Rektor Ari Kuncoro di Berita Satu TV: Pidato Presiden, Nota Keuangan dan RAPBN 2021
Hana Fajria ~ Humas FEB UI
Jakarta – (14/8/2020) BeritaSatuTV menyiarkan pidato Presiden RI tentang RAPBN dan Nota Keuangan 2021 di Gedung DPR-MPR, Jakarta, pada Jumat, 14 AGustus 2020. Dalam tanya jawab tentang pidato tersebut, Rektor Universitas Indonesia menjadi salah satu narasumber. Salah satu poin yang ditanyakan adalah tentang proyeksi pertumbuhan ekonomi yang disebut positif 4,5-5,5%.
Rektor Universitas Indonesia, Profesor Ari Kuncoro, memberikan tanggapan atas pidato presiden tersebut mengatakan, pertumbuhan jangka panjang (steady state growth) memang ada di 5%. Ini sudah terjadi sejak 2012. Saat ini turun sesaat ke -5,32% karena adanya covid. Tapi ini adalah ekuilibirum sesaat, dan kemungkinan kembali cukup besar, karena (satu) kita punya populasi domestik yang cukup besar, (dua) konsumsi dan investasi bisa dikendalikan, dan (tiga) ada pengeluaran pemerintah. Tapi karena adanya komponen ketidak pastian, yaitu Covid, maka range pertumbuhan ada di 4,5 -5,5% .
Range yang lebar ini menunjukkan situasi penuh ketidakpastian. Oleh sebab itu, Pemerintah melakukan berbagai hal untuk menunjukkan bahwa kita melakukan sesuatu (expectation realignment), ini perlu untuk membangkitkan ekspektasi masyarakat, karena situasi belum membaik. Beberapa indikator, contohnya indeks keyakinan konsumen, indeks pembelian barang tahan lama, indeks menumbuhkan pekerjaan, purchasing manager index, semua membaik antara Juni Juli. Jika pemerintah mengamati ini, seperti surfer yang memanfaatkan gelombang, kalau bisa gelombangnya diperbesar lagi. Karena kalau menyebutkan situasi baik2 saja, itu tidak benar, justru dengan mengambil posisi di tengah-tengah to rally the public untuk menyemangati public.
Bagaimana mengatasi ketidakpastian atau meminimalisir risiko? Kita perlu tahu apa yang menimbulkan ketidakpastian. Berita vaksin di Rusia ditanggapi tidak benar, begitu juga pernyataan virus yang menyebar lewat udara, semua tidak memberikan solusi, hanya fenomena. Ini menimbulkan ketakutan. Beda dengan pernyataan tentang dari OTG kita bisa ekstrak sesuatu untuk mempelajari penyakit. Ini yang ingin kita dengar. Jadi selama ada ketidakpastian, ketakutan, konsumen kelas menegah tidak akan melakukan pembelanjaan seperti saat normal, mereka akan menabung, tidak melakukan perjalanan, tidak melakukan kenduri. Kita butuh narasi2 positif bahwa sesuatu sedang dilakukan. Ada vaksin sinovac, ada uji klinik, perlu disampaikan untuk memperlihatkan bahwa ada progress. Ini seperti mengatakan ada cahaya di ujung gua yang gelap, karena manusia bekerja perlu ada harapan.
Melihat postur RAPBN yang disampaikan presiden, Prof. Ari mengatakan ada elemen yang menyadari bahwa Covid merupakan momen untuk melakukan transformasi ekonomi. Seperti destinasi pariwisata baru, bisa dilakukan dengan kebiasaan-kebiasaan baru, misal jaga jarak. Lalu menghubungkan supply chains, dari yang tradisional, missal antara UMKM dengan pembeli bertemu di pasar, menjadi bertemu lewat teknologi, lewat online. Infrastruktur juga diinterpretasikan dengan cara-cara baru. Lalu, produktifitas, juga bisa dinaikkan lewat bansos, jadi disalurkan lewat pekerjaan umum, misal bangun irigasi. Kuncinya stimulus, kapasitas produksi dan teknologi baru. Semua dikemas dalam nota keuangan ini. Semua berangkat dari Indonesia sebagai negara berpendapatan menegah atas. Jadi memang ada Covid, tapi momentumnya kita gunakan untuk transformasi ekonomi.
Mengenai Stimulus dalam RAPBN, Ari mengatakan ada dua hal, pertama, stimulus penting untuk menggelontorkan perekonomian, tidak penting bentuknya bagaimana, yang penting stimulus. Kedua, tepat sasaran. Contohnya stimulus ke UMKM, supaya mereka bisa berproduksi sehingga rantai pasokan tetap terpelihara. Di sini penting adanya data yang tepat, UMKM mana yang perlu diberikan. Maka digunakan data yang pernah ikut KUR, Mekar, Kredit mikro. Jadi stimulus penting, satu untuk meningkatkan kapasitas produksi dan yang kedua meningkatkan daya beli.
Dalam closing statement Ari mengatakan, agar target dan proyeksi pemerintah tercapai, semua habitat sudah diatur, seperti ada bansos produktif, ada bantuan korporasi, ada relaksasi. Semuanya bisa bergerak kalau masyarakat berbelanja. Selama ada ketakutan, masyarakat belum berbelanja, jadi perlu prosedur kesehatan. Ini bisa lewat indeks, yang menunjukkan tempat-tempat aman untuk masyarakat berbelanja. Indeks yang menyatakan mana yang aman, sehingga membangkitkan confident masyarakat. (hjtp)
video selengkapnya di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=QUgfLBKya-o