Promosi Doktor PPIE FEB UI Kaji Central Bank Digital Currency: The Drivers and Its Role for Financial Inclusion
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK – (27/7/2022) Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, menggelar sidang terbuka Promosi Doktor Novi Maryaningsih, secara daring, Rabu (27/7).
Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, Ph.D., dengan pembimbing Prof. Suahasil Nazara, Ph.D. (Promotor), Febrio Nathan Kacaribu, Ph.D. (Ko-Promotor 1), Dr. Solikin M. Juhro ((Ko-Promotor 2). Selaku tim penguji, Dr. Beta Yulianita Gitaharie (Ketua Penguji), Sugiharso Safuan, Ph.D., Dr. Mahjus Ekananda, Zaafri A. Husodo, Ph.D., dan Rino Agung Effendi, Ph.D.
Pada sidang terbuka ini, Dr. Novi Maryaningsih mengangkat disertasi yang berjudul “Central Bank Digital Currency: The Drivers and Its Role for Financial Inclusion”. Promovenda Novi Maryaningsih melakukan penelitian dengan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan progres adopsi Central Bank Digital Currency (CBDC) antar negara dan dampak implementasi CBDC ritel dengan suku bunga sebagai alat inklusi keuangan terhadap variabel makroekonomi, dengan studi kasus Indonesia.
Hasil empiris dari data lintas negara menggunakan ordered-probit yang menunjukkan CBDC wholesale lebih maju di negara-negara dengan pasar keuangan dan transaksi lintas batas lebih besar. Sebaliknya, negara-negara dengan inklusi keuangan yang lebih rendah dan ekonomi informal yang besar, lebih maju dalam CBDC ritel. Selanjutnya, hasil empiris menunjukkan bahwa faktor yang berbeda mempengaruhi negara berkembang dan negara maju dalam adopsi CBDC ritel melalui pemisahan sampel. Namun, transaksi lintas batas adalah faktor paling penting yang mempengaruhi adopsi CBDC wholesale di negara-negara berkembang dan maju.
Sementara itu, hasil empiris menggunakan Dynamic Stochastic General Equilibrium (DSGE) yang menunjukkan CBDC berpotensi sebagai sarana inklusi keuangan. Kenaikan suku bunga CBDC direspon dengan penurunan output dan inflasi. Akibatnya, kebijakan moneter pada periode setelah CBDC lebih efektif dibandingkan pada periode sebelum CBDC. Dibandingkan dengan periode sebelum CBDC, rumah tangga financially excluded lebih merespons kebijakan moneter.
CBDC juga mengurangi kerentanan kelompok rumah tangga financially excluded jika terjadi guncangan ekonomi yang berasal dari kenaikan pajak penghasilan tenaga kerja dan pajak konsumsi. Namun, belanja pemerintah menjadi semakin tidak efektif pada periode setelah CBDC. Konsumsi masyarakat rumah tangga financially excluded juga mengalami crowding out akibat kenaikan pajak sebagai sumber pembiayaan belanja pemerintah.
Dewan Pimpinan sidang terbuka promosi doktor memutuskan, Novi Maryaningsih lulus dengan predikat Cumlaude dan berhasil meraih gelar Doktor yang ke-131 Bidang Ilmu Ekonomi. Selamat kepada Dr. Novi Maryaningsih!