LM FEB UI, BRIDGE Webinar Series: Manajemen Praktis di Tengah Krisis
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK – (31/5/2021) Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) mengadakan Business Research Insights for Developing Great Executives (BRIDGE) Webinar Series dengan tema “Manajemen Praktis di Tengah Krisis” pada Senin (31/5). Menghadirkan William Yang (Konsultan Manajemen Senior dan Penulis) sebagai pembicara dan Thamrin PH Simanjuntak (Praktisi Manajemen LM FEB UI) sebagai pemandu acara.
William membahas pandangan dan strategi di tengah situasi krisis ekonomi, kesehatan, politik, dan sebagainya. Menurut teori, suatu negara mengalami resesi jika mencatatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) minus selama 2 triwulan berturut-turut. PDB merupakan indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi dalam periode tertentu.
“PDB berasal dari penjumlahan setiap nilai tambah kegiatan transaksi atau perpindahan uang oleh seluruh unit usaha di suatu negara. Lalu, PDB minus berarti sekelompok orang telah mengurangi kegiatan transaksi dan konsumsi sehingga banyak produk terhimpun di gudang. Biasanya, perusahaan atau pengusaha mengatasinya dengan memberikan diskon, menjual rugi, mengurangi pegawai, atau melakukan likuidasi,” tuturnya.
Teori penyelamatan krisis terdiri dari crisis mode dan recovery mode. Crisis mode berarti tindakan saat kondisi krisis untuk mempertahankan hingga memperpanjang hidup. Apabila mampu bertahan pada crisis mode, maka langkah berikutnya adalah recovery mode. Recovery mode berarti tindakan usai mengamankan kondisi krisis untuk mencari solusi dan peluang.
Ia mengingatkan bahwa semua tindakan harus melalui perhitungan, rencana recovery mode tak boleh mengganggu rencana crisis mode. Selain itu, kedua teori penyelamatan ini belum tentu sepenuhnya berhasil.
Bagi William, Indonesia saat ini berada di antara kondisi crisis mode dan recovery mode. Ia mengatakan, “Pada 2020 lalu, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani melakukan 2 tindakan crisis mode, yakni crisis mode untuk Indonesia dan crisis mode untuk masyarakat Indonesia. Dalam hal crisis mode untuk Indonesia, pemerintah Indonesia menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) atau global bonds dalam denominasi US Dollar (USD Bonds), meningkatkan penerimaan pajak, dan menyita aset dari pihak tertentu.Tak lain bertujuan memutar roda perekonomian dan memperpanjang nafas pemerintahan.”
“Crisis mode untuk masyarakat Indonesia, di antaranya mengurangi pajak usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), memberikan subsidi bunga untuk UMKM, memberikan subsidi upah, serta membagikan berbagai bantuan lainnya,” imbuhnya.
Kemudian, tindakan pemerintah dalam hal recovery mode, yakni di sisi kesehatan mencanangkan vaksinasi gratis dan masif serta di sisi ekonomi menetapkan peraturan pengadaan pemerintah untuk UMKM.
Pemerintah telah menerbitkan Perubahan Peraturan Presiden nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Perubahan ini mengacu pada UU No 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, yakni memberikan kemudahan dan perluasan usaha kepada usaha kecil, mikro (UKM) dan koperasi dalam pasar pengadaan barang atau jasa pemerintah.
Kementerian/lembaga/pemerintah daerah (K/L/PD) wajib mengalokasikan sedikitnya 40 persen anggaran belanja untuk memprioritaskan penggunaan barang atau jasa UKM dan koperasi dari produksi setempat. Selain itu, K/L/PD pun harus memperluas peran serta UKM dan koperasi dengan mencantumkan barang atau jasa mereka ke dalam katalog elektronik.
UMKM adalah pilar utama ekonomi Indonesia membantu meningkatkan PDB. Berdasarkan data milik Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau Jasa (LKPP) pada 12 Oktober 2020, sebanyak 163.164 dari 64 juta pelaku UMKM sudah terlibat sebagai rekanan penyedia barang dan jasa milik pemerintah.
Mengakhiri paparan, William mengusulkan bahwa Indonesia dapat bekerja sama dengan negara lain dalam hal ekspor barang dan jasa. Menurutnya, jika Indonesia terus jeli mengambil dan memanfaatkan peluang, maka perekonomian akan cepat pulih.