Seminar Series Dies Natalis 73 FEB UI dan Lembaga Demografi: Arah Ekonomi Pendidikan dan Kesehatan Indonesia
DEPOK – (8/11/2023) Masih dalam rangka sukacita Dies Natalis ke-73 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Lembaga Demografi FEB UI berpartisipasi dalam penyelenggaraan seminar series oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dengan topik “Arah Ekonomi Pendidikan dan Kesehatan Indonesia” pada Rabu (8/11) di Auditorium Departemen Ilmu Ekonomi FEB UI Depok dengan dihadiri oleh peserta secara luring dan daring menggunakan platform Zoom.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto, Ph.D. membuka acara ini. Setelah itu, sesi pemaparan dipandu oleh Direktur Makara UI Academy, I Dewa Gede Karma Wisana, Ph.D. sebagai moderator.
Pemaparan pertama disampaikan oleh Kepala Lembaga Demografi FEB UI, Dr. Abdillah Ahsan yang membahas peluang dan tantangan ekonomi kesehatan di Indonesia. Dalam konteks hubungan antara kesehatan dan ekonomi, transisi demografi dan epidemiologi dapat menentukan pelayanan kesehatan seperti apa yang diperlukan masyarakat. Terdapat perubahan tren pola penyakit dari yang menular dan umumnya diderita anak-anak ke penyakit tidak menular (PTM) serta kecelakaan.
Salah satu penyakit tidak menular yang perlu diperhatikan adalah Diabetes Mellytus (DM). Dr. Abdillah menyampaikan data Riskesdas 2018 bahwa prevalensi diabetes meningkat dari 1,5% menjadi 2% berdasarkan dokter dan dari 6,9% menjadi 8,5% berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah. Sebagai penyakit katastropik yang membutuhkan biaya pengobatan yang mahal, tingginya kasus diabetes di Indonesia akan berdampak pada peningkatan pembiayaan pengobatan jangka panjang.
Dr. Abdillah menjelaskan data populasi klaim diabetes BPJS Kesehatan 2018-2022. Secara absolut, Jawa Tengah merupakan provinsi dengan jumlah klaim DM terbesar di FKTP, disusul Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sumatera Utara. Tantangan yang dihadapi dalam upaya pengendalian PTM di Indonesia mencakup komitmen pemerintah yang masih lemah, kerja sama lintas sektor belum optimal, dan faktor perilaku masyarakat yang berisiko tinggi terkena PTM, seperti perilaku merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
Pemaparan dilanjutkan oleh Prita Nurmalia Kusumawardhani, Ph.D. yang membahas topik terkait arah baru kebijakan pendidikan di Indonesia. Prita menyampaikan bahwa kondisi pendidikan global saat ini mengalami disrupsi yang diakibatkan oleh berbagai faktor seperti pandemi COVID-19, peningkatan ketimpangan, revolusi digital, pemanasan global, dan kehilangan keanekaragaman hayati.
Kondisi pendidikan Indonesia didukung oleh pemerintah yang memprioritaskan anggaran pendidikan dibandingkan investasi publik lainnya, seperti kesehatan dan pelayanan sosial. Prita menjelaskan pengeluaran pendidikan pemerintah meningkat dari 11% pada 2001 menjadi hampir 20% pada 2020. Partisipasi sekolah turut meningkat pada periode yang sama.
Namun, terdapat tantangan utama dalam memastikan tercapainya pembelajaran secara merata. Kondisi ini sudah terjadi sejak sebelum terjadi pandemi COVID-19. Berdasarkan data Human Capital Index 2020, siswa Indonesia menyelesaikan 12,4 tahun sekolah pada ulang tahun ke-18 mereka, tetapi tingkat pembelajaran mereka setara dengan 7,8 tahun bersekolah. Ketika pandemi, terjadi learning loss yang mengakibatkan siswa Indonesia kehilangan 11,2 bulan pembelajaran selama tiga tahun pandemi (studi World Bank, 2023).
Arah pendidikan untuk masa mendatang sangat memerlukan upaya adopsi program pemulihan pembelajaran pasca pandemi COVID-19. Tanpa tindakan perbaikan, learning loss bisa bertambah dan permanen. Kemudian, mengintegrasikan sustainable living ke dalam kurikulum pendidikan untuk mempersiapkan generasi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan keberlanjutan.