Pemulihan Berjenjang
Oleh: Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., Rektor Universitas Indonesia
KOMPAS | (23/2/2021) – Pemulihan ekonomi Uni Eropa tampaknya akan tertunda akibat ancaman varian baru Covid-19 dan resurgensi kasus positif. Yang paling terpukul adalah sektor jasa besar dan kecil yang notabene mendominasi perekonomian. Satu hal yang cukup mengejutkan, sektor manufaktur Eropa mulai menunjukkan pemulihan.
Akan tetapi, kontraksi sektor jasa sangat dalam sehingga kinerja manufaktur tidak dapat mengompensasinya. Akibatnya, perekonomian akan memasuki double dip recession. Pola pemulihan ekonomi tampaknya akan berbentuk huruf W dan bukan V seperti perkiraan semula.
Perkembangan dalam negeri
Indonesia menghadapi resurgensi pandemi Covid-19 sebagai dampak libur panjang. Perbedaannya, Indonesia, akibat informalitas yang masih cukup tinggi, perlu kebijakan yang dirancang dengan memperhatikan ekspektasi sektor formal dan informal. Kompleksitasnya adalah, jika ekspektasi masyarakat berbeda-beda ala model Lucas Island of Expectation [Lucas (1972, 1973, 1975)], tergantung dari kategori kelompoknya.
Sukar untuk melakukan kebijakan jika subyek yang terkena kebijakan memiliki ekspektasi yang berbeda (pooling equilibrium problem). Dalam situasi ini, kebijakan harus memperhatikan koridor pulau-pulau ekspektasi masyarakat, lalu mengambil titik tengahnya (median voter).
Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro adalah salah satu contoh yang mencoba mengakomodasi ekspektasi kelas menengah atas dan bawah sekaligus. Kelas menengah atas cenderung lebih khawatir terhadap situasi kesehatan. Adapun, kelompok menengah bawah, terutama kelompok dengan berpenghasilan harian, lebih mengkhawatirkan prospek kesempatan kerja apalagi apabila ada PHK.
Jika kedua pulau ekspektasi ini terpisah (independently distributed), sulit untuk mempersatukan dalam kebijakan titik tengah. Untungnya, kedua aspirasi ini saling beririsan. Kekhawatiran kelas menengah atas mengenai peningkatan kasus positif Covid-19 membuat mereka lebih konservatif berbelanja sehingga daya ungkit perekonomian menurun. Hal ini menurunkan pertumbuhan yang berujung pada berkurangnya kesempatan kerja. Kelas menengah bawah akhirnya akan terdampak pula.
Dampak pada pemulihan
Survei keyakinan konsumen pada Januari 2021 yang diterbitkan Bank Indonesia menunjukkan penurunan indeks keyakinan konsumen (IKK) signifikan, dari 96,5 pada Desember 2020 ke 84,9 pada Januari 2021. Pertanyaannya, hal ini disebabkan peningkatan kasus harian positif baru secara drastis sejak akhir Oktober 2020 atau karena penerapan PPKM mikro? Idealnya, karena selalu ada hubungan timbal balik digunakan analisis statistika kausalitas ala Granger (1969). Namun, data time-series tidak cukup panjang sehingga alternatifnya adalah melihat timing PPKM dan kurva harian kasus positif baru.
Pada 2 November 2020, ada 2.618 kasus positif Covid-19 baru. Setelah akumulasi beberapa hari libur panjang, angka ini terus naik dan memuncak pada 30 Januari 2021 dengan 14.518 kasus. PPKM mikro diumumkan pada 9 Februari 2021 sehingga jelas merupakan respons terhadap peningkatan kasus positif baru.
Pelemahan IKK lebih karena peningkatan kasus positif baru. Hal ini diperkuat data produk domestik bruto (PDB) triwulan IV-2020 dibandingkan dengan triwulan III-2020, pemulihan pertumbuhan cenderung datar.
Persepsi kesehatan yang memburuk tertangkap pada pertumbuhan triwulan IV-2020. Pertumbuhan konsumsi masyarakat melandai dari 4,69 persen pada triwulan III-2020 ke hampir stagnan pada 0,49 persen pada triwulan IV-2020.
Konsumsi masyarakat dalam PDB sekitar 58 persen, sedangkan investasi 31,73 persen. Secara Granger causality, perkembangan investasi lebih ditentukan konsumsi masyarakat. Implikasinya, sejak 2000, dinamika pertumbuhan PDB Indonesia lebih mengikuti perkembangan konsumsi. Pertumbuhan PDB Indonesia lebih mengikuti perkembangan konsumsi.
Berarti pola pemulihan mendatar (flat) pada PDB akibat memburuknya persepsi kesehatan sejak triwulan IV-2020. Efeknya baru terdeteksi pada Januari 2021 dengan penurunan signifikan besaran IKK.
Keseimbangan
Bagaimana perkembangan itu akan memengaruhi IKK, konsumsi masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi, baru dapat dilihat pada data mendatang. Namun, terlihat, pola pemulihan akan dipengaruhi resurgensi pandemi dan tingkat keketatan kebijakan. Koridor yang sempit antara menyeimbangkan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi merupakan tugas berat pemerintah.
Pada awal pandemi, seluruh dunia berharap pola pemulihan ala V. Pengalaman Uni Eropa menunjukkan hal ini sulit dicapai, Indonesia tampaknya akan mempunyai pola pemulihan mirip memanjat anak tangga, seperti fungsi berjenjang (step function), dalam matematika. Bergantian antara pertumbuhan triwulanan cepat disusul pertumbuhan landai dan datar. Hal ini sesuai kebijakan pengetatan dan relaksasi mengikuti resurgensi pandemi dan kecepatan mutasi virus korona.
Memperhatikan hal ini, tipe pemulihan berjenjang mungkin akan lebih berkelanjutan dan berkualitas karena memberi jeda waktu untuk introspeksi, konsolidasi, improvisasi, dan inovasi kebijakan.
Sumber: Harian Kompas. Edisi: Selasa, 23 Februari 2021. Rubrik Analisis Ekonomi. Halaman 1 bersambung ke Halaman 15.