Ari Kuncoro Tanggapi Instrumen Makroprudensial Berbasis Liquiditas pada Bank Indonesia
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
DEPOK – Bank Indonesia mengundang Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., untuk menjadi penanggap dalam Seminar Riset Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) yang bertempat di Hotel Hotel JW Marriot Medan, Grand Ballroom, pada Rabu (31/10/2018).
Judul penelitian yang didiskusikan ialah “Instrumen Makroprudensial Berbasis Liquiditas”. Makroprudensial berbasis liquiditas merupakan instrumen bank secara bersama-sama mempunyai tingkah laku yang mempengaruhi perekonomian makro dan individu perbankan sebagai satu industri.
Dalam hal ini bank sentral ingin membuat satu indikator dini atau awal untuk bisa mendeteksi apakah bank-bank terlalu konservatif (tidak mau memberikan kredit) atau terlalu berani yang bisa menghambat perekonomian.
“Selain itu, membuat indikator yang gunanya untuk pengambilan keputusan apakah kebijakan pemberian kredit dari bank ke nasabah harus diketatkan atau tidak. Untuk itu, yang menjadi permasalahan saat ini ialah indikator tersebut dibuat berdasarkan data-data yang sudah ada dan berasal dari triwulanan,” tutur Ari Kuncoro saat diwawancarai di Ruang Kerja Dekan FEB UI.
Sementara perkembangan di masa kini membutuhkan data yang preferensinya cukup tinggi. “Jadi, data-data itu mempunyai risiko dan tidak memberikan sinyal yang akurat atau sinyalnya hilang ibarat tidak ada krisis tiba-tiba ada krisis,” tambahnya.
Itulah problem dari data indikator awal bahwa kita tetap tidak bisa mengetahui secara tepat kapan suatu krisis akan terjadi, karena ada faktor-faktor pemicu lain yang mungkin tidak ada di data kita.
“Saran saya ke mereka adalah datanya dibuat ke dalam frekuensi tinggi (harian, mingguan, bulanan, tahunan). Selain itu, dicari yang namanya pemicu dengan mempelajari krisis-krisis di masa lalu, seperti pemicu yang berasal dari politik atau negara tetangga yang merambat ke kita,” jelasnya.
Dengan demikian, maka kita bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan dari indikator tadi. Nah, tetapi yang paling terpenting bahwa akhirnya data tersebut hanya sebagai alat. “Inilah fungsi Dewan Gubernur BI yang dipimpin oleh Menteri Keuangan untuk menganggap indikator ini sebagai masukan,” tutupnya. (Des)