Webinar PEBS FEB UI: Menyongsong SDM Unggul 2045 Melalui Perubahan Perilaku Konsumsi dan Pola Hidup Sehat di Masyarakat
DEPOK – (5/7/2021) Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS FEB UI) bersama dengan International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (The Union) menyelenggarakan Webinar Nasional dengan tema “Menyongsong Indonesia Emas 2045: Peningkatan Kualitas SDM dan Pembangunan Kesehatan Berkelanjutan” pada Senin (5/7/2021). Kegiatan ini dihadiri oleh 120 peserta yang berasal dari berbagai daerah seluruh Indonesia dan berbagai kalangan mulai dari akademisi, peneliti, pegawai pemerintah dan dinas kesehatan, politikus, rekan media hingga mahasiswa.
Webinar tersebut menghadirkan Prof. Sri Moertiningsih Setyo Adioetomo, Ph.D., Guru Besar FEB UI sekaligus Peneliti Adjunct di LD FEB UI, Prof. Ascobat Gani, Guru Besar FKM UI, Prof. Yayi S. Prabandari, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM sebagai Pembicara. Beberapa anggota Dewan DPR RI juga turut diundang sebagai penanggap diantaranya Dr. Hj. Netty Prasetyani, M.Si dari Komisi IX dan Badan Anggaran DPR RI dan Rizki Natakusumah, Anggota Dewan Komisi I DPR RI.
Sri Moertiningsih Setyo Adioetomo, pembicara pertama menyampaikan bahwa peluang dari bonus demografi harus bisa dimanfaatkan untuk intervensi pembangunan manusia. Salah satu hal yang dapat dilakukan ialah dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sejak dini yakni sejak 1000 hari pertama kehidupan (HPK) atau sejak ibu hamil mengandung anaknya. Hal tersebut dikarenakan perkembangan kognitif pada anak dimulai ketika 1000 HPK dimulai. Ibu yang sedang mengandung dapat menjaga pemenuhan gizinya dan menjaga pola hidup sehat dengan tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok yang dapat mengganggu pertumbuhan janin.
Ascobat Gani, sebagai pembicara kedua menambahkan pembangunan SDM berkualitas dapat dilakukan dengan berfokus pada sistem kesehatan yang memerhatikan the current stock human capital (penduduk usia 0 – 20 tahun) dan the future stock human capital (penduduk usia 20 – 55 tahun). Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga mutu the current stock human capital, antara lain dengan menyediakan tenaga kesehatan dan sarana prasarana kesehatan memadai dan merata di seluruh wilayah Indonesia, mengalokasikan pembiayaan promosi kesehatan lebih besar, redistribusi peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari puskesmas ke klinik swasta agar puskesmas tetap dapat berfokus pada promotif preventif, serta menurunkan prevalensi merokok mengingat 60% penjualan rokok berasal dari masyarakat yang berada di kuintil pendapatan 1-3.
Yayi S. Prabandari, sebagai pembicara ketiga, mengatakan bahwa strategi untuk perubahan perilaku dalam promosi kesehatan dapat dilakukan melalui informasi, pemasaran, insentif, restriksi, indoktrinasi dan peraturan yang dilakukan oleh individu, kelompok, faskes, sekolah, dan lainnya. Selain itu, untuk menghasilkan SDM berkualitas diperlukan perencanaan dan strategi promosi kesehatan yang komprehensif, kerjasama lintas sektor dan pemangku kepentingan. Kita perlu bergandeng tangan dengan semua pihak dari berbagai bidang dan tidak hanya dari sisi kesehatan, karena persoalan kesehatan ini ditentukan oleh banyak sisi.
Netty Prasetyani, sebagai penanggap, mengatakan bahwa dirinya dan rekan lainnya di Komisi IX DPR selalu mengingatkan pemerintah mengenai gerakan masyarakat sehat atau GERMAS bukan hanya sekedar jargon, diperlukan breakdown lebih lanjut mengenai apa-apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Ke depan harus ada upaya-upaya terobosan termasuk juga kreativitas untuk terus melakukan efisiensi dan efektivitas anggaran utamanya dalam konteks menjamin kesehatan bagi seluruh warga negara dan menjamin jaminan sosial bagi seluruh masyarakat.
Dapat disimpulkan, untuk dapat menciptakan SDM Indonesia yang unggul di tahun 2045 diperlukan berbagai upaya yang dapat memengaruhi perilaku konsumsi pola hidup sehat di setiap lapisan masyarakat. Upaya-upaya tersebut tidak cukup dilakukan dihilir, namun juga perlu dilakukan dari hulu yakni dalam bentuk promotif dan preventif kesehatan. Mempromosikan pola hidup sehat dan mendukung kenaikan cukai rokok merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai bagian dari promotif dan preventif kesehatan. Kenaikan cukai rokok dapat membantu menurunkan konsumsi rokok masyarakat. Dengan begitu, resiko terkena penyakit tidak menular akibat mengonsumsi rokok serta resiko terganggunya perkembangan janin akibat ibu hamil yang terpapar asap rokok dapat diminimalisir.
Narahubung:
Abdillah Ahsan
Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS FEB UI)
ahsanov@yahoo.com / 08151855944