Workshop PPIA FEB UI: Introduction to Bibliometric Analysis

0

Workshop PPIA FEB UI: Introduction to Bibliometric Analysis

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (29/6/2021) Program Pascasarjana Ilmu Akuntansi (PPIA) FEB UI mengadakan Workshop dengan topik “Introduction to Bibliometric Analysis” pada Selasa (29/6). Menghadirkan pemateri Arizona Mustikarini (Dosen Departemen Akuntansi, Universitas Gadjah Mada dan Rekan Peneliti Audit, University of Agder, Norwegia), dengan pemandu acara Yulianti Abbas (Ketua Program Studi PPIA FEB UI).

       

Arizona membahas konsep dasar analisis bibliometric, sebuah metode analisis statistik atas artikel dan kutipan yang telah terbit untuk mengukur dampaknya.

Ia menjelaskan, “Secara historis, metode bibliometrik berguna untuk menelusuri hubungan antara kutipan karya ilmiah atau sitasi jurnal akademik. Institute of Scientific Information (ISI)—saat ini Clarivate Analytics Web of Science—menjadi pengguna awal bibliometrik di tahun 1970-an.”

Garfield dalam bukunya berjudul “Citation Indexes for Science” dan “Price” menuliskan bahwa metode bibliometrik kian berubah dan berkembang. Bahkan, para ilmuwan mulai mengonseptualisasikan peran kutipan bibliometrik ke dalam proses produksi pengetahuan.

Saat ini, analisis bibliometrik telah digunakan dalam beberapa multidisiplin, di antaranya Kedokteran (Seglen, 1989 dan Hendrix, 2008), Sosiologi (Crane, 1972), Humaniora (Wiberley, 2003), Komunikasi (Lievrouw, 1989), Pemasaran Internasional (Acedo dan Casillas, 2005), dan Bisnis internasional (Pilana et al., 2009 dan Alon et al., 2018 – 2019).

Menurut Donthu et al. (2021), setiap tahunnya, tren artikel ilmiah bibliometrik terus meningkat. Terbukti, database Scopus pada subjek bisnis, manajemen, dan akuntansi; ekonomi, ekonometrika, dan keuangan; serta ilmu sosial, dengan kata kunci ‘bibliom’ menunjukkan kenaikan signifikan, semula hanya 170 artikel pada 2005 menjadi 1.950 artikel pada 2020.

     

Kemudian, Arizona berbicara tent ang kehadiran metode bibliometrik di tengah mapannya metode tinjauan sintesis. Ia pun memperlihatkan tabel penelitian milik Donthu et al. (2021) yang membandingkan kedua metode tersebut.

“Meninjau temuan penelitian masa lalu termasuk tugas paling penting untuk memajukan bidang penelitian tertentu. Umumnya, para peneliti memahami temuan sebelumnya menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan tinjauan pustaka terstruktur atau pendekatan kuantitatif dengan meta-analisis,” tuturnya.

Tinjauan pustaka terstruktur bertujuan meringkas dan meninjau sintesis temuan pustaka yang ada tentang suatu topik atau bidang penelitian. Peneliti dapat memilih metode ini jika cakupan tinjauannya spesifik, kumpulan datanya kecil, dan mudah mengelolanya, sehingga dapat meninjau konten secara manual. Analisisnya menggunakan pendekatan kualitatif (evaluasi dan interpretasi).

Meta-analisis bertujuan meringkas bukti empiris hubungan antar variabel dan mengungkap hubungan yang tidak dipelajari dalam studi yang ada. Peneliti dapat memilih metode ini jika fokus tinjauannya meringkas hasil yang luas atau spesifik, studi di lapangan bersifat homogen, atau jumlah studi homogen yang tersedia dan tersisa cukup tinggi (usai menghapus studi berkualitas rendah). Analisisnya menggunakan pendekatan kuantitatif (evaluasi dan interpretasi).

Sementara itu, analisis bibliometrik digunakan dalam meringkas sejumlah besar data bibliometrik untuk menyajikan  struktur intelektual dan tren yang muncul dari suatu topik atau bidang penelitian. Peneliti dapat memilih metode ini jika cakupan tinjauan terlalu luas dan kumpulan data terlalu besar. Analisisnya menggunakan pendekatan kuantitatif (evaluasi dan interpretasi) dan kualitatif (hanya interpretasi).

Ia mengatakan, “Tinjauan pustaka bibliometrik adalah metode tinjauan pustaka yang menggunakan analisis statistik dan kuantitatif atas studi yang telah terbit, berfokus pada struktur artikel yang masuk ke dalam referensi. Unit analisis mencakup artikel beserta sub-komponennya, misalnya kutipan, penulis, jurnal, bidang, dan negara. Mengingat pemetaannya begitu luas, bibliometrik tentu butuh alat bantu perangkat lunak untuk analisis dan visualisasi, seperti VosViewer.”

“Metode ini memiliki tujuan utama menganalisis kinerja (mengevaluasi kinerja individu dan institusi dalam hal penelitian dan publikasi) dan memetakan sains (mengungkap struktur dan dinamika bidang keilmuan). Keunggulannya adalah mampu meninjau studi yang banyak secara efisien; menawarkan tinjauan pustaka yang sistematis, transparan, dan dapat direplikasi; memandu peneliti ke karya-karya paling berpengaruh; memetakan bidang penelitian dengan bias kurang subjektif; menganalisis lebih objektif dan andal; dan meningkatkan kualitas tinjauan,” imbuhnya.

Lalu, Arizona menerangkan perbedaan singkat antara kutipan dan referensi. Apabila artikel A terbit pada 2020, memiliki catatan bibliografi dari artikel B terbit pada 2018, berarti A memiliki referensi ke B atau B menjadi dokumen sumber atas kutipan yang ada pada A.

Komponen utama metode bibliometrik terdiri dari analisis kutipan (citation analysis), analisis kutipan bersama atau kositasi (co-citation analysis), dan pasangan bibliografi (bibliographic coupling). Peneliti dapat memilih komponen yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Tahapan umum dalam meninjau artikel ilmiah menggunakan analisis bibliometrik terdiri dari menentukan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian, merumuskan desain penelitian (termasuk berbagai keperluan dalam mengumpulkan dan menganalisis data), dan menganalisis hasil dan menafsirkan temuan.

Akhir sesi, ia membagikan beberapa saran, “Sebaiknya, artikel ilmiah memenuhi elemen yang baik dan cerita yang kuat. Elemen yang baik, yaitu memuat cerita, data, analisis, dan komunikasi yang baik. Lalu, cerita yang kuat berarti artikel ilmiah memiliki motivasi, kontribusi (baik terhadap teori, praktik, maupun penelitian), dan perbedaan dengan artikel terdahulu.” (hjtp)