatuh pada triwulan 1. Karena dapat mempengaruhi pertumbuhan untuk 2020.” Ujar Ari.
Menurut Ari, saat ini yang penting adalah pemerintah harus mempertahankan pertumbuhan yang minimum untuk momentum. Jadi, pemerintah perlu mensiasati bagaimana penurunan permintaan yang tiba-tiba ini data di kompensasi. Kompensasi seperti percepatan pengeluaran pemerintah, Investasi yang sifatnya padat karya, kemudian transfer dana desa dan juga hal-hal yang sifatnya pengeluaran rutin. Sementara dari Bank Indonesia, bisa menurunkan suku bunga acuan.