Student Wellness Days, Wholerounded Wellness: Memahami Asupan Sehat Seimbang dan Menemukan Olahraga yang Optimum

Student Wellness Days, Wholerounded Wellness: Memahami Asupan Sehat Seimbang dan Menemukan Olahraga yang Optimum

 

Rifdah – Komunikasi FEB UI

Depok, 30 Oktober 2025  —Memasuki hari kedua rangkaian Student Wellness Days 2025 bertajuk ‘Wholerounded Wellness, Little Things Lasting Joy’, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) bersama Student Wellness Center dan Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa BEM FEB UI. menghadirkan sesi edukatif untuk memahami asupan sehat seimbang dan menemukan olahraga yang optimum, yang berlangsung pada Kamis (30/10).

Kepala Kantor Kesehatan Universitas Indonesia, Dr. dr. Diah Kusuma Dewi, M.Gizi., Sp.KKLP., mengungkapkan bahwa pola makan berperan penting dalam menjaga energi, konsentrasi, dan produktivitas mahasiswa. Gizi yang seimbang tidak hanya menunjang kesehatan fisik, tetapi juga berdampak langsung pada kemampuan belajar dan daya tahan tubuh terhadap stres akademik. Beranjak dari hal tersebut, ia mengajak mahasiswa untuk mengatur mengatur isi piring dengan asupan sehat dan seimbang.

Ia memperkenalkan konsep ‘Healthy Behavior Habit’ yang mencakup delapan aspek keseimbangan hidup, dalam hal ini termasuk hobi, relasi sosial, tidur dan istirahat, asupan makanan, emosi, kreativitas, spiritualitas, serta aktivitas fisik. Mahasiswa diajak menilai tingkat kepuasan diri pada masing-masing aspek untuk memahami kebiasaan sehat yang sudah dan belum berjalan dengan baik.

Dalam sesi interaktif, peserta juga belajar menghitung kebutuhan kalori harian dan memahami prinsip gizi seimbang berdasarkan model “Isi Piringku” dari Kementerian Kesehatan. dr. Dian menekankan pentingnya memperhatikan proporsi karbohidrat, protein, lemak, dan serat dalam setiap porsi makan.

“Karbohidrat sebaiknya mencakup 45–65 persen dari total kebutuhan energi, protein sekitar 10–20 persen, dan lemak 20–25 persen Selain itu, tubuh juga perlu cukup serat dari buah dan sayur sekitar 25 gram per hari,” tuturnya.

Tak kalah menarik, dr. Dian juga membahas indeks glikemik, ukuran seberapa cepat makanan menaikkan kadar gula darah. Ia mengingatkan mahasiswa agar lebih bijak memilih sumber karbohidrat berserat tinggi dan membatasi makanan ataupun minuman manis dengan menunjukkan perbandingan kalori antara makanan ringan populer dan pilihan camilan sehat.

“Dengan pemilihan yang cerdas, mahasiswa bisa makan sehat tanpa harus mengeluarkan biaya besar,  biasakan makan sesuai prinsip 3J, yakni jenis, jumlah, dan jadwal. Prinsip gizi seimbang yang low budget justru membantu meningkatkan fokus belajar dan produktivitas. Apabila tubuh yang sehat, mahasiswa akan lebih siap menghadapi tuntutan akademik maupun aktivitas lainnya,” tutup dr. Dian.

Sesi berikutnya dibawakan oleh Spesialis Kedokteran Olahraga Rumah Sakit Universitas Indonesia, Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO. Ia mengawali sesi dengan mengajak peserta melakukan peregangan ringan sebelum memulai materi. Menurutnya, duduk terlalu lama tanpa mengubah posisi dapat menimbulkan beban statis pada otot, menghambat sirkulasi darah, dan menyebabkan kelelahan. Karena itu, ia menyarankan agar setiap berdiri atau melakukan peregangan singkat setiap 30 menit.

dr. Listya menjelaskan, kemajuan teknologi saat ini membuat banyak orang menjadi kurang aktif bergerak. Kondisi ini berkontribusi terhadap meningkatnya angka inaktivitas fisik, yang disebut sebagai penyebab sekitar 3,2 juta kematian setiap tahun di dunia.

“Ketika aktivitas fisik menurun, tingkat kebugaran tubuh juga ikut menurun. Akibatnya, risiko gangguan kesehatan fisik dan mental meningkat. Padahal, aktivitas fisik pada remaja memiliki banyak manfaat, mulai dari menjaga kebugaran, memperkuat otot dan tulang, hingga mengurangi kecemasan dan depresi,” terangnya.

Ia juga menegaskan bahwa untuk hidup sehat tidak harus selalu berolahraga berat. Ada berbagai pilihan, di antaranya aktivitas fisik, latihan fisik, dan olahraga, yang saling mendukung untuk mencapai tubuh yang sehat, bugar, dan berdaya. 

Aktivitas fisik mencakup seluruh gerakan tubuh sebagai hasil kontraksi otot rangka yang membakar energi, seperti menyapu atau mencuci. Latihan fisik adalah aktivitas yang terencana, terstruktur, dan berulang untuk meningkatkan dan memelihara komponen kebugaran jasmani, misalnya latihan angkat beban dengan jumlah set dan repetisi tertentu. Sedangkan olahraga merupakan aktivitas fisik yang memiliki aturan dan unsur permainan serta kompetisi, misalnya basket atau bulu tangkis.

dr. Listya menambahkan, semakin tinggi intensitas aktivitas fisik, semakin besar pula manfaat yang dapat kita peroleh. Namun bersamaan dengan itu, risikonya juga semakin tinggi. Maka penting untuk memilih jenis aktivitas sesuai usia dan kondisi kesehatan, tetapkan prinsip BBTT yang berarti Baik, Benar, Terukur, dan Teratur dalam beraktivitas.

Sebagai panduan, World Health Organization merekomendasikan anak dan remaja untuk beraktivitas fisik setidaknya 60 menit setiap hari, dengan intensitas sedang hingga berat sepanjang minggu, sebagian besar berupa aktivitas aerobik. Kemudian, melakukan latihan untuk memperkuat otot dan tulang setidaknya tiga kali per minggu.