SOBAT Alumni FEB UI #8 | Investasi Selagi Pandemi : Sembunyi atau Tambah Lagi ?

0

SOBAT Alumni FEB UI #8 | Investasi Selagi Pandemi : Sembunyi atau Tambah Lagi ?

 

Hana Fajria – Humas FEB UI

DEPOK – Rabu (13/5/2020), Santai Online Bareng Teman Alumni FEB UI atau disingkat SOBAT, kembali menggagas diskusi dan bincang-bincang edisi kedelapan yang diinisiasi oleh ILUNI FEB UI melalui webinar. Topik kali ini Investasi Selagi Pandemi : Sembunyi atau Tambah Lagi ?

SOBAT edisi kedelapan ini menghadirkan 2 narasumber alumni FEB UI, yakni Adiwarman Karim,  Presdir Karim Consulting dan Budi Hikmat, Direktur Bahana TCW. Sebagai moderator adalah Haris Anwar,  Direktur Business Development ILUNI FEB UI.

Acara dibuka oleh Budi Hikmat selaku pembicara pertama yang mengawali dengan kutipan dari filosofi Ray Dalio, “Millennials, be mindfull, this is not your father’s cycle. Crisis in the West, affecting the rest.”

“Untuk menghindari investasi bodong, sebaiknya cari pokok investasi yang aman, imbal hasil nyaman serta mudah untuk dicairkan (liquidity risk). Investasi bukan kasus “atau” tapi “dan”. Atur alokasi asset untuk cegah risiko tua sebelum kaya. Ada 3 fase investasi yaitu growth, protection and distribution (Qur’an Surah 12:47). Waktu investasi yang baik dibutuhkan talent (excellent, easy, earned and enjoy). Untuk kaum millennial crisis is apparently always the best time to make money if you have idle money and guts”, ujar Budi.

Wabah Covid ini mengganggu sisi permintaan. Kontras dengan sektor riil yang harus bergelut menghadapi resesi, investor di pasar modal lebih dulu mengantisipasi dampak berita buruk dengan penjualan masif. Berbeda dibanding dengan krisis 2008, risiko resesi global 2020 sulit dihindari akibat trade-tech oil wars, wabah covid19, multipolar hot-peace. Selain puncak wabah Covid19 dan solusinya, investor menunggu kebijakan antisipatif bila keadaan memburuk dan bagaimana kebijakan tersebut dilaksanakan.

Yang perlu diingat oleh kita sebagai investor, ada quality asset yang ditinggalkan investor asing maupun investor lokal pada saat terjadi koreksi pasar. Quality asset inilah yang perlu kita lihat betul, waktu yang pas kapan nantinya investor harus masuk lagi. Akumulasi asset paling tidak saat investor asing kembali masuk ke pasar modal kita lagi terutama dengan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) .

 “Saya menyarakan jangan sembunyi untuk investasi pada masa ini. Teman-teman bisa investasi asset di kelas SBN. Saat yang tepat untuk memulai akumulasi aset, paling tidak saat investor asing masuk kembali ke pasar kita terutama untuk  membeli SBN. Untuk teman milenial, bisa membeli index SBN, misalnya  IHSG, LQ45, ISI, Indonesia Syariah Fund. Salah satunya Bahana ABF Indonesia bond Index, yang mengelola sebagian cadangan devisa 11 bank central di Asia, karena relatif stabil. Pada dasarnya kurangi cash, berinvestasi di saham yang spesifik, saham perusahaan yang dapat keuntungan dari kejadian ini, seperti farma, logistik, telco, dan consumer. Saran saya mumpung masih muda,  be brave, take risk, nothing substitute experience, control your risk”, tutup Budi.

Adiwarman Karim menambah pemaparan selanjutnya. Paradigma kemakmuran semesta terinspirasi dari kisah inklusif Nabi Yusuf. Bagaimana investasi berbasis syariah yang bisa diambil di situasi seperti ini. Adi menjelaskan poin-poin penting dalam melakukan investasi. Pertama, yakin adanya Tuhan, karena semua sudah diatur Tuhan. Sama juga dengan investasi. Investasi itu adalah rezeki, investasi itu adalah ikhtiar, dengan kita yakin kepada Tuhan insya Allah hasilnya baik. Kedua, jujur. Kita harus jujur setiap melakukan sesuatu, lakukan hal yang halal saja, jangan cari yang haram, cari investasi yang jujur. Insya Allah risiko akan terkendali. Baik kita sebagai investor atau penerima, tetap harus jujur. Ketiga, harus cerdas. Kalau kita yakin pada Tuhan, sudah jujur, tapi bodoh, ya tidak bisa berjalan. Keempat harus cari berkah. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya. Kelima, kita harus tahu kesuksesan itu karena Tuhan menggerakan mahkluk-mahkluknya sehingga membuat kita sukses. “Banyak-banyak berterima kasih, karena itu merupakan ungkapan rasa syukur. Tidak lupa perbanyak sedekah, demikian kata Adiwarman .

“Berbuat baik kepada sesama baik secara moril atau pun non materiil itu merupakan investasi dunia dan akhirat. Itu memberikan efek multiplier yang luar biasa terhadap ekonomi, artinya kebaikan itu akan mendatangkan jauh lebih banyak kebaikan daripada hanya sekedar menerima perbuatan baik dari orang lain. Kalau kita sendiri yang memulai, dalam konteks seperti situasi sekarang ini, kita berikhtiar untuk menyiapkan masa depan kita dengan melakukan investasi sesuai kebutuhan kita, dengan investasi yang aman, berkah, halal dan di sisi lain dari hasil investasi tersebut kita bisa memberikan  kembali kepada  masyarakat”, tutup Haris sebagai moderator.(hjtp)