FEB UI Anugerahkan Wirakarya Adhitama kepada Prof. Adrianus Mooy Atas Pengabdian Tanpa Henti

FEB UI Anugerahkan Wirakarya Adhitama kepada Prof. Adrianus Mooy Atas Pengabdian Tanpa Henti

 

Komunikasi FEB UI

Depok, 18 November 2025 — Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menganugerahkan penghargaan Wirakarya Adhitama kepada Prof. Adrianus Mooy, Ph.D. Penghargaan diberikan di Auditorium Kampus FEB UI Depok, Selasa (18/11).

Penganugerahan Wirakarya Adhitama merupakan salah satu rangkaian dari acara peringatan Dies Natalis ke-75 FEB UI, bentuk apresiasi tertinggi untuk tokoh kepeloporan FEB UI. Tokoh yang memiliki atas jasanya yang tiada henti untuk membangun almamater, bangsa, dan negara secara terus-menerus melalui dunia pendidikan, dunia industri, dan juga pemerintahan. 

Ketua Panitia Wirakarya Adhitama 2025, Edward Tanujaya, M.Sc., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Wirakarya Adhitama yang tahun ini diberikan kepada Prof. Adrianus bukan sekedar simbolik, tetapi diyakini sebagai sebuah penegasan bahwa ruang akademik dan profesional di FEB UI menempatkan integritas, pengabdian, dan manfaat sebagai puncak nilai. Ia menilai perjalanan Prof. Adrianus begitu luar biasa, dari pulau kecil di NTT hingga menjadi sosok yang besar secara global.

Hal senada disampaikan oleh Dekan FEB UI Yulianti Abbas, Ph.D., “Sebelum wirakarya, saya hanya mengenal nama Prof. Adrianus yang cemerlang dan fotonya yang sering muncul di surat kabar. Namun, saat saya berkesempatan untuk berkunjung, ternyata saya diterima dengan sangat baik. Kemudian, Bapak bercerita kisah pengalamannya, ditutup dengan memberikan buku. Buku tersebut yang akhirnya menginspirasi saya.”

“Saya merasa ini adalah buku yang perlu kita baca, bukan hanya menginspirasi, tetapi ini suatu kisah yang luar biasa. Terlepas dari segala prestasi, Bapak adalah guru kami di FEB UI. Wirakarya ini adalah penghargaan yang kami berikan kepada tokoh FEB UI yang sangat besar jasa dan pengabdiannya, bagi kami civitas akademika FEB UI, bangsa, dan negara tanpa ada putusnya, sampai dengan detik ini. Bapak terus menginspirasi kami lewat tulisan, kata, dan karya,” imbuhnya.

Sebagai penerima penghargaan, Guru Besar FEB UI Prof. Adrianus Mooy, Ph.D., menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas penganugerahan Wirakarya Adhitama yang diberikan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. 

Selain itu, ia berterima kasih kepada Bapak Mochtar atas ilmu dan pengalaman yang ia peroleh dalam dunia perbankan, membesarkan BCA dari bank kecil. Prinsip dan pembelajaran tersebut kemudian ia terapkan dalam membangun Bank Nobu, didukung oleh Lippo Group yang terus mendorong dan memfasilitasi pengembangan.

“Saya mendapat saran dari penasehat untuk mengambil Master dan PhD dalam waktu yang bersamaan pada 1995. Begitu saya kembali dari luar negeri, Prof. Ali Wardhana meminta saya untuk mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Kampus Salemba. Saya bersyukur memiliki tiga almamater sehingga saya memperoleh penghargaan Guru Besar Luar Biasa. Keputusan itu dikeluarkan oleh Pak Fuad Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada akhir Desember 1987,” jelasnya.

Ia berharap, ke depannya FEB UI dapat terus melahirkan guru besar, khususnya yang relatif muda sekitar usia 50 tahun, agar memiliki waktu yang cukup panjang untuk berkontribusi dalam memajukan fakultas sebelum memasuki masa pensiun. Ia menutup sambutannya dengan sebuah pesan sederhana, “Always do your very best, and let God do the rest. Jangan pernah malu belajar dari teman yang terkadang lebih tahu mengenai masalahmu.”

Kemudian, Ketua Dewan Guru Besar Prof. Moh. Ikhsan menuturkan, “Penghargaan ini bukanlah semata-mata pengakuan atas jabatan atau kedudukan seseorang. Namun, wujud penghormatan atas legacy, keilmuan, dan keteladanan, dan pengabdian publik yang melampaui ruang kelas, birokrasi, dan institusi formal. Wirakarya diberikan kepada mereka yang dalam hidupnya mampu menjembatani dunia ilmu akademik dengan dunia kebijakan dan kepentingan publik yang lebih luas.”

Sosok Prof. Adrianus Mooy Bagi Rekan Sejawat

Dalam acara tersebut, hadir pula Dr. (Hc) Mochtar Riady selaku Rekan sekaligus Chairman Lippo Group. Ia mengutarakan awal perkenalannya dengan Prof. Adrianus sejak menjabat Gubernur Bank Indonesia dan Presiden Direktur Bank Central Asia. Menurutnya, Prof. Adrianus seperti seorang Ayah yang selalu membina anaknya karena selalu memberikan nasehat.

“Sewaktu Prof. Adrianus pensiun, saya langsung memintanya untuk membantu memimpin Universitas Pelita Harapan (UPH), sekaligus menjabat Komisaris Utama Bank Nobu. Sebelas tahun yang lalu, aset Bank Nobu hanya sebesar 46 miliar. Dengan kepemimpinan Prof. Adrianus yang baik, aset tersebut meningkat hingga 50 triliun. Selain itu, awalnya UPH merupakan universitas kecil. Namun, semenjak dipimpin oleh Prof. Adrianus, sekarang telah memiliki 22.000 mahasiswa,” ungkapnya.

Dr. Mochtar tak hanya menganggap Prof. Adrianus Mooy sebagai rekan oleh, tetapi juga seorang guru. Ia menyampaikan ungkapan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan jasa yang telah diberikan. Pada kesempatan yang baik ini, ia juga menyampaikan ucapan selamat atas Dies Natalis ke-75 FEB UI.

Kemudian, Prof. Soedradjad Djiwandono, Ph.D., selaku rekan sekaligus Guru Besar FEB UI, menyampaikan bahwa ia pertama kali bertemu dengan Prof. Adrianus pada September 1964 saat menempuh pendidikan di University of Wisconsin. Dalam ilmu sosial, mobilitas sosial merujuk pada kemampuan seseorang untuk berpindah dari suatu lapisan sosial ke lapisan sosial yang lebih tinggi melalui pendidikan, kesempatan, kerja keras, dan integritas. Baginya, Prof. Adrianus merupakan simbol nyata dari mobilitas sosial Indonesia yang sesungguhnya. 

Prof. Adrianus menunjukkan puncak karier bukanlah akhir perjalanan, tetapi titik mengembalikan pengetahuan kepada masyarakat. Dalam setiap jabatan baik sebagai ekonom, perencana pembangunan, maupun diplomat, ia selalu membawa semangat pelayanan publik dan integritas akademik.

Prof. Soedradjad mengatakan, “Penghargaan wirakarya hari ini bukanlah sekadar ceremony, melainkan pengingat bahwa keberhasilan akademik dan pengabdian publik bukanlah dua dunia yang terpisah. Keduanya adalah satu nafas yang membentuk jati diri seorang intelektual sejati. Melalui teladan Prof. Adrianus, kita belajar bahwa pendidikan adalah tangga sosial dan ilmu adalah alat perubahan. Guru besar bukanlah soal gelar,  tetapi  soal tanggung jawab moral untuk menuntun generasi berikutnya. Semoga keteladanan, kebijaksanaan, ketulusannya senantiasa menjadi cahaya bagi FEB UI dan bagi Indonesia yang kita cintai.”

Sementara itu, Miranda Swaray Goeltoem Ph.D. selaku Dosen Senior FEB UI sekaligus Murid Prof. Adrianus Mooy, Ph.D. menuturkan bahwa Prof. Adrianus merupakan dosen yang cerdas, yang membuatnya menyukai Econometrics hingga ia lulus PhD di Boston University dengan spesialisasi Monetary Economics, Development Economics, and Econometrics. Menurutnya, Prof. Adrianus sangat menginspirasi dirinya dan banyak pihak dengan kesederhanaan dan integritas.

–

Selama lebih dari 40 tahun, Prof. Adrianus memegang berbagai peran strategis. Setelah meraih gelar S-2 dan S-3 dari University of Wisconsin, Amerika Serikat,  Prof. Adrianus diminta bergabung dengan Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional (LEKNAS) sebagai peneliti. Setahun kemudian, mulai mengajar di Universitas Gadjah Mada. 

Pada 1967, ia menjabat sebagai Kepala Biro Statistik di Kantor Menteri Utama Bidang Ekonomi dan Keuangan, lalu melanjutkan sebagai Kepala Biro Keuangan Negara di Bappenas. Di waktu yang sama, ia juga mengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, yang waktu itu masih berada di Salemba

Tahun 1969, langkahnya berlanjut ke Bangkok, bergabung dengan UN ESCAP sebagai Economic Affairs Officer selama empat tahun. Empat tahun di Bangkok, Adrianus Mooy kembali ke tanah air dan diangkat sebagai Deputi Bidang Fiskal dan Moneter di Bappenas.

Selama lebih dari 15 tahun, ia memegang peran strategis ini dan turut berperan dalam penyusunan Repelita II, III, dan IV, masa penting dalam arah pembangunan ekonomi Indonesia. Ia juga sempat menjabat sebagai Anggota MPR RI pada 1982-1992 yang berperan dalam perumusan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN)

Perjalanan karir terus menanjak.. Pada 1988, ia dipercaya menempati jabatan sebagai Gubernur Bank Indonesia. Setelah lima tahun menjabat, ia diangkat sebagai Duta Besar RI untuk Masyarakat Ekonomi Eropa untuk Uni Eropa di Brussels.