Seminar Departemen Ilmu Ekonomi Kupas Tuntas Tantangan Ekonomi Digital
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK (26/06/2018) ā Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menggelar Seminar Mingguan yang berlangsung di ruang PGN, Departemen IE, pada Selasa (26/6/2018).
Seminar ini sudah menjadi agenda rutin per minggu yang telah ditentukan oleh BAN-PT. Namun, berbeda dengan sebelumnya, pada seminar minggu ini diperuntukkan bagi para dosen FEB UI. Pemateri disampaikan oleh Dr. Ibrahim Khoilul Rohman Hafizh (Alumni FEB UI 1998) selaku Research Fellow, United Nations University-Portugal Office. Topik yang dibahas mengenai Digital Economy: Concept, Challenge and Progress.
Dr. Ibrahim Khoilul Rohman Hafizh memaparkan bahwa digital economy untuk saat ini sudah dikelola masing-masing institusi, baik di pemerintahan maupun di swasta. Ada empat kelompok pemain yang membuat dan menggunakan pengetahuan digital economy, di antaranya penyedia elemen jaringan, operator jaringan, platform, konten, & penyedia aplikasi (konsumen menengah), dan konsumen akhir.
āEsensi dari digital economy ialah ICT yang dapat mendorong perekonomian kita, baik dari sisi produsen yang mengharuskan manusia lebih efisien, dan sisi konsumen untuk membuat seseorang lebih produktif dalam menikmati hasil produksiā pangkas Ibrahim.
Sementara itu, digital economy bisa tercermin dari keunggulan human capitalnya dalam hal mengoperasikan segala macam perangkat yang bisa mendorong peningkatan produktivitas di sektor-sektor lainnya. ākalau orangnya makin digital tentu akan berasosiasi dengan mengikuti perkembangan saat ini dan pastinya akan berjalan seimbangā kata Ibrahim.
Menurut laporan e-commerce, komponen lokal yang diperjualbelikan di seluruh platform e-commerce di Indonesia hanya 6,7%. Contohnya saja, seperti Tokopedia, Lazada, Bukalapak yang sudah merajarela di e-commerce kita. Namun, disayangkan bila pada bidang teknologi, Indonesia masih lemah dan tertinggal oleh negara maju lainnya. Cukup menarik Eropa isampai tahun 1995 masih menjadi leadership dalam peta perekonomian global.
āBila di Eropa dan negara maju lainnya, presisinya itu bukan e-commerce, karena posisi e-commerce di negara tersebut berada di urutan nomor 201ā ujar Ibrahim.
Dari sisi Research and Development (R&D) yang dilakukan pihak swasta maupun pemerintah di Indonesia, nilai kita sesuai GDP berada disekitaran 0,08%. Posisi tersebut menunjukkan bahwa kita masih berada di bawah Swedia, Rusia, Jepang, dan Korea. Kelemahan dan ketertinggalan kita ialah barang-barang yang berbasis teknologi masih mengimpor dari negara lain, seperti alat komunikasi, dsbnya. Tentu, kita harus memperbaiki ke depannya dengan mengambil langkah substansial yang mampu mendorong R&D.
āDengan begitu, kita harus mempromosikan lebih banyak perusahaan R&D, seperti membina generasi penerus sejak mereka berada di universitas, proses paralel antara transformasi struktural ekonomi yang lebih konvensional dan kebijakan-kebijakan yang konkrit, dan memperbaiki regulasi broadband dan telekomunikasiā tutupnya. (Des)