GNAM Week Day 2: MM FEB UI Hadirkan 3 Sesi Menarik dari Berbagai Latar Pembicara
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
Nisa Adzhani L, Nara Pangestika Vidyani, dan Silvia Tri Handayani ~ Mahasiswa MM FEB UI
DEPOK – (20/10/2020) Hari Kedua Pekan Global Network Week atau Global Network for Advanced Management (GNAM) yang bertemakan “Winning Strategies for Small and Medium Size Businesses Amidst Covid-19 Pandemic” diisi dengan tiga sesi menarik dari berbagai latar belakang pembicara, pada Selasa (20/10/2020).
Session 1: Transitioning to the Next Normal; How Pandemic Shifts Indonesian Business Landscape and What Business Should Prepare?
Rosan Perkasa Roeslani, Chairman of Indonesian Chamber of Commerce and Industry, memaparkan bahwa Covid-19 telah sangat mempengaruhi banyak negara di bidang ekonomi, terutama pada UMKM. Kekhawatiran terbesar terletak pada tingkat produktivitas yang lebih rendah yang disebabkan oleh penerapan prosedur/protokol kesehatan dan kenaikan harga atau biaya. Di sisi positifnya, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara dengan pemulihan tercepat di dunia. Pemerintah telah membuat rencana penganggaran untuk pemulihan ekonomi akibat pandemi, dan telah menyediakan dana untuk mendukung UMKM serta dilakukannya revolusi digital untuk memberdayakan jutaan UMKM agar berbasis teknologi.
Session 2: Hidden Opportunities During Pandemic; Different Ways SMEs Successfully Turn Covid-19 to its Advantage
Pada sesi kedua ini, pemaparan materi disampaikan oleh tiga pembicara, yaitu Pascal Sembel, Chief Investment Officer Unistellar Indonesia, Wieke Yunita, S.Sos, CFP, QCRO, QWP, Director of Insurance Alodokter, Windy Natriavi, Komisaris Awan Tunai dengan moderator Arviansyah, Ph.D.
Pascal Sembel, sebagai pembicara pertama, menjelaskan hal kritis dalam kondisi pandemi ini adalah cara merespon, memulihkan, dan memperbarui dengan fokus pada konsumen baru dan kebutuhan baru. UMKM membutuhkan inovasi untuk melakukan modifikasi, membuat produk baru sesuai kebutuhan pelanggan, dan menjual produk atau jasanya dengan harga terjangkau. Inovasi merupakan hal yang esensial dalam strategi bisnis saat ini. Pemilik UMKM juga perlu memiliki pola pikir bahwa UMKM bukanlah badan usaha dengan pendapatan kecil, tetapi bisa menjadi usaha dengan pendapatan miliaran. Maka dari itu, UMKM perlu melakukan berbagai inovasi, dan perlu dipahami pula bahwa inovasi tidak selalu dalam bentuk digitalisasi.
Wieke Yunita, sebagai pembicara kedua, menyampaikan bahwa Alodokter merupakan wadah yang menghubungkan dokter dan pasien dalam bisnis kesehatan. Sulitnya masyarakat pedesaan mencari dokter spesialis juga menjadi salah satu alasan dibangunnya platform ini. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19, masyarakat membutuhkan layanan online untuk berkonsultasi kesehatan.
Sambung Wieke, Alodokter sebagai UKM hadir untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan menggunakan teknologi yang memberikan pelayanan kesehatan melalui chat, konsultasi kesehatan dengan dokter, dan edukasi berupa artikel kesehatan. Meski begitu, Alodokter juga mengalami berbagai tantangan dalam kondisi pandemi. Alodokter menanganinya dengan mengedepankan kualitas, menciptakan layanan sesuai kebutuhan masyarakat, bekerjasama dengan stakeholders terkait, dan cepat beradaptasi dengan keadaan.
Windy Natriavi, sebagai pembicara ketiga, mengatakan Awan Tunai hadir sebagai teknologi yang dapat membantu pembiayaan pemasok dan pemilik toko kelontong di Indonesia. Awan Tunai mempertemukan pedagang grosir dengan sekitar 200 pemilik toko kelontong dan memberikan dana kepada pedagang grosir yang kesulitan mendapatkan modal tambahan untuk bisnis mereka. Selain itu pemasok juga dibantu dalam pencatatan stok barang dan monitoring aktivitas transaksi di tokonya. Menurut Windy, dalam kondisi saat ini pemberdayaan juga penting bukan menghilangkan satu jenis usaha. Untuk alasan ini, Awan Tunai memberdayakan pedagang grosir dan tidak menggantinya dengan e-commerce. Yang tidak kalah penting adalah adanya pendampingan dan upaya menjaga hubungan yang ada antara UKM, pedagang grosir, dan pemilik toko kelontong.
Session 3: What Strategies Emerge As Winning Strategies During Crisis?
Dosen pada Departemen Manajemen FEB UI, Prof. Dr. Adi Zakaria Afiff memaparkan bahwa di tengah pandemi Covid-19, ada tiga strategi bertahan hidup yang dijelaskan dengan segitiga piramida, yakni bertahan hidup, mengeksploitasi, dan mengeksplorasi. Dalam ‘kelangsungan hidup’, kita harus mendefinisikan ulang bisnis dengan mendefinisikan kembali lapangan bermain dan membentuk kembali proposisi nilai. Selain itu, menjaga arus kas usaha dengan cara memanfaatkan kebijakan pemerintah, mengelola A/R dan penagihan, meninjau kembali biaya operasional, dan menghentikan belanja modal.
Kedua, dalam ‘eksploitasi’, kita harus memperkuat tujuan dengan 1) memperdalam hubungan dengan segmen saat ini dan memperluas penawaran baru ke segmen saat ini, 2) berkolaborasi dengan rantai nilai yang kuat dengan membangun hubungan dengan pemerintah dan rantai nilai yang kuat, dan 3) memanfaatkan dan memperkuat kemampuan digital. Terakhir, dalam ‘jelajahi’, kita harus memperluas kemampuan digital dengan meningkatkan titik kontak dengan pelanggan, memperkaya keterlibatan dengan semua segmen, dan memperluas kolaborasi dengan menyediakan layanan baru dengan pemerintah dan rantai nilai yang kuat. (hjtp)