Serap Aspirasi, Mahasiswa FEB Universitas Indonesia Kembangkan Aplikasi
E-Marketplace Hasil Pertanian Berbasis C2C Dalam Rangka Menghadapi Covid-19
Purworejo – (30/12/2020) Sudah 9 (sembilan) bulan lamanya pandemi OVID-19 berjalan di Indonesia. Bahkan kurva angka penderita kembali naik pada periode awal Desember 2020 ini. Oleh karena itu, demi mencegah penularan, maka pemerintah Republik Indonesia menerapkan berbagai prosedur protokol kesehatan mulai dari sosialisasi mencuci tangan hingga penerapan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pada saat penerapan status ini, kantor, sekolah, pasar, pusat perbelanjaan dan berbagai tempat lain yang berpotensi menyebabkan kerumunan, dibatasi untuk sementara waktu. Keberadaan aturan PSBB sangat mempengaruhi kegiatan jual beli di masyarakat, pergi keluar rumah dan melakukan interaksi langsung menjadi hal yang dihindari atau diminimalisir untuk menghindari penularan virus secara berantai. Tak terkecuali dalam melakukan jual beli hasil pertanian, tak sedikit pengelola pasar yang membatasi kios penjual yang boleh berjualan atau membatasi jumlah pembeli yang masuk ke dalam lingkungan pasar, tak sedikit pula konsumen yang memilih mengurangi frekuensi masuk ke dalam lingkungan pasar untuk menghindari kerumunan. Kondisi tersebut menghambat kelancaran perdagangan hasil pertanian dari hulu ke hilir, mengganggu pendapatan para petani dan pemenuhan kebutuhan konsumen atas hasil pertanian. Selain itu, terjadi penurunan daya beli masyarakat yang cukup signifikan bahkan data yang ada menunjukkan terjadinya kemiskinan baru (new poverty).
Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Indonesia (DRPM UI) telah melaksanakan LOMBA KARYA PENGABDIAN MASYARAKAT MAHASISWA (LK PMM) pada bulan Mei 2020. Melalui Lomba Karya Pengabdian Masyarakat Mahasiswa ini, DRPM UI melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19 termasuk kegiatan pengabdian masyarakat dalam bidang pertanian. Rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan selama kurun waktu 5 (lima) bulan, dimulai sejak bulan Agustus hingga bulan Desember 2020 yang dibagi atas 3 (tiga) tahapan yakni persiapan, pelaksanaan dan pelaporan. Pada tahap persiapan, dilakukan pengumpulan data dan informasi secara mandiri untuk menemukan lokasi dan komunitas yang tepat mewakili aspirasi para petani dan bersedia untuk menerima kunjungan di masa pandemi ini. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pememang lomba LK PMM Universitas Indonesia melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat terhadap Kelompok Tani Pelangi, di Desa Bedono Kluwung, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo yang memiliki potensi pertanian yang sangat signifikan dan bersedia menerima kunjungan tim selama pandemi.
Setelah menentukan lokasi, rangkaian selanjutnya dari kegiatan pengabdian masyarakat yakni tahap pelaksanaan kegiatan. Pada tahapan ini, pemenang LK PMM UI melakukan kegiatan Forum Discussion Group (FGD) untuk menyerap aspirasi masyarakat petani dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menyediakan masker dan hand sanitizer. Kegiatan diskusi ini dilaksanakan pada tanggal 23 November 2020 di Desa Bedono Kluwung, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo dengan mengikutsertakan Kelompok Tani Pelangi Desa Bedono Kluwung. Pada FGD tersebut para petani menyampaikan aspirasinya mengenai penjualan hasil pertanian selama masa pandemi COVID-19. Pujiyanto (37) salah satu petani dari daerah Purworejo mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 berdampak besar pada hasil panennya. Dia mengingat, ketika daerahnya menerapkan PSBB, hampir satu bulan lamanya dirinya tidak mampu menjual hasil kebunnya. Pernyataan ini diamini oleh Slamet (42), seorang petani cabai, yang menyatakan keluhan serupa. Slamet menyatakan bahwa selama masa penerapan PSBB di daerahnya, dirinya kesulitan menjual hasil pertaniannya. Oleh karena itu, melalui kegiatan pengabdian masyarakat, mahasiswa FEB UI berinisiatif untuk mengembangkan aplikasi marketplace hasil pertanian agar para petani dapat tetap menjual produknya kapanpun dan dimanapun dengan menggunakan teknologi informasi.
Menindaklanjuti hasil FGD, kegiatan pelaksanaan kegiatan dilanjutkan dengan pengembangan aplikasi marketplace untuk hasil pertanian yang diberi nama Sayurtopia. Konsep pengembangan marketplace sayurtopia ini berbasis Consumer to Consumer (C2C), dimana para petani dapat berjualan dengan membuka warung/store di dalam aplikasi tersebut dan pembeli dapat membeli langsung dari petani. Hal inilah faktor pembeda utama dengan aplikasi hasil pertanian lain yang rata-rata menerapkan konsep Bussines to Consumer (B2C). Manfaat utama dari konsep marketplace selama masa pandemi adalah pemenuhan kebutuhan konsumen atas hasil pertanian dengan interaksi yang minim sehingga meningkatkan rasa kenyamanan dalam berbelanja di masa pandemi ini. Tidak kalah penting, konsep C2C akan memotong jalur distribusi hasil pertanian yang panjang, sehingga harga yang dihasilkan bersahabat bagi petani maupun konsumen. Selain itu, berbeda dengan proses transaksi secara konvensional yang membutuhkan pertemuan fisik, keunggulan lain marketplace adalah transaksi dapat terjadi kapanpun dan dari manapun karena bersifat virtual. Dengan pengembangan aplikasi ini, maka diharapkan dapat menggerakkan perekonomian kembali, sembari tetap membantu mencegah penyebaran virus COVID-19.
Namun demikian, salah satu tantangan terbesar dalam penerapan aplikasi ini adalah tingkat kesadaran masyarakat petani kita yang relatif masih belum terlalu melek dalam penggunaan teknologi informasi. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus dengan menggandeng para generasi muda di pedesaan untuk diberdayakan menjadi semacam penanggung jawab (PIC) kelompok tani. PIC inilah yang diberi pelatihan untuk menggunakan aplikasi dan menjadi koordinator kelompok tani di wilayahnya. Dengan hadirnya aplikasi sayurtopia.com, para petani di pelosok yang memiliki keterbatasan akses pasar, juga dapat memanfaatkan aplikasi tersebut. Sehingga manfaatnya bukan hanya pada saat pandemi COVID-19, tetapi juga memiliki manfaat di masa yang akan datang. Selain itu, dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, FEB UI juga menggandeng LSM Kalpataru untuk menjadi pengelola aplikasi. LSM ini dipilih karena memiliki jaringan ke petani yang luas. Oleh karena itu, pada tanggal 12 Desember 2020, Tim Pengembangan Sayurtopia melakukan serah terima pengelolaan aplikasi kepada LSM Kalpataru yang diselenggarakan melalui zoom meeting. Dalam acara ini pihak DRPM UI diwakili oleh Elvia R. Shauki Ph.D staf pengajar FEB UI yang bertindak sebagai koordinator kegiatan pengabdian masyarakat bersama dengan Isnu Rahadi Wiratama (Mahasiswa Maksi UI) selaku pelaksana lapangan kegiatan pengabdian masyarakat. Sedangkan dari LSM Kalpataru diwakili oleh Sekjend LSM, Benito Lopulalan. Selain perwakilan dari Universitas Indonesia dan LSM Kalpataru, acara serah terima juga dihadiri oleh Indro Surono selaku perwakilan Asosiasi Organik Indonesia, Retnaningtyas selaku penerima penghargaan Pembina Ketahanan Pangan Nasional dari Presiden, serta berbagai Kelompok Tani dari seluruh Indonesia yang terafiliasi dengan LSM Kalpataru.
Tahap terakhir dari rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat FEB UI ini berupa pemberian bantuan pupuk non subsidi kepada Kelompok Tani Pelangi di Desa Bedono Kluwung. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2020 dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas para petani di lingkungan Desa Bedono Kluwung. Selanjutnya, kegiatan pengabdian masyarakat ini juga melibatkan LSM Kalpataru untuk menjaga keberlanjutan manfaat dan keberlangsungan (sustainability) dari aplikasi tersebut. LSM Kalpataru memiliki tugas untuk mengembangkan aplikasi dan merekrut mitra tani yang ada di dalam jaringannya. Selain itu LSM Kalpataru juga memiliki tugas untuk mengelola dan mengembangkan aplikasi Sayurtopia. Harapannya adalah dalam jangka panjang akan memberikan kontribusi yang semakin nyata terhadap perbaikan kesejahteraan para petani tidak hanya di masa pandemi namun juga pasca pandemi berakhir.