PEBS UI, “Stadium Generale IESS 2021: Islamic Economy Through The Next Disruption Decade”
Adela Miranti Yuniar – PEBS FEB UI
DEPOK – (24/7/2021) Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI bekerja sama dengan Layanan Syariah LinkAja menyelenggarakan kegiatan Studium Generale Islamic Economic Summer School (IESS) 2021 yang bertemakan “Islamic Economy Through The Next Disruption Decade” pada Sabtu (24/7).
Dalam kegiatan ini terdapat sesi diskusi panel dan sesi talkshow. Pada setiap sesinya, hadir tiga narasumber. Narasumber sesi diskusi panel adalah Adiwarman Karim (Pendiri Karim Consulting), Putu Rahwidhiyasa (Direktur Bisnis dan Kewirausahaan Syariah KNEKS), Donny Fernando (Group Head Syariah, LinkAja), dan dipandu oleh Azizon (Peneliti PEBS FEB UI) selaku moderator sesi ini. Sementara narasumber pada sesi talkshow adalah Ahmad Fauzie Nur (Direktur Utama Kawasan Industri Wijayakusuma), Iggi H. Achsien (Sekjen MES), Rahmatina A. Kasri (Kepala PEBS FEB UI), serta dipandu oleh Kindy Miftah (Assistant Vice President Sharia Business and Retail Banking Analytics Maybank) selaku moderator sesi tersebut.
Adiwarman Karim sebagai narasumber pertama pada sesi diskusi panel menyampaikan, gambaran disrupsi yang terjadi saat ini dan persiapan yang dalam menghadapi disrupsi tersebut. Adiwarman menjelaskan, “Untuk menghadapi disrupsi yang terjadi, seluruh pelaku ekonomi syariah harus mempersiapkan tiga hal, yaitu harus memahami perilaku individu, harus memberikan value added dalam bisnis, dan harus cerdas dalam melaksanakan segala aktivitas.” Beliau menambahkan pesan bahwa “Jangan tunggu kita sempurna baru kita melakukan sesuatu, tapi lakukanlah hal tersebut terlebih dahulu,” tutup Adiwarman.
Narasumber kedua, yaitu Putu Rahwidhiyasa, menyampaikan strategi pengembangan UMKM industri halal, dan sinergi membentuk ekosistem digital ekonomi syariah di tengah disrupsi yang terjadi.
Putu menjelaskan, “Terdapat lima pilar dalam strategi pengembangan UMKM industri halal, yaitu capacity building, partnership, incubation and financing, dan digital empowerment.”
Kelima pilar tersebut merupakan strategi pengembangan UMKM industri halal, yang bertujuan agar UMKM dapat meningkatkan daya saing, dikelola dengan cara yang baik, sesuai dengan prinsip syariah, dan akselerasi penggunaan digital untuk mendukung peningkatan profit, serta meningkatkan kontribusi UMKM industri halal terhadap ekonomi nasional.
Putu mengakhiri paparannya dengan menyampaikan, bahwa KNEKS membangun sistem sinergi untuk membentuk ekosistem dengan melibatkan seluruh stakeholders terkait termasuk pihak industri, akademik, dan pemerintah, serta memanfaatkan digital dalam setiap prosesnya. Putu menyampaikan, “Kuncinya adalah sinergi yang memberikan kebermanfaatan kepada semua pihak.”
Sesi diskusi panel diakhiri dengan paparan narasumber ketiga, yaitu Donny Fernando, yang menjelaskan gambaran dari sisi praktisi di fintech syariah terkait apa yang sudah dilakukan dan dampaknya pada kondisi saat ini. Donny menyampaikan bahwa Layanan Syariah LinkAja merupakan uang elektronik syariah pertama, yang diinisiasi untuk mewujudkan visi Masterplan Syariah Indonesia 2019-2024. Donny menjelaskan value proposition dari Layanan Syariah LinkAja, yaitu halal karena tersertifikasi oleh DSN MUI dan Bank Indonesia, lengkap karena menyediakan berbagai jenis layanan yang mencakup kebutuhan donasi dan pembayaran sehari-hari, sehat karena masyarakat bisa bertransaksi dari rumah secara cashless dan cardless, serta mudah karena dapat diakses di mana saja, dengan menggunakan mobile phone yang dimiliki.
Donny menyampaikan, “Selain dari aspek kehalalannya, Layanan Syariah LinkAja memiliki keunggulan dibandingkan penyedia jasa sejenis, di antaranya transaksinya lengkap dan mudah, bersertifikat DSN MUI dan BI, dan saldo masyarakat juga terhimpun di bank syariah.”
Donny mengakhiri paparannya dengan menyampaikan bahwa Layanan Syariah LinkAja tidak dapat berjalan sendiri, perlu bersama-sama “Menyatukan Langkah, Memajukan Negeri” dan perlunya dukungan dari seluruh stakeholders untuk pertumbuhan Layanan Syariah LinkAja yang lebih baik.
Pada sesi talkshow, Fauzie sebagai narasumber pertama, menyampaikan pendapatnya terkait perkembangan ekonomi syariah yang terjadi di Indonesia, dengan pendekatan bottom up, perkembangan yang terjadi menunjukkan bahwa dari sisi supply, pemain di sektor ekonomi syariah saat ini sudah semakin banyak. Namun, masih perlu adanya peningkatan dari sisi demand.
Kemudian, Iggi sebagai narasumber berikutnya menyampaikan bahwa salah satu isu terkait ekonomi syariah adalah pertumbuhannya belum signifikan, namun jika muncul isu syariah bisa langsung menjadi isu nasional yang berdampak pada reputasi syariah itu sendiri. Selain itu, di Indonesia ketimpangan yang masih tinggi juga menjadi isu, sehingga yang harus diperbaiki adalah upaya untuk mengangkat kelas menengah yang semakin kuat, dan melibatkan penduduk muslim lebih banyak.
Rahmatina selanjutnya memberikan perspektif dari sisi akademisi, “Indonesia pada awalnya memang cenderung terlambat dari sisi waktu pendirian sektor pendidikan formal di bidang ekonomi Syariah, sehingga hal ini mempengaruhi tingkat literasi dan pemahaman masyarakat terkait ekonomi dan keuangan syariah.” Meskipun demikian, Rahmatina menambahkan dengan memberikan gambaran, bahwa pertumbuhan di sisi pendidikan sudah cukup signifikan saat ini, karena dalam beberapa tahun terakhir, sudah terdapat 800 program studi S1 dan 50 program pascasarjana, di bidang ekonomi dan keuangan syariah. Rahmatina menyampaikan masih perlu adanya sinergi antara pihak akademisi dan industri agar lebih optimal dalam mengembangkan ekonomi syariah.
Pada closing statement dari para pembicara di sesi talkshow, Fauzie menyampaikan, “Perjuangan untuk mensyiarkan ekonomi syariah tidak terbatas pada satu industri saja, jika sudah memaksimalkan di sektor finansial jangan melupakan sektor riil, karena dengan adanya kombinasi antara sektor finansial dan riil, diharapkan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia.”
Selanjutnya, Rahmatina menyampaikan, “Saya percaya dan optimis bahwa masa depan ekonomi syariah sangat baik. Pada awalnya, kita didukung oleh gerakan masyarakat, kemudian saat ini pemerintah juga sudah turut terlibat. Kami dari dunia akademisi siap melakukan perubahan-perubahan, bersinergi dengan para stakeholders, serta sangat terbuka untuk kolaborasi yang diharapkan dapat mendorong akselerasi ekonomi syariah dan terwujudnya visi Indonesia menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah global.”
Iggi mengakhiri sesi dengan menyampaikan, “Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia, baik dari sisi industri maupun pendidikan ekonomi syariahnya, merupakan sesuatu yang niscaya terjadi, maka dari itu mari senantiasa berdoa agar dapat dipertemukan dengan momen penting melihat kebangkitan ekonomi dan keuangan syariah. Ikhtiar bersama, saling bersinergi untuk mencapai tujuan akhir tersebut.” (hjtp)
__________________________________________________
Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) merupakan institusi di bawah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) yang didirikan pada tahun 2007 untuk menjadi Center of Excellence untuk penelitian dan pelatihan di bidang ekonomi, bisnis dan keuangan syariah.
Narahubung:
PEBS FEB UI
salam@pebs-febui.org