Pembukaan FEB UI dan OPHI Universitas Oxford: OPHI Summer School 2022
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK – (1/8/2022) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas (FEB UI) bersama OPHI Universitas Oxford mengadakan Pembukaan OPHI Summer School 2022 yang mengusung tema “Multidimensional Poverty Measurement and Analysis” pada Senin (1/8).
Sebanyak 88 peserta OPHI Summer School dari 29 negara menghadiri acara secara hybrid, baik luring/tatap muka langsung maupun daring. Kegiatan kelas tatap muka dilaksanakan di Auditorium Gd. Departemen Manajemen, Kampus FEB UI Depok.
Turut hadir tim OPHI secara tatap muka, Prof. Sabina Alkire (Director OPHI), Monica Pinilla Roncancio (Researcher), Corinne Mitchell (Director Programmes and Operations), Ricardo Nogales (Research Associate), Putu Geniki Natih (Researcher), Alexandra Fortacz (Research Analyst), Fanni Kovesdi (Research Analyst), dan Ana Maria Marin Morales (Events and Communications Officer).
Sementara tim yang hadir secara daring, Rizwan ul Haq (Research Officer), Agustin Casarini (Researcher), Jakob Dirksen (Research and Policy Officer), Juliana Milovich (Researcher), James Foster (Research Associate), Davina Osei (Researcher), Michelle Muschett (Senior Public Policy Advisor), dan Derek Apell (Researcher).
Pada opening remarks, Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D. sekaligus secara substansial ahli dalam bidang kemiskinan menyampaikan, “Sebuah kehormatan bagi saya dapat menyambut peserta pada kursus ini. Selamat datang di kampus hijau FEB UI yang memegang visi sebagai pusat pembelajaran ekonomi dan bisnis terkemuka di Indonesia. yang berperan dalam pembangunan nasional dan diakui secara internasional.”
“Summer School 2022 termasuk dalam rangkaian side event G20, sebuah kontribusi nyata FEB UI kepada bangsa karena program ini mendiskusikan konsep penerapan praktis dan tinjauan kebijakan untuk pengukuran kemiskinan multidimensional. Kami berharap, nantinya seluruh peserta memiliki kemampuan saat menentukan kebijakan yang relevan, khususnya saat pandemi COVID-19. Selamat menjalin hubungan baik dengan sesama peserta untuk berkolaborasi di masa mendatang,” imbuhnya.
Lead Co-Chair T20 Prof. Bambang Brodjonegoro, Ph.D. sebagai keynote speech membahas bahwa kita perlu memahami mengenai kemiskinan, terlebih di negara berkembang. “Kemiskinan termasuk masalah pembangunan yang paling penting. Terlebih, jika memicu keterbatasan akses air bersih, sanitasi, kesehatan, kesenjangan dan pendidikan berkualitas. Bahkan, kemiskinan tercatat sebagai prioritas Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 1.”
“Setiap pemerintahan perlu pertumbuhan ekonomi. Tanpa pertumbuhan sebagai alat pembangunan, akan sulit untuk mengurangi kemiskinan yang dampaknya signifikan terasa oleh seluruh masyarakat. Lebih dari itu, mungkin mampu menangani masalah ketidaksetaraan di posisi yang lebih baik,” ujarnya.
Menurut Bambang, selama berurusan dengan masalah kemiskinan, Indonesia masih menggunakan indikator yang sangat mendasar, yakni garis kemiskinan. Padahal, faktor pembentuk kemiskinan lebih dari sekadar isu sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari Multidimensional Poverty Index (MPI), sebuah konsep pengukuran yang melihat dimensi kemiskinan secara lebih luas. (mh)