Toto Pranoto di Economic Challengers Metro TV
“Selamatkan Garuda Indonesia”
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK – (15/6/2021) Masalah keuangan yang dialami oleh Garuda Indonesia membuat pemerintah harus turun tangan. Berbagai opsi penyelamatan pun disiapkan mulai dari pemberian dana talangan, restrukturisasi hingga opsi likuidasi.
Pengamat BUMN sekaligus Dosen FEB UI, Toto Pranoto menuturkan sejak pandemi Covid-19 dari tahun 2020 hingga saat ini, kondisi global airlines memang sangat terpukul. Dalam laporan keuangan Garuda Indonesia di Q-3 2020 mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu pendapatan usaha US$ 1,14 miliar dan beban usaha US$2,24 miliar. Hal ini menjadikan Garuda Indonesia berada pada posisi terancam atau hampir collapse.
“Garuda Indonesia harus segera berbenah untuk memperbaiki kondisi keuangan saat ini melalui efisiensi penggunaan biaya, perubahan model bisnis, negoisasi dengan lessor segera diselesaikan, dan pemerintah tidak bisa melepaskan persoalan ini kepada Garuda sendiri tetapi ada ekosistem lain yang bekerja untuk membantu menemukan solusi dari permasalahan ini. Semua itu harus dilakukan agar kondisi buruk seperti sekarang ini tidak terjadi ke depan,” ucap Toto dalam acara Economic Challengers, Metro TV dengan tema “Selamatkan Garuda Indonesia” bersama host Friderica Widyasari Dewi, pada Selasa (15/6/2021).
Sebagai contoh, ada suatu kasus penerbangan di negara tetangga, yakni Malaysia Airlines yang tidak berfokus hanya membayar utang-utang, akan tetapi mereka melakukan penyelamatan dengan khazanah sebagai pemilik dengan membuat suatu program Malaysia Aviation Group, yang bukan lagi mengandalkan bisnis di pesawat dan maintenance namun mereka menjalankan bisnis berkaitan dengan tourism yang terintegrasi. Cara ini juga bisa dipertimbangkam oleh Kementerian BUMN untuk menyelamatkan keuangan Garuda Indonesia agar berpotensi segera rebound apabila Covid-19 berakhir.
Sementara, rute penerbangan domestik yang memberikan keuntungan bisa dijadikan regulasi untuk membangkitkan Garuda Indonesia. Selama ini, kekurangan Garuda Indonesia ialah terlalu banyak memiliki international airport yang sebagian tidak memiliki keuntungan. Untuk mengoperasikan atau menghentikan rute internasional memang memiliki banyak aspek lain seperti diplomasi, kebijakan negara dan juga kesepakatan bilateral dengan negara tetangga. Sama halnya dengan maskapai asing yang terbang ke Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hak yang sama untuk menerbangi rute ke negara tersebut.
“Diharapkan di bawah kepemimpinan yang baru ini, Garuda Indonesia versi baru nanti bisa menerapkan sebagai perusahaan yang menegakkan prinsip corporate government dengan baik. Pada umumnya, permasalahan Garuda Indonesia bukan pertama kali teejadi namun selalu berulang-ulang hampir sama. Perbedaan permasalahan sekarang ini diperparah dengan adanya Covid-19,” demikian Toto menutup sesinya.