PEBS FEB UI Bekerjasama dengan Kementerian BUMN dan MES Adakan Seminar Wirausaha Muda Syariah
DEPOK – (3/2/2022) Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS FEB UI) bekerjasama dengan Kementerian BUMN (PT Biofarma (Persero) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia), dan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) menyelenggarakan Seminar Wirausaha Muda Syariah secara hybrid di Auditorium Soeria Atmadja FEB UI, pada Kamis (3/2). Tema yang diangkat “Pengembangan Ekonomi Syariah kepada Wirausaha Muda dalam Mendukung Keberlanjutan dan Kemandirian”.
Secara umum seminar ini bertujuan untuk mencetak wirausaha muda yang kreatif, inovatif, dan berdaya saing. Selain itu, untuk memberikan pembekalan kepada para wirausahawan muda mengenai beberapa hal penting dalam menjalankan bisnis syariah. Terhitung sekitar 800 peserta yang hadir, baik secara luring maupun daring tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Seminar dimulai dengan sambutan oleh Dekan FEB UI, Teguh Dartanto, Ph.D. Ia mendukung penuh Seminar Wirausaha Muda Syariah untuk membekali para wirausaha muda yang bergerak di bisnis syariah agar dapat mengembangkan kapasitas diri dan teknis, sehingga nantinya bisnis yang dijalankan sesuai dengan nilai dan etika Islam yang mengedepankan kesejahteraan sosial dan keberlangsungan lingkungan.
Kemudian, sambutan Direktur Utama ID FOOD, Arief Prasetyo Adi, menekankan “Seminar Wirausaha Muda Syariah diselenggarakan sebagai sarana edukasi generasi muda, khususnya mahasiswa dan pelaku usaha start-up, di bidang kewirausahaan dan etika bisnis syariah. Saya berharap kegiatan ini dapat mendorong lahirnya lebih banyak wirausahawan muda syariah yang sukses, inovatif dan memiliki usaha yang berkelanjutan.”
Acara dilanjutkan dengan seremoni Penandatanganan MoU tentang Kerja Sama Kolaborasi dalam rangka Pemberdayaan Ekonomi Umat. Dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury yang sekaligus membuka acara secara resmi. Pada sambutannya, ia menyampaikan kekuatan wirausaha merupakan sumber pertumbuhan ekonomi. “Wirausaha di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangga sehingga mendorong masyarakat terutama generasi muda untuk berpartisipasi dalam kegiatan kewirausahaan. Dengan memfokuskan para generasi muda untuk terlibat dalam industri halal di satu sisi akan berimplikasi positif bagi pengembangan industri halal di dalam negeri. Program edukasi dan sosialisasi terkait pengembangan jiwa entepreneurship khususnya di kalangan mahasiswa harus dilakukan secara masif,” ujar Pahala.
Narasumber pada seminar ini Kepala Pusat Pembinaan dan Pengawasan JPH BPJPH Kementerian Agama RI, A. Umar, Penulis Buku dan Founder dari Kautsar Group, Edvan M. Kautsar, Praktisi Bisnis Syariah dan Chairman Allisya Circle, Shanty A. Leksono, CEO Beeme Indonesia, Sheyla Taradia Habib, Praktisi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Ika Karmila.
A. Umar, narasumber pertama, menyampaikan mengenai kesuksesan wirausaha muda melalui jaminan produk halal. Terdapat beberapa alasan mengapa tema tersebut diambil, yaitu pertama adanya perintah dari Allah SWT untuk memakan makanan yang halal dan thayyib karena terjamin kesehatannya dan gizinya. Kedua, perkembangan teknologi pengolahan produk membuat masyarakat sulit untuk membedakan antara yang halal dan haram dengan kasat mata. Ketiga, manfaat dari sertifikat halal itu menjadi sentral bagi kesuksesan dalam berwirausaha sebagai jaminan bahwa produk halal itu tetap dapat berkualitas tinggi, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan bisa menjangkau jaringan yang luas. “Saya mendorong wirausaha muda untuk berinovasi, dan tetap di jalur yang benar, yaitu jalur wirausaha muda syariah,” jelas A. Umar.
Edvan M. Kautsar, narasumber kedua yang juga motivator muda Indonesia dan The Youngest Motivator of Asia menyampaikan materi terkait bagaimana menjadi seorang entrepreneur yang sukses dengan growth mindset. Mengangkat konteks Covid 19, terdapat 4 tipe kelompok manusia dalam menghadapi krisis, yaitu (1) Cuek, mereka yang menyalahkan keadaan dan tidak mau menjadi solusi atau malah menjadikan krisis sebagai beban; (2) Mereka yang sadar terjadi krisis, namun tidak mau berubah; (3) Mereka yang siap berubah dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi akibat krisis; (4) Mereka yang tidak hanya beradaptasi, namun mempercepat perubahan atas kondisi yang terjadi dan mencari solusi yang terbaik di tengah krisis yang terjadi.
“Dua kelompok pertama adalah mereka yang memiliki fixed mindset, sementara dua kelompok terakhir adalah mereka yang memiliki growth mindset yakni mereka yang cepat belajar dan senantiasa mempersiapkan diri,” ujar Edvan. Edvan menambahkan bahwa kelompok yang sukses ditandai dengan memiliki growth mindset, karena mereka termasuk yang mementingkan proses daripada hasil. Terdapat empat cara untuk membangun growth mindset, diantaranya dengan adanya pressure, membangun network, memiliki mentor, dan meningkatkan knowledge.
Shanty A. Leksono, narasumber ketiga, mempresentasikan tentang mewujudkan bisnis syariah yang profitable dan sustainable. Ia menganalogikan kondisi pandemi Covid 19 seperti awan mendung yang terlihat gelap tetapi akan ada cahaya terang dibaliknya. Analogi ini menggambarkan bahwa meskipun terjadi pandemi saat ini, tetap akan ada cara untuk mengatasi kondisi ini dan membuat semua masyarakat termasuk para wirausahawan mendapat titik terang terkait jalan keluar dan bagaimana mengoptimalisasi kondisi tersebut. Spirituality, safe security, social, screen, self-expression, dan starting merupakan pilar yang menjadi landasan pada berjalannya bisnis di tengah kondisi saat ini. Untuk mencapai tujuan profitable dan sustainable, selain harus berlandaskan pada aksi sosial, bisnis yang dijalankan juga tetap perlu mendatangkan keuntungan, di mana keuntungan ini yang kemudian akan digunakan agar bisnis ini tetap bisa bertahan tidak hanya secara finansial, namun juga secara keseluruhan.
Sheyla Taradia Habib, narasumber keempat, menyampaikan paparan mengenai bagaimana cara membangun dan mengoptimalkan branding produk atau jasa. Sheyla menjelaskan beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk membangun dan mengoptimalkan branding tersebut. Pertama, cara memperoleh pasar dan produk yang dapat diterima oleh konsumen dengan membidik pasar potensial sesuai dengan target market produk yang ditawarkan. Selanjutnya, ciptakanlah produk yang dirindukan dengan cara membuat produk dengan kualitas baik dan memberikan solusi bagi konsumen. Buatlah produk yang mudah diingat, misalnya dengan menyesuaikan warna dengan kandungan bahan. Mengoptimalkan channel penjualan online karena di masa pandemi ini yang membuat mobilitas masyarakat terbatas. Terakhir, membangun personal branding di sosial media, sehingga membangun komunikasi dan menjalin relasi dengan pihak lain.
Ika Karmila, narasumber kelima, membawakan materi tentang cara mudah dan praktis untuk mendapatkan sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Ika menjelaskan bahwa sertifikat PIRT merupakan jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap pangan produksi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) di wilayah kerjanya. Salah satu persyaratan untuk mendapatkan sertifikat IRTP yaitu memiliki nomor induk berusaha dan sertifikat standar atau pernyataan mandiri (komitmen). Setelah melakukan pendaftaran untuk mendapatkan nomor PIRT, selanjutnya akan dilakukan verifikasi dalam hal produk, label, kemasan, dan sebagainya. Pelaku usaha yang telah mendapatkan nomor PIRT perlu mengikuti penyuluhan keamanan pangan di dinas kesehatan. Para pelaku usaha juga akan menjalani pre-test dan post-test dengan nilai minimal 60 untuk mendapatkan sertifikat penyuluhan pangan ini, kemudian sertifikat ini akan diverifikasi oleh dinas kesehatan setempat. Tentunya, pelaku usaha juga harus memenuhi persyaratan produksi.
Acara ini diakhiri dengan sambutan penutup yang disampaikan oleh Kepala PEBS FEB UI, Rahmatina Awaliah Kasri, Ph.D. Dalam sambutannya, Rahmatina menuturkan “Sebuah kehormatan bagi PEBS FEB UI untuk dapat berkolaborasi dengan MES dan Kementerian BUMN dalam penyelenggaraan seminar nasional ini. Misi kegiatan Wirausaha Muda Syariah untuk mendukung bisnis syariah secara umum di Indonesia sangat sejalan dengan tujuan PEBS FEB UI yang berkomitmen untuk selalu mendukung perkembangan bisnis syariah di Indonesia, baik melalui kegiatan penelitian, pembekalan (training), dan pengabdian masyarakat. PEBS FEB UI dengan tangan terbuka siap untuk berkolaborasi dengan pihak manapun dalam rangka memajukan ekonomi dan bisnis syariah. Diharapkan, kedepannya makin banyak terjadi kolaborasi antar berbagai pihak, baik pemerintah, industri maupun universitas dalam mengembangkan ekonomi dan bisnis syariah di Indonesia.”
——————————————————————————————————-
Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) merupakan institusi di bawah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) yang didirikan pada tahun 2007 untuk menjadi Center of Excellence untuk penelitian dan pelatihan di bidang ekonomi, bisnis dan keuangan syariah.
Narahubung:
Adela Miranti Yuniar
PEBS FEB UI