Promosi Doktor PPIE FEB UI, Nurina Paramitasari Ungkap Kesenjangan Pekerjaan dan Pendidikan di Indonesia: Penelitian Terhadap Lulusan SMK

Promosi Doktor PPIE FEB UI, Nurina Paramitasari Ungkap Kesenjangan Pekerjaan dan Pendidikan di Indonesia: Penelitian Terhadap Lulusan SMK

 

Nino Eka Putra – Humas FEB UI

DEPOK – (05/06/2024) Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengadakan sidang terbuka Promosi Doktor Nurina Paramitasari, yang berlangsung di ruang 401-403 Gedung Pascasarjana FEB UI, Selasa (4/6).

Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Arief Wibisono Lubis, Ph.D., dengan pembimbing Prof. Benedictus Raksaka Mahi, Ph.D. (Promotor), Prof. Dr. Djoni Hartono (Ko-Promotor 1), Khoirunurrofik, Ph.D. (Ko-Promotor 2), serta para tim penguji Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, Ph.D. (Ketua Penguji), Rus’an Nasruddin, Ph.D., Dr. Dwini Handayani, Thia Jasmina, Ph.D., dan Adiwan Fahlan Aritenang, Ph.D.

Dr. Nurina Paramitasari mengangkat disertasi yang berjudul “Essays on Job-Education Mismatch: Evidence from Vocational Secondary School (SMK) Graduates in Indonesia” pada sidang terbuka ini. Pada penelitiannya, Promovenda Nurina mengkaji bahwa pendidikan sebagai investasi penting dalam sumber daya manusia (SDM). Perluasan pendidikan tanpa penambahan kesempatan kerja akan berdampak buruk. Pendidikan harus selaras dengan kebutuhan pasar tenaga kerja untuk memaksimalkan SDM.

Jika hal ini tidak terjadi, maka akan timbul ketidakpastian antara pekerjaan dan pendidikan. Ketidaksesuaian antara pekerjaan dan pendidikan dapat menjelaskan fenomena pengangguran. Ketika tenaga kerja melebihi permintaan, tingkat pengangguran meningkat. Dibutuhkan waktu lebih lama untuk mencari pekerjaan yang cocok atau menerima pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki.

Studi ini berfokus pada ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK), yang merupakan sumber pengangguran terbesar di Indonesia. Selain itu, studi ini menggunakan data Sakernas tahun 2017-2019 untuk menyediakan analisis komprehensif tentang ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan di kalangan lulusan SMK, dimulai dari prevalensi, selanjutnya menyelidiki faktor-faktor apa saja yang memengaruhinya, dan terakhir mengkaji dampaknya terhadap upah.

Menurut Nurina, penelitian ini membahas tiga jenis ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan, yaitu overeducation (ketika tingkat pendidikan melebihi yang dibutuhkan), horizontal mismatch (ketika keterampilan berbeda dari yang dibutuhkan), dan real mismatch (mengalami overeducation maupun horizontal mismatch). Dengan menggunakan metode analisis jabatan, penelitian ini menemukan kasus ketidakcocokan pekerjaan-pendidikan, khususnya horizontal mismatch dalam kasus yang tinggi.

Setelah mengendalikan endogenitas dan bias pemilihan sampel, “Saya menemukan hubungan negatif antara ketidaksesuaian pekerjaan-pendidikan dan kepadatan pekerjaan, yang merupakan ukuran aglomerasi. Kepadatan pekerja yang tinggi efektif mengurangi risiko pekerja lulusan SMK yang mengalami ketidakcocokan pekerjaan dan pendidikan,” ungkap Nurina.

Analisis sub-sampel pada lima wilayah aglomerasi di Indonesia—Jabodetabek, Gerbang Kertosusilo, Kedung Sepur, Mebidangro, dan Sarbagita—mendukung temuan utama penelitian ini. Jabodetabek adalah yang paling kurang efisien dibandingkan wilayah aglomerasi lainnya dalam mengatasi ketidakcocokan pekerjaan dan pendidikan pada lulusan SMK. Aglomerasi mempunyai peran penting dalam proses pencocokan pekerjaan dan pendidikan utamanya pada pekerja usia muda yang bekerja di sektor industri dengan jurusan teknik.

“Saya juga menemukan bahwa ketidaksesuaian pekerjaan dan pendidikan mengakibatkan penurunan upah yang lebih rendah. Horizontal mismatch dan real mismatch mengakibatkan penurunan upah secara signifikan, sementara pekerja yang overeducated tidak terkena dampaknya. Studi ini juga menemukan bahwa pekerja yang real mismatched workers (mereka yang mengalami dua jenis ketidaksesuaian) mempunyai hukuman upah yang paling besar,” tutur Nurina.

Dengan ini, Dewan Pimpinan sidang terbuka promosi doktor memutuskan, Nurina Paramitasari lulus dengan predikat Sangat Memuaskan dan berhasil meraih gelar Doktor yang ke-147 Bidang Ilmu Ekonomi. Selamat kepada Dr. Nurina Paramitasari!