Ari Kuncoro di Ngobrol @Tempo: Peleburan Kemenristek Perkuat Pendidikan Tinggi
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK – (24/5/2021) Presiden Joko Widodo melebur Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek). Nadiem Anwar Makarim pun memperoleh kepercayaan untuk memimpin Kemendikbud-ristek melalui pelantikan resmi pada 28 April 2021 lalu.
Kemendikbud-ristek mengatakan bahwa peleburan ini justru akan memperkuat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) yang fungsinya mencakup tridharma pendidikan tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat sesuai amanah Undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Dalam acara “Ngobrol @Tempo: Peleburan Kemenristek Perkuat Pendidikan Tinggi” pada Senin (24/5), Profesor Ari Kuncoro selaku Rektor Universitas Indonesia (UI) berbicara peran UI dalam pengembangan riset dan inovasi nasional. Menurut Ari, UI telah memiliki direktorat khusus yang menangani bidang penelitian dan pengabdian masyarakat. Seiring perkembangan, direktorat ini sudah tidak melakukan penelitian secara individu, tetapi beralih ke konsep penelitian kolaboratif. Maka dari itu, UI senantiasa menjalin relasi dan memperkuat kolaborasi dengan universitas lain, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
“Saat ingin memulai penelitian, para dosen dan mahasiswa sebaiknya memilih topik riset yang relevan dengan kondisi terkini, seperti pandemi, kesehatan, ekonomi, iklim, dan sebagainya. Selama pandemi, UI turut aktif dalam penelitian yang bersifat memberikan masukan kebijakan kepada satgas COVID-19,” ujarnya.
Ari mengingatkan, penelitian harus lebih mengutamakan mutu daripada jumlah publikasi. Dalam hal ini, mutu berarti penelitian siap hilirisasi, yakni implementasi hasil dalam berbagai hal agar bermanfaat bagi masyarakat. Perguruan tinggi bisa memilih skema penelitian dari Kemenristek, yakni Program Penelitian Strategis Nasional Institusi (PSN Institusi) atau Program Penelitian Strategis Nasional Konsorsium (PSN Konsorsium).
“Berdasarkan skor PISA (Programme for International Student Assessment), Indonesia menduduki peringkat 72 dari 77 negara untuk kompetensi membaca, peringkat 72 dari 78 negara untuk matematika, dan peringkat 70 dari 78 negara untuk sains. Data tersebut mengisyaratkan bahwa pendidikan di Indonesia masih menerapkan pembelajaran berbasis hafalan. Oleh karena itu, perlu adanya mata pelajaran atau mata kuliah yang mendorong pemikiran tingkat tinggi sehingga siswa dan mahasiswa menjadi adaptif,” tuturnya.
Selanjutnya, UI akan fokus menggiatkan ide dan inovasi dalam upaya mendukung program Indonesia Maju 2045. Menurut Ari, institusi pendidikan harus membuka kesempatan bagi para pendidik untuk menerapkan pembelajaran berbasis analisis; menjalankan penelitian di universitas berbagai negara; memperbanyak publikasi di jurnal ilmiah internasional bereputasi yang siap hilirisasi dan komersial; meningkatkan jabatan akademik; serta memberikan kontribusi di dunia industri.
“Kita punya harapan besar peleburan Kemenristek dan Kemendikbud dapat meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di Indonesia,” demikian Ari menutup sesinya.