Toto Pranoto di Hot Economy Berita Satu TV “Bersih-Bersih Garuda”
Rifdah Khalisha – Humas FEB UI
DEPOK–(13/1/2022) PT Garuda Indonesia Tbk., maskapai penerbangan milik negara, akan melakukan restrukturisasi kinerja. Saat ini, Garuda terhitung menjalin kerja sama dengan 32 lessor, sedangkan maskapai lain hanya 4 sampai 5 lessor. Di sisi lain, Garuda pun memiliki 13 jenis pesawat, sedangkan maskapai lain hanya 3 sampai 4 jenis.
Tak heran, porsi biaya kontrak lessor Garuda mencapai 28 persen dari pendapatan perusahaan. Padahal, maskapai lain 3 hingga 5 kali lipat lebih murah. Imbasnya maskapai ini kelimpungan lantaran biaya perawatan dan persewaan yang terlampau tinggi. Terlebih, kini hanya 35 pesawat yang melayani penumpang.
Menilik kembali rencana pada 2022, Garuda berusaha mengurangi jumlah dari 202 menjadi 134 pesawat. Lalu, memangkas rute penerbangan dari 437 menjadi 140 rute, dengan memfokuskan rute domestik dan mengurangi rute internasional secara signifikan. Rencana lain, Garuda akan merundingkan ulang kontrak pesawat dan meningkatkan kontribusi kargo.
Namun, saat tahap restrukturisasi tersebut, Menteri BUMN Erick Thohir melaporkan dugaan adanya indikasi korupsi pada proses pengadaan, khususnya penyewaan pesawat bermerek ATR 72-600.
Dalam Hot Economy Berita Satu TV “Bersih-Bersih Garuda” yang tayang pada Kamis (13/1), Pengamat BUMN Research Group Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) Toto Pranoto menanggapi hal tersebut, “Garuda merupakan Perseroan Tbk yang tercatat dalam listed company sehingga transparansi termasuk hal utama. Saya kira, pembelian pesawat itu masuk dalam kategori aksi korporasi yang penting.”
Toto menilai keputusan tersebut tentunya telah melalui berbagai jenjang. Para Direksi Garuda merundingkan dan memutuskan langkah tersebut secara kolega. Kemudian, harus menerima persetujuan dari Dewan Komisaris.
Ia mengungkapkan, “Apabila ada skandal, berarti mekanisme pengawasan kurang berjalan baik dalam konteks decision making. Selain itu, eksternal auditor yang seharusnya mengaudit dengan cukup komprehensif kelihatannya belum bisa menemukan adanya masalah-masalah di sini.”
“Menurut saya, perlu ada perbaikan fundamental dari sisi pengawasan, baik internal maupun eksternal, sebagai pembelajaran ke depan bagi Garuda dan BUMN lainnya sehingga mampu mencegah kasus serupa,” imbuhnya.
Manajemen Garuda telah menjalani serangkaian aksi fundamental, misalnya memangkas cost structure sehingga suku biaya jauh lebih efisien dengan mengurangi jumlah pesawat dan mengefisiensi jumlah rute.
Lebih penting lagi, maskapai ini harus segera mendapatkan kepastian persetujuan terkait renegosiasi kredit dengan seluruh krediturnya, terutama para lessor pesawat. Kalau tidak ada persetujuan, nantinya akan sulit karena sebagian besar proses pesawat Garuda ada di leasing company.
“Ke depannya, saya berharap situasi pada kuartal IV/2021 dan kuartal I/2022, penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah mulai melonggar karena pengendalian COVID-19 mulai membaik Jadi, traffic load dari airlines turut meningkat. Apabila optimal, ini akan membantu perbaikan kinerja dan keuangan Garuda. Mudah-mudahan situasi eksternal lebih terkendali,” ucap Toto mengakhiri. (ts)
Akses video selengkapnya di laman berikut.