Rektor UI, Ari Kuncoro: Peran Program Kartu Prakerja dan Perguruan Tinggi dalam Pembangunan SDM di Masa Pandemi
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK – (3/11/2020) Profesor Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia, mengatakan jumlah pengangguran meningkat menjadi sekitar 10 juta orang di era pandemi Covid-19 atau 8% – 9% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia saat ini. Kebanyakan dari penganggur tersebut berusia muda/produktif dan berasal dari kota-kota sekunder. Mayoritas penganggur didominasi oleh anak muda yang relatif berpendidikan dan belum pernah bekerja, serta belum pernah mengikuti pelatihan.
Mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah melakukan terobosan melalui kebijakan baru berupa Program Kartu Prakerja. Kartu Prakerja merupakan kebijakan out of the box, karena mencoba menggabungkan antara elemen stimulus (dalam bentuk transfer ke rekening) dengan kemampuan meningkatkan kapasitas produksi perekonomian (dalam bentuk pelatihan kerja). Seperti halnya, di Amerika Serikat, ada transfer payment untuk seseorang selama masih menganggur, berupa tunjangan dengan batasan waktu tertentu, sampai mendapatkan pekerjaan. Di Indonesia, bagi orang yang masih menganggur diberikan insentif dan pelatihan, dengan tujuan untuk menyiapkan SDM unggul.
“Dengan Kartu Prakerja, kompetensi para pencari kerja baru, pencari kerja yang alih profesi, atau korban PHK diharapkan bisa ditingkatkan pada masa pandemi atau pasca Covid-19 ini. Tentunya, bisa menciptakan terobosan baru jangka menengah dan panjang,” ujar Ari Kuncoro dalam sesi talkshow secara webinar, bertajuk ”Peran Program Kartu Prakerja dalam Pembangunan SDM di Masa Pandemi”, Selasa (3/11/2020). Webinar ini merupakan rangkaian dari kegiatan penandatanganan Nota Kesepakatan antara Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja dengan IPB.
Ari melanjutkan, ini membuka kesempatan dan tantangan baru, apabila kita mencoba me-redefinisikan kembali perekonomian pasca Covid-19. Secara strategis kita sudah mengetahui gencarnya persaingan dagang AS-China, perubahan rantai pasokan, dan sebagainya. Sudah saatnya Indonesia mengandalkan daya beli domestik. Untuk itu, Kartu Prakerja ini bisa mempersiapkan para pemuda secara realistik untuk siap bersaing di dunia kerja, karena Kartu Prakerja bukan hanya memberikan insentif tetapi juga memberikan pelatihan.
Di sisi lain, timbul tantangan terhadap kurikulum perguruan tinggi, yang harus diubah mengikuti perkembangan zaman demi menyiapkan SDM unggul. Selama ini, sistem pendidikan kita terkesan hanya satu arah. Artinya, mengharuskan seseorang untuk merefleksikan buku atau menghapal, sementara kreativitas serta kerjasama tim kurang diberi penekanan. “Untuk itu, perguruan tinggi harus melakukan inovasi, dengan pembekalan adaptasi untuk dunia kerja bagi para mahasiswa, seperti melatih kemampuan, menganalisis data, mengarang secara luas, beragumen secara baik, dan melihat peluang masa depan. Sesuai tuntutan keterampilan di zaman transformasi digital, yaitu higher order thinking and complex problem solving, social skills, critical thinking, cognitive abilities (flexibility, creativity, logical reasoning), adaptability, dan 4 literasi (dasar, data, teknologi, dan manusia),” demikian Ari menutup sesinya. (hjtp)