Toto Pranoto di Profit, CNBC Indonesia: Babak Belur Kinerja BUMN
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK – (4/6/2021) Laporan keuangan Indonesia mencatat PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan PT Garuda Indonesia Tbk (Persero) mengalami pembengkakan utang. Toto Pranoto, Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Research Group Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) dalam Profit CNBC Indonesia “Babak Belur Kinerja BUMN” pada Jum’at (4/6) memperkirakan kenaikan utang terjadi karena pembangunan infrastruktur jaringan listrik 35 ribu mega watt dan penurunan jumlah penerbangan akibat pandemi COVID-19.
Saat ini, PLN terlilit utang sebesar Rp 649,2 triliun. Toto menjelaskan, “Pada beberapa tahun terakhir, pemerintah menugaskan PLN untuk membangun jaringan listrik hingga 35 ribu MW. Pembangunan infrastruktur luar biasa besar ini tentu membutuhkan biaya modal (capital expenditure) yang besar pula.”
“Jika pemerintah mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur kelistrikan sejak awal, maka PLN tidak akan menanggung seluruh beban tersebut. Kemudian, PLN mengakses berbagai pinjaman, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, untuk menutup kekurangan pembangunan infrastruktur sehingga kadar utangnya meningkat pada akhir tahun lalu,” sambungnya.
Pemerintah meminta PLN mengurangi belanja modal (capital expenditure) hingga 50 persen. Akhirnya, PLN berhasil menekannya hingga 24 persen atau sekitar Rp 24 triliun. Langkah ini mampu mendorong arus kas keuangan PLN menjadi lebih sehat. Lebih lanjut, PLN berhasil menegosiasi pembelian listrik take or pay senilai hingga Rp 25 triliun.
Selain itu, Garuda pun terlilit utang mencapai 70 triliun atau penambahan 1 triliun per bulannya. Seluruh maskapai dunia mengalami kesulitan sejak adanya pandemi. Menurut Toto, kondisi Garuda tak terlepas dari hal tersebut. Penurunan pendapatan maskapai dunia mendekati rata-rata 90 persen. Bahkan, Asosiasi Transportasi Udara Internasional pada 2020 menaksir kerugian mencapai US$ 157 miliar setara Rp 2.200 triliun (kurs Rp 14.140).
“Situasi sekarang masih sulit karena terbatasnya mobilitas manusia dan barang sehingga akan terus mendera keuangan Garuda. Pemerintah di berbagai negara lebih memilih membantu maskapai penerbangan nasional dengan memberikan injeksi dana,” katanya.
Garuda mulai memulihkan pendapatan usaha dengan meningkatkan efisiensi biaya perusahaan, menawarkan pensiun dini, memangkas armada yang beroperasi, mengoptimalisasi lini bisnis potensial, membuka penerbangan khusus kargo, dan sebagainya.
“Garuda sangat menekan biaya leasing pesawat dengan mengoperasikan separuh armada, hanya sekitar 70 pesawat dari 142 pesawat tersedia. Sebaiknya, Garuda meminta tambahan injeksi modal kepada strategic investor untuk menghasilkan arus kas yang cukup,” usulnya.
Dalam Skema Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020, pemerintah mengalokasikan dana penyertaan modal negara (PMN) senilai 5 triliun serta percepatan pembayaran kompensasi dan penugasan senilai Rp 45,42 triliun untuk PLN. Tak hanya itu, pemerintah pun menganggarkan talangan modal kerja senilai Rp 8,5 triliun untuk Garuda Indonesia. Dengan bantuan tersebut, Toto berharap keuangan PLN dan Garuda Indonesia bisa segera membaik.