Seminar Virtual FEB Unibos, FEB UI Bahas Strategi Penanganan Covid-19
Delli Asterina ~ Humas FEB UI
Pandemi Covid-19 yang masih merebak dikalangan masyarakat, menarik perhatian para akademisi untuk mengetahui bagaimana strategi penanganannya dalam pemerintahan.
Hal ini menjadi fokus bahasan dalam Seminar Virtual Jilid II yang digelar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Bosowa (Unibos), Senin (22/6/2020).
Seminar dengan tajuk “ Strategi Kepala Daerah Dalam Penanganan Covid-19 & Pemulihan Ekonomi Di Era New Normal Life” ini menghadirkan empat gubernur. Diantaranya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah yang diwakili Dr. Aslam Patonangi, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, dan Gubernur Jawa Barat yang diwakili Rachmat Taufik Garsadi.
Selain menghadirkan kepala daerah di Indonesia, kegiatan ini juga mengundang beberapa penanggap dari beberapa universitas ternama Indonesia. Dr. Beta Yulianita Gitaharie, selaku Pj. Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Indonesia, hadir menjadi penanggap pertama dalam seminar daring Unibos.
“Saya rasa, apa yang sudah dilakukan para gubernur sudah mengikuti apa yang pertama diarahkan pemerintah dan mempunyai strategi dalam penanganan covid-19. Kendala utama diawal menghadapi covid-19 ialah belum adanya kesiapan bagaimana menyesuaikan diri terhadap pandemik ini. Penting bagi kita mengenali virus covid-19. Virus covid-19 ini juga bisa menyebar melalui jaringan mukosa seperti melalui mata, hidung dan mulut. Sehingga perlu untuk proteksi diri dengan mematuhi protokol kesehatan seperti jaga jarak, physical distancing, menggunakan masker, cuci tangan menggunakan sabun, menghindari kerumunan, dan sebagainya,” kata Dr. Beta.
“Virus Covid-19 ini apabila dilihat secara ekonomi memang mempengaruhi semua aspek kegiatan, dari sisi pelaku ekonomi, pihak rumah tangga, perusahaan, pemerintah juga tepengaruh,” ungkapnya.
Selanjutnya, Beta mengatakan, di sisi rumah tangga, terpengaruh karena adanya penciutan kegiatan ekonomi. Sementara di sisi perusahaan, dihadapkan pada melemahnya permintaan dari masyarakat sehingga harus melakukan adjustment working from home sebagai implikasi dari adanya PSBB, tentu ini sudah melemahkan atau memperlambat kegiatan perusahaan.
“Pemerintah sebagai pihak yang mengatur jalannya pemerintahan, harus melakukan realokasi anggarannya, sementara terjadi perlambatan dengan makin banyak work from home, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang berkontribusi pada orang jatuh miskin, sehingga pemerintah perlu menyiapkan social safety net dan paling penting menjaga kestabilan harga-harga. Kalau supply-nya berkurang akan ada kenaikan harga-harga, dan kita harus menjaga agar harga kebutuhan pokok stabil. Di sisi UMKM, terdapat dua jenis usaha secara fisik offline dan online. UMKM perlu dibantu edukasi untuk beralih ke online, pendanaan, sosialisasi penjualan untuk terus go online. Saya rasa FEB Universitas-universitas bisa mengambil peran mendukung UMKM,” tutup Beta. (hjtp)