Kuliah Umum Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia: Arsitektur Keuangan Global dan Kebijakan Keuangan Indonesia
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK – (26/10/2022) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), mengadakan Kuliah Tamu Perekonomian Indonesia dengan topik “Arsitektur Keuangan Global dan Kebijakan Keuangan Indonesia” bersama Destry Damayanti (Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia). Acara berlangsung secara offline, di Ruang Auditorium Soeriaatmadja, Gedung Dekanat, Kampus FEB UI Depok, pada Rabu (26/10).
Mengawali kuliahnya, Destry bercerita seputar perkembangan perekonomian terkini, khususnya bahwa dunia berada pada kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity) atau perubahan yang begitu cepat akibat transformasi digital. Ketidakpastian global mendorong ancaman resesi sehingga policy response pun harus beradaptasi lebih kompleks.
Namun, ia melihat pemulihan ekonomi domestik masih berlanjut. “Pada triwulan III/2022 perkiraannya akan terus membaik dengan meningkatnya konsumsi swasta dan investasi non-bangunan, menguatnya ekspor, dan terjaganya daya beli masyarakat sebagai penopang di tengah kenaikan inflasi.”
“Tantangan utamanya, tekanan inflasi mereda meski tetap tinggi. Dampak second round effect dari kenaikan BBM mendorong naiknya proyeksi dan ekspektasi inflasi. Maka, kita perlu perkuat sinergi dan koordinasi untuk menahan laju inflasi, terutama dalam hal pangan,” imbuhnya.
Sementara itu, Destry membahas peran dan kebijakan bank sentral dalam perekonomian, “Bank sentral di suatu negara berperan menjaga stabilitas moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran. Tujuannya, menunjang pertumbuhan ekonomi yang sehat, inklusif, dan berkesinambungan, dan inklusif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.”
Jadi, arah bauran kebijakan Bank Indonesia 2022 berfokus pada menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan ekonomi nasional mengingat Indonesia mulai memasuki masa pasca pandemi.
Menurutnya, digitalisasi akan memperluas peluang bagi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi keuangan digital Indonesia meningkat secara ekspansif dibandingkan negara tetangga, hingga USD 146 miliar pada 2025.
Inovasi transaksi dan merchant QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) terus diadaptasi dengan baik oleh masyarakat. Terbaru, Bank Indonesia bersama bank sentral di negara kawasan ASEAN menginisiasi kerja sama bilateral penerapan cross border payment atau pembayaran lintas negara menggunakan QRIS dan fast payment, di antaranya Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina.
Terlebih, kini penetrasi internet di Indonesia semakin kuat dan merata. Konsumen digital tak hanya penduduk kota, tetapi mulai merangkul penduduk di daerah. Beriringan dengan itu, Bank Indonesia akan terus memperluas akses dan edukasi transaksi pembayaran digital.
“Investor ritel meningkat pesat sepanjang 2020 hingga 2021, didominasi oleh kaum milenial. Meski jumlah asetnya tidak sebesar aset milik investor senior berusia di atas 60 tahun. Penggeraknya adalah investasi sudah semakin mudah dan murah. Banyak sekuritas, bank, dan financial technology yang menerbitkan aplikasi digital untuk mendukung pengembangan investasi dan peningkatan basis investor ritel di Indonesia,” ungkap Destry.
Beranjak dari situasi menguntungkan itu, sudah sepatutnya Indonesia memanfaatkan bonus demografi dan keluar dari middle income trap. (mh)