Ari Kuncoro: Perguruan Tinggi Indonesia Harus Berinovasi
Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI
JAKARTA – Mencetak manusia unggul kini tengah menjadi fokus pemerintah dalam menyosong Indonesia emas. Pendidikan tinggi pun menjadi tumpuan cetak SDM unggul di tengah persaingan inovasi di era industri 4.0. Perguruan Tinggi Indonesia nyatanya menghadapi sejumlah tantangan dalam melahirkan SDM unggul.
Selain, mempersiapkan strategi dalam menghadapi bonus demografi, rupanya persoalan intoleransi dan radikalisme juga sudah menyusupi dunia kampus. Ini juga harus diselesaikan oleh para Rektor di masing-masing universitas di Indonesia. Tak hanya itu, berurusan dengan mengejar prestasi di tingkat dunia yang hingga kini belum juga mampu menembus 100 besar.
Ranking digunakan sebagai instrumen atau indikator pada suatu universitas untuk memacu proses apakah perguruan tinggi di Indonesia dengan Luar Negeri akan sama kualitas mutu pendidikannya. Persaingan di dunia sekarang ini terjadinya network negara yang dicerminkan oleh perguruan tinggi. Maka, perguruan tinggi harus menunjukkan bahwa networkingnya secara sehat. Dari situlah terlihat bukan hanya produk secara fisik tetapi di dalamnya terdapat teknologi, inovasi, manusia, dan budaya.
“Sitasi rendah disebabkan oleh tingkat kebaharuan rendah, karena mengulang-ulang yang lama dan tidak menambah pengetahuan. Maka dari itu, untuk menambah pengetahuan perlu komunikasi antar universitas di Indonesia dan Luar Negeri. Karena, ilmu bersifat saling mengilhami dan menginspirasi. Selain itu, ruang lingkup kluster penelitian harus berubah sama halnya dengan mahasiswa harus bisa beradaptasi dengan lingkungan baru. Kita harus menciptakan sistem-sistem terkait kelompok penelitian dan kelompok mahasiswa sehingga meraka bisa bekerjasama & belajar menghargai yang lainnya,” kata Ari Kuncoro selaku Rektor UI dan narasumber dalam acara Opsi with Aviani Malik di Metro TV ‘Lika-Liku SDM Unggul’, Senin (2/12/2019).
Pada dasarnya, kurikulum yang ada di Jenjang Diploma (D-3) tidak seimbang antara teori dengan praktik. Seharusnya, untuk menjawab tantangan era digital harus diubah dengan memfokuskan 75% berbasis kompetensi skill/produksi/praktik dan 25% berbasis umum. Kenyataannya, belum sesuai harapan, disebabkan oleh susahnya mencari/rekrut dosen di bidang praktisi atau produksi. Yang terjadi malahan banyaknya dosen di bidang umum. Selain itu, teknologi/laboratorium harus diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam menyiapkan SDM unggul pada industri 4.0, kita harus memperbarui cara pengajaran dosen kepada mahasiswa yang tadinya harus mencetak dengan nilai IPK yang tinggi maka sekarang harus mengajar pada dua arah untuk menciptakan interpersonal skill. Kemudian, dibuka komunikasi antar Fakultas di Universitas. “Misalnya, mahasiswa ekonomi harus mengetahui juga ilmu engineering, komputer, psikologi, ilmu budaya, dan sebagainya. Jadi, mahasiswa bisa menyelami dunia yang lebih lengkap sebelum terjun ke dunia nyata (bekerja),” paparnya.
“Program saya menjadi Rektor UI, ingin meningkatkan ranking UI di kancah Asia maupun Internasional dengan cara lebih bersilaturahmi melakukan kerjasama/kolaborasi dengan universitas lainnya di dunia yang bereputasi,” tutup Ari Kuncoro di akhir siaran. (Des)