Rayakan 61 Tahun Perjalanan Berkarya, Lembaga Demografi FEB UI Dorong Kolaborasi untuk Wujudkan Lansia Sejahtera di Indonesia
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
Jakarta, 26 Agustus 2025 — Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) merayakan HUT ke-61 dengan menyelenggarakan forum bertajuk ‘Pensiun Sejahtera 101: Kolaborasi untuk Lansia Indonesia Sejahtera’. Forum ini mengupas strategi menyiapkan masa tua yang sehat, produktif, dan bermartabat, di tengah tantangan demografi Indonesia yang tengah bertransisi menuju populasi menua, pada Selasa (26/8).
Membuka acara, Dekan FEB UI, Yulianti Abbas, Ph.D. dalam sambutannya mengatakan, “Sejak didirikan pada 1964, Lembaga Demografi termasuk institusi riset terbaik yang dimiliki FEB UI, bukti bahwa fakultas kita tidak berhenti di ruang kuliah dan teori tentang kependudukan, tetapi turut menjawab isu nyata bangsa, dari pertumbuhan penduduk, bonus demografi, hingga tantangan populasi menua.”
Ia pun mengapresiasi pencapaian luar biasa ini, “Telah lebih dari enam dekade lembaga ini hadir, tumbuh, dan memberikan kontribusi nyata dalam memahami dinamika kependudukan. Bukan hanya melalui penelitian mendalam, data terpercaya, dan analisis tajam, LD juga berperan sebagai garda terdepan atau pionir yang memberikan arah dan inspirasi bagi para pengambil kebijakan dan masyarakat luas.”
Wakil Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Sonny Harry Budiutomo Harmadi, hadir sebagai keynote speaker dengan paparan berjudul ‘Membangun Kesejahteraan Lansia di Era Penuaan Penduduk’. Ia menekankan pentingnya data kependudukan yang akurat untuk memahami perubahan struktur umur dan dampaknya terhadap pembangunan nasional.
“Indonesia sedang bergerak menuju ageing population, dengan meningkatnya jumlah lansia yang lebih rentan terhadap kemiskinan, kesenjangan teknologi, dan keterbatasan akses ekonomi,” ungkapnya.
Sonny menegaskan bahwa data statistik yang akurat harus menjadi fondasi utama dalam merumuskan kebijakan agar kesejahteraan lansia dapat terjamin secara berkelanjutan.
Hal senada disampaikan oleh Dekan Fakultas Psikologi UI, Bagus Takwin, kesejahteraan hidup lansia tidak semata-mata ditentukan oleh panjang umur, tetapi juga oleh kualitas hidup. Kualitas ini mencakup kesehatan, relasi sosial, kontribusi, dan makna hidup.
“Saya juga mendorong program konkret seperti kota ramah lansia, posyandu lansia berbasis makna, dan mentoring antargenerasi untuk menciptakan ekosistem lansia yang sehat, bahagia, dan produktif,” jelas Bagus.

Sementara itu, Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk, Banjaran Surya Indrastomo mengingatkan bahwa Indonesia menghadapi risiko demografi dengan proyeksi rasio ketergantungan lansia mencapai 54% pada 2050. Dengan demikian, pentingnya penguatan akses keuangan untuk mendukung masa depan dana pensiun.
Saat ini, mayoritas lansia masih bergantung pada keluarga, sedangkan literasi dan inklusi keuangan terkait dana pensiun masih rendah. Untuk itu, perlu adanya inovasi instrumen pensiun, digitalisasi layanan, serta kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta agar dana pensiun dapat menjangkau seluruh pekerja, baik formal maupun informal.
Dari perspektif kebijakan fiskal, Direktur Pengembangan Dana Pensiun, Asuransi, dan Aktuaria Kementerian Keuangan RI, Ihda Muktiyanto, mengutarakan perspektif mengenai pentingnya dukungan kebijakan fiskal bagi program pensiun. Ia mencontohkan penerapan insentif perpajakan di berbagai negara yang berhasil mendorong partisipasi masyarakat dalam program pensiun.
“Untuk menghasilkan sistem pensiun yang baik, perlu kerja bersama dalam membangun desain program yang mempertimbangkan tantangan nyata di lapangan. Harapannya, forum ini dapat memberikan masukan konstruktif untuk menyusun sistem pensiun nasional yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan di masa depan,” ujarnya.
Sesi Panel: Perspektif Beragam untuk Pensiun Sejahtera

Kepala Lembaga Demografi FEB UI, I Dewa Gede Karma Wisana, membuka sesi panel dengan menyoroti kondisi lansia di Indonesia yang jumlahnya terus meningkat secara signifikan. Ia menjelaskan, meskipun usia harapan hidup masyarakat kian tinggi, kualitas hidup lansia masih belum terjamin.
Mayoritas pekerja di sektor informal, yang jumlahnya melebihi 50% dari total angkatan kerja, belum memiliki perlindungan pensiun yang memadai. Oleh karena itu, penting memperluas jaminan sosial, inovasi produk mikropensiun, serta integrasi kebijakan lintas sektor agar masa pensiun menjadi fase hidup yang bermartabat, bukan sekadar upaya untuk bertahan hidup.
Pakar Perencanaan Keuangan, Aliyah Natasya, M.Sc., CPF, IFP, menekankan risiko utama dalam menghadapi masa pensiun meliputi inflasi, biaya kesehatan, literasi digital, dan ketidakpastian sumber penghasilan.
Aliyah memperkenalkan konsep “Uang Hidup, Uang Tenang, dan Uang Tumbuh” sebagai landasan perencanaan pensiun yang sejahtera. Menurutnya, setiap individu perlu mengalokasikan dana dengan tepat agar kebutuhan rutin, proteksi kesehatan, dan investasi jangka panjang dapat terpenuhi.
“Jika gagal merencanakan, sama saja kita sedang merencanakan kegagalan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Harian Asosiasi Senior Living Indonesia (ASLI), Trisno Muldani, membahas perkembangan industri layanan senior di Indonesia. Ia menguraikan ragam hunian dan layanan lansia, mulai dari senior residence, nursing home, home care service, hingga caregiver training.
ASLI, lanjut Trisno, mendorong kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk menghadirkan layanan lanjut usia yang berkualitas dan ramah lansia. Harapannya, para lansia mampu menjalani kehidupan yang lebih mandiri, bermartabat, dan bermakna, didukung oleh fasilitas dan regulasi yang sesuai akan kebutuhannya.
Vice President Pension Financing Department Bank Syariah Indonesia (BSI), Muhammad Taqiyuddin menutup sesi panel dengan memaparkan berbagai solusi keuangan syariah untuk pegawai negeri dan masyarakat umum yang tengah bersiap menghadapi masa pensiun.
Ia memaparkan, kini sekitar 90% ASN di Indonesia belum siap menghadapi pensiun. Kondisi ini berpotensi membuat mereka kembali bekerja di usia lanjut atau dianggap sebagai beban keluarga.
Dari sisi BSI sendiri telah memiliki berbagai produk keuangan berbasis syariah sebagai solusi permasalahan tersebut, mulai dari tabungan pensiun, pembiayaan pra-pensiun, investasi emas, hingga pembiayaan haji dan usaha produktif.
Forum ini diakhiri dengan diskusi interaktif bersama para peserta, termasuk perwakilan dari Bappeda DKI Jakarta yang menekankan pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan penuaan penduduk. Melalui forum ini, LD FEB UI menegaskan kembali komitmennya untuk menghadirkan diskusi berbasis riset dan kolaborasi lintas sektor dalam menanggapi tantangan transisi demografi Indonesia.
LD FEB UI berharap, momentum perayaan 61 tahun perjalanan berkarya ini menandai pijakan awal untuk memperkuat sinergi menuju Indonesia yang siap menyambut masyarakat menua dengan lansia yang sejahtera, sehat, dan bermartabat.




