Mengulik Tantangan Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres di Breakfast Forum ILUNI FEB UI

Mengulik Tantangan Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres di Breakfast Forum ILUNI FEB UI

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (20/5/2024) Usai pemilihan presiden (Pilpres) di Indonesia, masyarakat memiliki harapan dan ekspektasi tertentu terhadap arah ekonomi negara. Salah satu tantangan ekonomi pasca Pilpres adalah menjaga stabilitas ekonomi dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Guna menjawab persoalan tersebut, Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (ILUNI FEB UI) menyelenggarakan Breakfast Forum bertajuk ‘Indonesia: Menjawab Tantangan Ekonomi Pasca Pilpres’ yang berlangsung di Financial Hall, Graha CIMB Niaga Jakarta, pada Jumat (17/5). Acara dibuka oleh Freddy Hendradjaja, Sekretaris Jenderal ILUNI FEB UI dan Alumni FEB UI 1991.

Breakfast Forum ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu Muhamad Chatib Basri, Menteri Keuangan RI Periode 2013-2014 dan Alumni FEB UI 1986; I Gede Dewa K. Wisana, Kepala Lembaga Demografi FEB UI dan Alumni FEB UI 1995; Ratih Savitri Ali, Komite Investasi PT Paragon Universa Utama dan Alumni FEB UI 1997, dengan moderator Andry Asmoro, Ketua Bidang 3 dan Alumni FEB UI 1995.

Wakil Menteri Keuangan RI Prof. Suahasil Nazara, Ph.D. sebagai keynote speaker menyampaikan, untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia pasca Pilpres, perlu membuka ruang pertumbuhan ekonomi baru sebagai alat pemerataan pembangunan. Hal ini mencakup adopsi ekonomi digital, sektor intermediary baru selain perbankan, pembangunan ekonomi hijau, menciptakan produk dan pasar dalam negeri, relokasi industri, kinerja hilirisasi sumber daya alam, dan peningkatan sektor keuangan.

Muhamad Chatib Basri sebagai pembicara pertama, menjelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6%, Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi melalui lima pilar: (1) ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi, dan produktivitas ekonomi; (2) implementasi ekonomi hijau; (3) transformasi digital; (4) integrasi ekonomi domestik dan global; dan (5) kota sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.

Chatib juga menyoroti persoalan dalam pembuatan peraturan/kebijakan ekonomi, seperti siklus produk yang semakin pendek, kesulitan regulator mengejar inovasi, perbedaan antara perusahaan konvensional dan start-up, serta perlunya keseimbangan antara inovasi dan perlindungan konsumen. “Regulator harus dipandu oleh tujuan akhir mereka untuk mempromosikan kepentingan nasional sebaik-baiknya,” tambah Chatib.

I Gede Dewa K. Wisana, pembicara kedua, menyampaikan bahwa setelah tahun 2030, Indonesia akan mengalami ‘penuaan’ penduduk dan peningkatan harapan hidup. Hal ini memerlukan akumulasi aset oleh penduduk produktif saat ini untuk membiayai konsumsi mereka di masa tua nanti.

Menurut Dewa, saat ini, tantangan demografi di Indonesia mencakup disparitas derajat kesehatan antar wilayah, beban ganda penyakit yang mengurangi produktivitas, kualitas penduduk yang belum memadai untuk memacu pertumbuhan ekonomi, mobilitas penduduk yang belum optimal, partisipasi kerja perempuan yang perlu didorong, tata kelola data kependudukan yang belum optimal, dan perlunya memperluas cakupan jaminan sosial.

Ratih Savitri Ali, pembicara ketiga, mengungkapkan bahwa merek kosmetik global terus bertumbuh meskipun pandemi Covid-19 melanda kala itu. Namun, di Indonesia, selama pandemi, konsumen justru menunjukkan minat tinggi terhadap merek lokal seperti produk PT Paragon Technology and Innovation. Kondisi ini berbeda dibandingkan dengan awal berdirinya Paragon. Paragon, yang dimulai dengan dua karyawan 38 tahun lalu, kini memiliki 11 ribu karyawan, di mana 85% adalah perempuan.

“Dari hanya satu merek yaitu Wardah, Paragon kini memiliki 13 merek kecantikan. Selama pandemi Covid-19, Paragon menambah jumlah merek dari enam pada 2019 menjadi 13 pada 2022. Pada tahun 2023, Paragon menambah tujuh merek baru,” demikian Ratih menutup sesinya.

Breakfast Forum ILUNI FEB UI ini didukung oleh beberapa mitra yang berkontribusi menyukseskan acara, yaitu Bank Mandiri, IFG, dan Sangati.