Sharing Manajemen Risiko untuk Perguruan Tinggi, FEB UI Hadirkan Pakar dari Ernst&Young Indonesia
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK (20/08/2018) – Sosialisasi manajemen risiko untuk Perguruan Tinggi ditujukan bagi DGB, SAF, Pimpinan, Struktural Departemen/Prodi, dan Lembaga bekerjasama antara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia dengan pihak Ernst and Young (EY) Advisory Indonesia yang berlangsung di gedung Pascasarjana FEB UI.
Pemateri yang dihadirkan dalam sosialisasi ini, Bangkit Kuncoro, M.Sc., selaku Partner EY Advisory Indonesia. Ia menyampaikan manajemen risiko suatu Perguruan Tinggi merupakan suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman yang diibaratkan suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya.
Manajemen risiko ini bisa diterapkan di sebuah Perguruan Tinggi umtuk membantu mengantisipasi berbagai risiko (potensi terhadap hal-hal yang tidak diinginkan itu terjadi). Universitas mempunyai dua kapasitas, baik secara re-quantitative maupun re-qualitative. Bila dua kapasitas itu disundul akan mengakibatkan suatu masalah. Oleh sebab itu, perlu diadakan selling terlebih dahulu untuk mengantisipasi.
“Karena saya seorang praktisi, jadi saya sharing terkait pengalaman praktik yang sudah diterapkan di berbagai instansi pemerintah maupun perusahaan. Selain itu juga penerapan di universitas luar negeri yang dilakukan oleh jaringan EY global,” kata Bangkit Kuncoro dalam presentasinya di ruang 401-402 gedung Pascasarjana, pada Senin (21/8/2018).
Di dalam paparan sosialisasi ini berupa sharing yang dimulai dari definisi, contoh-contoh, lalu kunci sukses untuk menerapkan manajemen risiko di suatu lembaga pendidikan tinggi. Selain itu, dalam paparan tadi ada beberapa diskusi yang menunjukkan bahwa pihak FEB UI komitmen untuk nantinya agar bisa menerapkan manajemen risiko yang bagus dan terbaik.
Untuk itu, sosialisasi ini bisa menjadi bekal dalam menerapkan manajemen risiko yang sistematis yang berdasarkan best practise tentang risk capacity. “Jadi, banyak pembahasan yang sifatnya menunjukkan bagaimana risk management berintraksi dengan strategi dan juga dengan hal-hal operasional,” tutupnya. (Des)