FEB UI Gandeng Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Gelar Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

FEB UI Gandeng Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Gelar Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

 

Rifdah – Komunikasi FEB UI

Depok, 28 Oktober 2025 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) bersama Ikatan Wanita Keluarga (IWK) FEB UI bekerja sama dengan Pusat Krisis Kesehatan yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan RI mengadakan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Auditorium Student Center, Kampus FEB UI Depok, pada Selasa (28/10).

Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif berkelanjutan untuk memperkuat ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap situasi darurat medis. Lebih dari 100 peserta yang terdiri atas perwakilan unit kerja, departemen, program studi, unit kerja khusus, serta fakultas lain di lingkungan UI, mengikuti sesi teori dan terlibat praktik simulasi langsung.

Pelatihan ini merupakan wujud nyata kepedulian FEB dan IWK terhadap keselamatan dan kesehatan civitas akademika FEB UI. Melalui pelatihan ini, Dekan FEB UI Yulianti Abbas, Ph.D. menyampaikan harapannya agar civitas akademika memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dalam memberikan pertolongan pertama yang dapat diterapkan baik di lingkungan kampus maupun di rumah.

Selaras akan hal tersebut, Ketua Ikatan Wanita Keluarga FEB UI Syarifah Liza Munira berharap peserta dapat menjadi garda terdepan menuju FEB UI yang lebih aman, tanggap, dan peduli.

Sementara itu, Kepala Pusat Krisis Kemenkes RI Agus Jamaludin, SKM., M.Kes. menegaskan bahwa kegawatdaruratan dapat terjadi kepada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Lebih dari sekadar mengutamakan aspek kecepatan, ia berharap semakin banyak individu yang mampu mengidentifikasi dan memberikan pertolongan awal secara aman dan selamat, sebelum korban mendapatkan perawatan medis di fasilitas kesehatan.

Menurutnya, pelatihan ini merupakan inisiatif pertama di tingkat universitas yang dilaksanakan Kemenkes dengan pendekatan langsung. Ia berharap, ini adalah langkah awal dari perluasan sosialisasi BHD ke berbagai institusi pendidikan di Indonesia.

Dipandu oleh Supatmi, SKM, M.M., paparan dimulai dengan penjelasan Abdurahman Wahid, Ns., M. Kep. mengenai identifikasi dan penanganan kasus henti jantung, pingsan, sumbatan jalan nafas atau tersedak, pendarahan, hingga luka bakar. Ia menyoroti tingginya angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia dan pentingnya keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) bagi masyarakat.

Materi pelatihan disampaikan oleh Abdurahman Wahid, Ns., M.Kep., yang menjelaskan identifikasi serta penanganan kasus henti jantung, pingsan, sumbatan jalan napas, perdarahan, dan luka bakar. Ia menyoroti tingginya angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia dan pentingnya keterampilan Resusitasi Jantung Paru (RJP) bagi masyarakat.

“Penyakit jantung atau serangan jantung masih menjadi satu dari sekian banyak penyakit yang menyebabkan kematian mendadak pada seseorang. Jadi, pengetahuan RJP dapat membantu memberikan pertolongan hidup sebelum tenaga medis profesional tiba. Hal tersebut akan memperbesar peluang menyelamatkan nyawa seseorang,” ungkapnya.

Sesi berikutnya pun diisi oleh Budiman, SKM., M.Kes., ⁠Farras Amalia Alhusnati, S.Kep., Ns., dan Ns. Rusmono Yudianto, S.Kep., dan dr. Khalvia Khairin. Materi meliputi penanganan kasus keracunan, cedera kepala, gigitan ular dan rabies, serta pembidaian patah tulang.

Peserta juga diajak mempelajari prinsip ABCDE, salah satu pendekatan dalam penanganan kegawatdaruratan medis yang digunakan untuk melakukan penilaian cepat dan menentukan prioritas tindakan. Prinsip ini mencakup airway, menilai dan memastikan jalan napas terbuka; breathing, memastikan fungsi pernapasan; circulation, memeriksa sirkulasi dan tanda peredaran darah; disability, menilai tingkat kesadaran atau kemungkinan gangguan saraf; serta exposure, melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi tubuh korban.

Pelatihan ditutup dengan simulasi penerapan langkah-langkah pertolongan pertama, mulai dari RJP atau kompresi jantung dari luar untuk menjaga aliran darah dan oksigen ke otak dan organ vital, pembidaian kondisi patah tulang untuk mencegah pergeseran tulang dan melindungi jaringan lunak, hingga proses evakuasi korban menggunakan peralatan menuju ambulans dan rumah sakit.