Webinar LPEM FEB UI bersama FKP, “Measuring Bilateral Economic Cooperation: The Case of Indonesia and Australia”
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK – (27/5/2021) Wakil Kepala Bidang Penelitian di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, Kiki Verico, Ph.D., menjadi narasumber dalam webinar LPEM FEB UI bekerjasama dengan Forum Kajian Pembangunan (FKP), dengan tema “Measuring Bilateral Economic Cooperation: The Case of Indonesia and Australia” yang dipandu oleh Zehan Pricilia, pada Kamis (27/5/2021).
Dalam paparannya, Kiki Verico menyampaikan bahwa bilateral ekonomi sudah jadi pilihan umum negara anggota ASEAN. Salah satunya, Indonesia sudah melakukan hubungan bilateral sejak tahun 2008. Ada kira-kira 8 yang rampung terutama kesepakatan hubungan bilateral dengan nama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA CEPA).
Setelah sekitar sepuluh tahun sejak kedua negara berkomitmen untuk memiliki perjanjian bilateral, IA CEPA mulai berlaku pada 5 Juli 2020 dengan dua tujuan, yaitu (1) menilai potensi perdagangan dan hubungan investasi jangka panjang dengan kombinasi Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Constant Market Share Analysis (CMSA) dengan Terms of Trade (ToT) dan Net Export (NX) sebagai filter; (2) mengukur potensi dampak dari penghapusan tarif dengan menggunakan model Global Trade Analysis Project (GTAP).
Mengacu pada perbandingan indikator ekonomi makro, Indonesia dan Australia berada pada level yang berbeda. Pada dasarnya, Australia sebagai negara berpenghasilan tinggi sedangkan Indonesia termasuk negara berpendapatan menengah. Indikator dari sektor (pertanian, manufaktur, jasa), perdagangan (ekspor), dan faktor produksi (lapangan kerja dan produktivitas) menunjukkan Australia lebih produktif dengan ekonomi bernilai tinggi sedangkan Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam ukuran dan kegiatan ekonomi kecil-menengah.
Kedua negara menggunakan RCA dan CMSA3 untuk membangun perekonomian di bidang industri yang berfokus pada hubungan matahari terbit dan terbenam dalam menentukan aliran investasi dan sisanya diklasifikasikan sebagai hubungan perdagangan.
Dengan menerapkan model GTAP 10 database yang mensimulasikan dampak kerjasama ekonomi bilateral Indonesia dan Australia, ditemukan bahwa Australia akan mendapat keuntungan dari tekstil dan pakaian jadi, manufaktur ringan, serta sektor jasa. Sementara, Indonesia akan mendapatkan keuntungan dari tanaman biji-bijian, daging, makanan olahan, makanan ringan dan berat, serta manufaktur. Hasil simulasi GTAP 10 database mirip dengan analisis kombinasi antara RCA dan CMSA3, yang merupakan arus investasi sunset to sunrise.
Oleh karena itu, kerjasama ekonomi antara Indonesia dan Australia bersifat saling melengkapi dan memenuhi hubungan investasi perdagangan, sehingga saling menguntungkan dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian masing-masing negara.
Untuk lebih jelasnya, silakan lihat video ini : https://youtu.be/-wjLJ0-RALU