Grand Seminar Dies Natalis Ke-75 FEB UI, Learn From the Past: Navigating the Indonesian Economy Amidst Global Uncertainty
Rifdah – Komunikasi FEB UI
Jakarta, 13 November 2025 — Dalam rangka peringatan Dies Natalis ke-75, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menyelenggarakan Grand Seminar bertajuk “Learn From the Past: Navigating the Indonesian Economy Amidst Global Uncertainty” yang dihadiri para mahasiswa, akademisi, praktisi industri, dan pemangku kepentingan. Acara ini berlangsung di Grand Ballroom Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, pada Kamis (13/11).
Seminar dibuka dengan sambutan dari Dekan FEB UI, Yulianti Abbas, Ph.D., yang menekankan pentingnya refleksi terhadap dinamika ekonomi masa lalu untuk memperkuat ketahanan Indonesia dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Ia mengungkapkan, “Perekonomian Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dinamika global yang terus berkembang. Berbagai tantangan, mulai dari ketegangan geopolitik, disrupsi teknologi terutama kemajuan pesat kecerdasan buatan, hingga tuntutan investor terhadap profitabilitas, transparansi, dan resiliensi, semuanya memengaruhi arah kebijakan ekonomi dan dunia bisnis kita.”
“Ketidakpastian global, apabila tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan risiko serius bagi stabilitas ekonomi nasional. Namun, di sisi lain, para pelaku bisnis dan ekonomi yang mampu membaca tren dan memanfaatkannya secara strategis akan menemukan peluang baru yang dapat mendorong pertumbuhan dan inovasi,” imbuh Yuli.
Sesi utama seminar menghadirkan Keynote Speech Wakil Ketua DEN sekaligus Menteri Perdagangan RI 2009–2014, Prof. Mari Elka Pangestu, Ph.D. yang menegaskan, “Perlambatan ekonomi Indonesia saat ini bersifat lebih struktural dibanding siklus global biasa, sehingga membutuhkan respons kebijakan yang lebih berani dan terarah. Kualitas lapangan kerja yang stagnan, tekanan pada kelas menengah, serta daya saing yang lemah membuat pemulihan ekonomi pasca-pandemi tidak kembali ke tren semula.”
Prof. Mari menekankan pentingnya memperkuat fondasi domestik melalui reformasi fiskal, peningkatan efektivitas belanja, deregulasi untuk mendorong investasi, serta perlindungan sosial yang lebih adaptif. Belajar dari keberhasilan deregulasi 1980-an, menurutnya, momen ketidakpastian global justru harus menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperbaiki fondasi ekonomi dan memastikan pertumbuhan yang lebih tangguh dan inklusif ke depan.
Kemudian, Wakil Menteri Keuangan RI Prof. Suahasil Nazara membahas strategi kebijakan ekonomi Indonesia di era ketidakpastian global yang semakin kompleks. “Dalam global yang bergerak dinamis, selalu ada downside. Dunia kian multipolar sehingga Indonesia perlu terus bertransformasi. Fokus utamanya adalah meningkatkan investasi dan produktivitas untuk menjaga stabilitas dan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.”
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini tergolong stabil, ditandai pertumbuhan yang konsisten di kisaran 5 persen dan inflasi yang terjaga di kisaran 2,5 persen. Kombinasi kekuatan ini cukup sulit dicapai banyak negara.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa perhatian jangka panjang harus terus diarahkan pada target Indonesia Emas 2045. Untuk dapat bertransformasi menuju negara maju, Indonesia perlu mendorong kenaikan pertumbuhan ke level yang lebih tinggi, sekitar 6 hingga 8 persen, seperti negara maju lainnya.
Sesi 1: Global and Regional Economic Dynamic
Sesi pertama mengusung tema “Global and Regional Economic Dynamic: Sustainable Economic Growth in the Wake of Creative Destruction” dan dimoderatori oleh Dosen FEB UI dan Peneliti LPEM FEB UI Dr. Rizki N. Siregar. Sesi ini menghadirkan para narasumber Staf Khusus Menteri PPN/Kepala Bappenas Dr. Riatu Qibthiyyah, Kepala LPEM FEB UI Dr. Chaikal Nuryakin, serta Chief Economist IFG/IFG Progress Dr. Ibrahim Khoirul Rahman.
Para pembicara menyoroti bahwa kondisi ini bukan sekadar siklus ekonomi, tetapi bagian dari fase creative destruction yang memaksa ekonomi bertransformasi di tengah perubahan struktural dan dinamika teknologi. Dr. Chaikal Nuryakin mengungkapkan, saat ini Indonesia menghadapi deindustrialisasi dini, rendahnya ekspor produk high-tech, lemahnya kontribusi TFP, serta minimnya investasi R&D. Ia menunjukkan bahwa tanpa peningkatan produktivitas, adopsi teknologi, dan perbaikan kelembagaan, Indonesia berisiko terjebak dalam stagnasi.
Senada, Dr. Riatu Qibthiyyah melengkapi dengan menjelaskan arah kebijakan RPJPN dan RPJMN, termasuk pentingnya transformasi ekonomi berbasis inovasi, produktivitas, dan adopsi teknologi. Ia menyoroti perlunya peningkatan efisiensi, pembangunan SDM, digitalisasi, dan integrasi UMKM untuk mendorong kenaikan TFP sesuai Masterplan Produktivitas Nasional.
Sementara itu, Dr. Ibrahim Kholilul Rohman melihat creative destruction menuntut kemampuan negara dan pelaku industri untuk mengubah inovasi menjadi kapasitas produksi nyata. Ia menunjukkan bahwa Indonesia tertinggal dalam kinerja R&D, jumlah perusahaan inovatif, dan kemampuan mengonversi riset menjadi nilai tambah industri, berbeda dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Dengan demikian, penting untuk bertindak cepat dalam technological window, agar Indonesia tidak kembali kehilangan momentum pada sektor-sektor strategis seperti sebelumnya.
Sesi 2: Maintaining Financial Resilience for Enhancing Business
Sesi kedua membahas topik “Maintaining Financial Resilience for Enhancing Business Positive Sentiment and Investor Confidence in Indonesia” yang dimoderatori oleh Dosen FEB UI Christine Tjen, S.E., Ak., M.Int.Tax., CA. Pembicara pada sesi ini meliputi Guru Besar FEB UI dan Anggota DPN IAI, IFAC Board Member Prof. Sidharta Utama, Ketua Program Magsiter Manajemen FEB UI Prof. Rofikoh Rokhim, Ph.D., Ph.D., serta AS Country Lead AWS School, Lead AWS Dr. Agustinus Nicholas Tobing.
Prof. Sidharta memulai paparan dengan mengutarakan bahwa resiliensi keuangan perusahaan sangat bergantung pada kualitas pelaporan, transparansi ESG, pengendalian internal, serta peran auditor dalam menjaga kepercayaan dan stabilitas. Fondasi akuntansi yang kuat membuat perusahaan mampu menyerap guncangan, beradaptasi, dan pulih lebih cepat.
Di sisi lain, Prof. Rofikoh menambahkan perspektif kepercayaan sebagai inti dari pemulihan ekonomi, dibangun melalui tata kelola yang kuat, transparansi, dan koordinasi lintas otoritas. Pengalamannya meninjau krisis besar pada 1998, 2008, dan 2020 menunjukkan Indonesia mampu bertahan karena reformasi institusional, disiplin prudensial, serta penguatan koordinasi fiskal, moneter, dan sektor keuangan.
Di sisi lain, Dr. Agustinus memperluas perspektif tersebut dengan menekankan peran teknologi digital seperti AI, cloud, analytics, dan inovasi fintech sebagai penggerak utama ketahanan modern. Transformasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi dan manajemen risiko, tetapi juga memperkuat kepercayaan bisnis melalui keamanan data, otomatisasi, dan pengambilan keputusan berbasis data.
Acara ditutup dengan closing remarks oleh Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan RI Mirza Adityaswara. Ia menegaskan, dunia tengah memasuki fase perubahan besar yang ditandai oleh pergeseran kekuatan geopolitik, ketidakefektifan lembaga multilateral, dan meningkatnya tekanan ekonomi maupun ekologis. Dinamika ini menciptakan persaingan global yang semakin tajam, terutama terkait sumber daya dan arah kebijakan ekonomi internasional. Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat ketahanan ekonomi dan meningkatkan kemampuan beradaptasi agar tetap kompetitif di tengah ketidakpastian global.
Mirza juga mengingatkan, populisme yang meningkat di banyak negara berdampak langsung pada risiko fiskal, terlihat dari melemahnya disiplin anggaran dan penurunan peringkat utang di sejumlah negara maju. Ia menekankan bahwa keberanian menjalankan reformasi, menjaga kredibilitas fiskal, serta memastikan kebijakan publik tetap berorientasi jangka panjang adalah kunci untuk mempertahankan stabilitas. Dengan fondasi kebijakan yang kuat dan disiplin, Indonesia memiliki peluang besar untuk tetap tangguh menghadapi perubahan global yang cepat.
Melalui penyelenggaraan Grand Seminar ini, FEB UI menegaskan komitmennya dalam menghadirkan ruang dialog strategis dan berbasis keilmuan demi mendukung pemikiran yang konstruktif bagi pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan.
Harapannya, seminar ini dapat memberikan wawasan yang mendalam mengenai dinamika ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global, membantu kita mengidentifikasi peluang dan tantangan bagi dunia usaha dan investasi, serta menginspirasi upaya kolektif dalam meningkatkan daya saing dan ketahanan ekonomi nasional.

