Soroti Ketimpangan Wilayah di Eropa, Ana Viñuela Tekankan Pentingnya Solusi Lokal dalam Public Lecture PPIE FEB UI

Soroti Ketimpangan Wilayah di Eropa, Ana Viñuela Tekankan Pentingnya Solusi Lokal dalam Public Lecture PPIE FEB UI

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

Depok, 21 Juli 2025 – Ketimpangan wilayah di berbagai kawasan Eropa menjadi sorotan utama dalam public lecture yang diselenggarakan Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Senin (21/7). Mengusung tema “Approach Towards Territorial Inequalities in Europe,” kuliah ini menghadirkan Professor (Associate) Ana Viñuela, Executive Director – The Regional Science Association International RSAI, yang menekankan perlunya pendekatan lokal sebagai strategi efektif mengatasi ketimpangan regional. Acara berlangsung di ruang 307, Gedung Pascasarjana FEB UI.

Professor (Associate) Ana Viñuela memaparkan pendekatan terbaru terhadap ketimpangan wilayah di Eropa. Berdasarkan hasil penelitian terkini, Ana menyoroti pentingnya data lokal dan kebijakan berbasis tempat (place-based policy) dalam menanggulangi fenomena left-behind areas.

Mengacu pada 9th Cohesion Report yang dirilis Komisi Eropa pada Maret 2024, Ana menjelaskan bahwa wilayah yang tertinggal tidak hanya mengalami stagnasi ekonomi, namun juga penurunan demografis, rendahnya akses layanan publik, dan kurangnya partisipasi sosial. Ana menggarisbawahi dua jenis wilayah tertinggal, yakni low-growth regions dan low-income regions, dengan indikator utama Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang tertinggal jauh dari rata-rata Uni Eropa.

“Tidak cukup hanya melihat GDP per kapita. Kita perlu pendekatan multidimensional yang mencakup pendidikan, kesehatan, akses digital, hingga partisipasi sosial,” jelas Ana mengutip kerangka capability approach dari Amartya Sen.

Salah satu sorotan utama adalah EXIT Project, inisiatif riset lintas disiplin dari 13 universitas Eropa yang menggunakan pendekatan entropi untuk mengestimasi pendapatan rumah tangga di tingkat lokal. Proyek ini membuktikan pentingnya data mikro seperti sensus nasional dan survei rumah tangga Eropa (EU-SILC) dalam memahami kesenjangan nyata di level daerah terkecil (LAU).

Selain data, Ana menekankan urgensi tindakan politik. “Ketimpangan yang tidak diatasi bisa berujung pada ketidakpuasan politik, bahkan meningkatnya suara anti-integrasi Eropa,” kata Ana mengutip laporan EXIT mengenai korelasi antara daerah tertinggal dan suara bagi partai Euroskeptik.

Ana menutup presentasinya dengan menyerukan penguatan peran pemerintah daerah dalam kebijakan pembangunan. “Masa depan Eropa tergantung pada kemampuannya menjangkau semua tempat dan semua orang. Untuk itu, kita harus berpikir dan bertindak secara lokal,” tutup Ana di akhir presentasinya.