Menuju BPS Berkelas Dunia,
Pemikiran 10 Akademisi dan Praktisi Statistika di Indonesia
Hana Fajria â Humas FEB UI
Depok â (26/09/2020) 26 September adalah Hari Statistik Nasional (HSN). Perayaan HSN mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya statistik, meningkatkan peran serta masyarakat dalam statistik dan mendorong para pelaku statistik untuk terus melakukan kegiatan statistik sesuai kaidah yang berlaku. Pada acara ini beragam pandangan mengenai statistik secara umum dan BPS secara khusus disampaikan para akademisi dan praktisi statistika.
Teguh Dartanto, Ph.D., Wakil Dekan I FEB UI salah satu narasumber pada acara ini, menyampaikan perspektif bidang pendidikan, tantangan, harapan dan kerja ke depan, menuju BPS berkelas dunia. Bagi Teguh, Quality of Data BPS sudah kredibel dan representative, dengan melakukan continuous improvement di sisi penyajian data dan informasi, akses lebih mudah, dan quality assurance. Teguh menjelaskan, di sisi up to date data dan method, BPS akan selalu menghadapi tantangan jaman karena datanya akan selalu dibandingkan dengan data big data dan realtime data. Impresi Teguh terhadap BPS, driver of the quality sudah baik seperti adanya commitment, openness, fearless creativity, dan stake holders engagement.
Harapan dari dunia pendidikan karena kebutuhan yang berbeda, diperlukan data yang berfokus pada perilaku manusia seperti kebutuhan data makro dan data mikro (quasi-experiment or natural experiment), kombinasi data mikro rumah tangga (Susenas), kebutuhan penelitian longitudinal, kombinasi nightlight (data langit) dan data bumi (data BPS) serta komibasi data de facto (big data/online) dan data de jure (BPS), adanya data interlink antar data BPS, serta adanya underutilized data untuk penelitian seperti sensus pertanian, ekonomi dan lainya yang bersifat data mentah bukan data agregat.
âHarapannya, BPS sebagai data mencerdaskan bangsa. BPS harus sebagai engine of knowledge creation, from data collection to driver of knowledge creation, BPS mendorong kebijakan berbasis bukti dan publikasi ilmiah dengan open access data BPS. BPS juga perlu adanya data dan dokumentasi untuk mencatat dan menampilkan paper ilmiah berdasarkan data BPS sehingga ada stock of knowledge data yang dapat ditampilkan, terakhir dengan âidea festivalâ untuk eksplorasi ide-ide unik dalam pemanfaatan data-data BPSâ tutup Teguh.
Untuk menuju BPS berkelas dunia, tentunya banyak hal yang harus ditransformasi. Berbagai pemikiran tajam dari para narasumber tentunya diharapkan mampu menjadi masukan untuk BPS agar ke depannya menjadi lebih baik.(hjtp)