Enam Dekade Lembaga Demografi FEB UI: Generasi Silver Aktif dan Sejahtera pada Indonesia Emas 2045

Enam Dekade Lembaga Demografi FEB UI: Generasi Silver Aktif dan Sejahtera pada Indonesia Emas 2045

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

JAKARTA – (30/8/2024) Periode bonus demografi di Indonesia akan segera berlalu dan segera segera memasuki transisi berikutnya, ditandai dengan rendahnya tingkat kelahiran sekaligus tingkat kematian. Hal ini berujung pada periode ageing population yang diperkirakan akan dimulai pada 2035. Pada periode ini, generasi silver (yang umum disebut lansia) akan mencapai lebih dari 10 persen dari populasi yang perlu ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan berbagai potensi permasalahan.

Dalam rangka memperingati enam dekade perjalanan, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) menggelar seminar bertajuk ‘Generasi Silver Aktif dan Sejahtera pada Indonesia Emas 2045’ yang mengeksplorasi isu terkini terkait generasi silver (lansia) dan berbagai tantangan menuju Indonesia Emas 2045, di Hotel Pullman Jakarta Indonesia, Jumat (30/8).

Membuka acara, Pelaksana Harian Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Arief Wibisono Lubis, Ph.D. dalam Welcoming Speech mengatakan, Lembaga Demografi telah menempuh perjalanan panjang enam dekade yang penuh kontribusi berharga dalam kajian dan riset terkait demografi, khususnya dalam konteks Indonesia, baik di tingkat nasional maupun internasional sehingga berkembang sebagai pusat kajian terdepan di bidangnya.

“Tema seminar ini sangat relevan dengan tantangan yang akan dihadapi Indonesia ke depan. Seiring pertumbuhan populasi lansia yang semakin cepat, kita dihadapkan pada kebutuhan merumuskan strategi yang tidak hanya memastikan kesejahteraan mereka, tetapi juga mendorong peran aktif mereka dalam pembangunan bangsa. Generasi Silver ini memiliki potensi yang luar biasa jika didukung dengan kebijakan yang tepat,” ujarnya.

Arief yakin, seminar akan menghasilkan berbagai pemikiran konstruktif dan inovatif sebagai pijakan kuat bagi Indonesia dalam mempersiapkan diri menuju Indonesia Emas 2045. Akhir kata, ia sangat apresiasi dan berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan berkontribusi dalam perjalanan 60 tahun Lembaga Demografi. Harapannya, Lembaga Demografi FEB UI terus berjaya dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa dan negara.

Prof. Sri menjelaskan beberapa alternatif pembiayaan LTC, seperti sistem asuransi sosial, Universal Coverage Tax Funded System, dan Safety Net Tax-Funded System. Kebijakan LTC di beberapa negara tidak selalu termasuk dalam cakupan jaminan kesehatan universal, sehingga negara seperti Jepang dan Korea telah mengembangkan skema asuransi sosial khusus untuk kebutuhan ini. Contoh lain adalah Jerman, klien LTC berkontribusi hingga 21,4% dari total biaya, sementara di Jepang kontribusinya mencapai 10%.

Turut hadir Wakil Menteri Keuangan I Republik Indonesia Prof. Suahasil Nazara sebagai Keynote SpeakerDalam paparannya, Prof. Suahasil menekankan pentingnya mendukung pertumbuhan usia produktif dengan kebijakan pemerintah yang komprehensif, mulai dari fase prenatal hingga usia lanjut. Keberhasilan dan upaya di masa produktif sangat memengaruhi kualitas hidup di usia senja. Beliau pun menyoroti bahwa investasi di bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial yang adaptif, serta reformasi sistem pensiun memiliki peran krusial dalam mewujudkan silver demographic dividend yang berkelanjutan.

Acara pun berlanjut dengan sesi diskusi yang dimoderatori oleh I Dewa Gede Karma Wisana, Ph.D. selaku Kepala Lembaga Demografi FEB UI dengan beberapa pembicara terkemuka. Diskusi dibuka dengan paparan dari Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo, Peneliti Senior Lembaga Demografi FEB UI dan Guru Besar FEB UI, yang mengungkapkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia diperkirakan akan mencapai 20% pada 2050. Seiring bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan kapasitas fungsional yang diperparah oleh penyakit tidak menular akibat gaya hidup tidak sehat sejak dini. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan perawatan jangka panjang atau long-term care (LTC) yang mungkin memberikan beban signifikan bagi keluarga dan pemerintah. Biaya LTC mencakup medical cost, non-medical costcaregiving cost, dan social cost lainnya.

Pada sesi berikutnya, Ippei Tsuruga, Social Protection Programme Manager, International Labour Organization membahas urgensi reformasi sistem pensiun di Indonesia, mengingat perubahan demografis yang cepat, seperti peningkatan jumlah penduduk lanjut usia dan dominasi pekerja di sektor informal. Ia merekomendasikan peningkatan kontribusi wajib pada skema pensiun untuk memperkuat jaring pengaman sosial bagi semua pekerja, baik di sektor formal maupun informal.

Ippei menegaskan perlunya memperkenalkan skema pensiun sosial yang menyediakan manfaat tetap bagi seluruh warga negara, guna mengatasi kesenjangan dalam akses manfaat pensiun, terutama bagi mereka yang tidak mampu berkontribusi secara konsisten. Reformasi ini diharapkan dapat menciptakan sistem perlindungan sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia.

Terakhir, Turro Selrits WongkarenPh.D., Kepala Institute of Advanced Studies in Economics and Business (IASEB) FEB UI mengungkapkan, generasi silver tidak lagi hanya dipandang sebagai kelompok yang bergantung pada bantuan, tetapi juga sebagai kontributor penting dalam masyarakat, baik sebagai konsumen dengan daya beli tinggi maupun sebagai tenaga kerja dengan pengalaman berharga. Namun, tantangan seperti rendahnya akumulasi kekayaan, diskriminasi usia, dan penurunan kesehatan tetap ada. Lembaga Demografi merekomendasikan kelanjutan pembahasan RUU Kesejahteraan Lansia dan pembentukan unit khusus yang menangani berbagai isu lansia secara komprehensif.

Seminar ini dihadiri oleh para pejabat pemerintah yang mendalami isu dan kebijakan lansia, akademisi dan peneliti yang memahami isu lansia, dan pemangku kepentingan lainnya yang peduli pada permasalahan lansia. Dengan adanya seminar ini, Lembaga Demografi FEB UI yang berfokus pada pembangunan berbasis demografi, berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam dialog isu, tantangan, dan kebijakan yang mendorong masa depan lebih baik bagi Generasi Silver agar aktif, produktif, dan sejahtera menuju Indonesia Emas 2045.